PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) hanya mencatatkan laba Rp 130 miliar pada 2013. Laba ini menurun cukup drastis jika dibandingkan dengan laba tahun lalu di Rp 453 miliar.
Direktur Utama PT RNI (Persero), Ismed Hasan Putro mengungkapkan, turunnya laba tersebut dipengaruhi adanya gula rafinasi yang masuk ke pasar-pasar tradisional yang akhirnya banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
"Laba industri gula itu 30%-50% (dari total laba), laba kita tahun ini Rp 130 miliar, padahal tahun lalu Rp 453 miliar," kata Ismed saat berbincang dengan wartawan di Kantor Pusat RNI, Jakarta, Senin (22/12/2013).
Dengan masuknya gula rafinasi ke pasar ritel menyebabkan harga gula tebu yang biasa diproduksi RNI saat ini hanya sekitar Rp 8.000 per kilogram nya.
Ismed mengungkapkan, meski laba perusahaan menurun drastis namun saat ini perusahaannya masih memiliki timbunan gula di beberapa gudangnya yang mencapai 131 ribu ton.
"Tahun lalu kan harga lelangnya saja Rp 11 ribu per kilonya. Kalau harga gula segitu laba kami pasti melonjak," tegas Ismed.
Rencananya, sebagian dari 131 ton gula yang ditimbun tersebut akan kembali dilelang ke penjual-penjual gula besar saat harga gula tebu kembali merangkak naik.
"Harga jual Rp 9.000 per kilo saja kami berani lepas, kalau di Jatim Rp 8.500 saja kami lepas. Namun sambil menunggu itu kami juga akan jual setidaknya 70 ribu ton ke pasal ritel," pungkas Ismed. (Yas/Ahm)
Baca Juga:
Stabilkan Harga, Bulog Ingin Kuasai Cadangan Gula 300 Ribu Ton
Kualitas Beras Bulog Turun, Dahlan Minta Stok dalam Bentuk Gabah
RI Tak Impor Beras untuk Pertama Kali, Bulog Bakal Syukuran
Direktur Utama PT RNI (Persero), Ismed Hasan Putro mengungkapkan, turunnya laba tersebut dipengaruhi adanya gula rafinasi yang masuk ke pasar-pasar tradisional yang akhirnya banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
"Laba industri gula itu 30%-50% (dari total laba), laba kita tahun ini Rp 130 miliar, padahal tahun lalu Rp 453 miliar," kata Ismed saat berbincang dengan wartawan di Kantor Pusat RNI, Jakarta, Senin (22/12/2013).
Dengan masuknya gula rafinasi ke pasar ritel menyebabkan harga gula tebu yang biasa diproduksi RNI saat ini hanya sekitar Rp 8.000 per kilogram nya.
Ismed mengungkapkan, meski laba perusahaan menurun drastis namun saat ini perusahaannya masih memiliki timbunan gula di beberapa gudangnya yang mencapai 131 ribu ton.
"Tahun lalu kan harga lelangnya saja Rp 11 ribu per kilonya. Kalau harga gula segitu laba kami pasti melonjak," tegas Ismed.
Rencananya, sebagian dari 131 ton gula yang ditimbun tersebut akan kembali dilelang ke penjual-penjual gula besar saat harga gula tebu kembali merangkak naik.
"Harga jual Rp 9.000 per kilo saja kami berani lepas, kalau di Jatim Rp 8.500 saja kami lepas. Namun sambil menunggu itu kami juga akan jual setidaknya 70 ribu ton ke pasal ritel," pungkas Ismed. (Yas/Ahm)
Baca Juga:
Stabilkan Harga, Bulog Ingin Kuasai Cadangan Gula 300 Ribu Ton
Kualitas Beras Bulog Turun, Dahlan Minta Stok dalam Bentuk Gabah
RI Tak Impor Beras untuk Pertama Kali, Bulog Bakal Syukuran