Gara-gara Polusi, Properti China Jadi Tak Berharga

Posisi China sebagai negara dengan tingkat polusi tertinggi di dunia mengakibatkan sektor propertinya terancam.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 02 Jan 2014, 13:49 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2014, 13:49 WIB
property-china-140102b.jpg
Posisi China sebagai negara dengan tingkat polusi tertinggi di dunia mengakibatkan sektor propertinya terancam. Bahkan beberapa pengamat ekonomi dan lingkungan menyatakan sektor properti China bisa hancur dan tak berharga jika masalah polusi tak dapat diselesaikan dengan cepat.

Seperti dikutip dari Forbes, Kamis (2/1/2014), generasi muda akan lebih memilih tinggal dan memajukan negara lain. Langkah ini dianggap dapat menekan permintaan properti di China. Selain itu, tingginya tingkat perpindahan penduduk ke negara lain dapat memperparah masalah mengenai kapasitas properti yang berlebihan di negaranya.

Sebagian analis yakin bahwa sektor properti China yang terus melambung. Sayangnya, sebagian lain justru pesimis dengan sektor yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi China tersebut.

Saat ini, China merupakan produsen karbondioksida terbesar di dunia dan diprediksi  akan bertahan cukup lama. Hal ini mengingat pemerintah China merupakan bagian dari pencipta masalah tersebut dan justru tidak menjadi bagian dari pemberi solusi.

Polusi tersebut merupakan salah satu akibat dari kecepatan industrialisasi yang sangat pesat. Polusi tentu saja menjadi masalah besar bagi setiap negara yang terindustrialisasi. Artinya, kerusakan lingkungan dapat teratasi jika negara tersebut melakukan transisi basis ekonomi dari industri ke sektor jasa.

Di waktu yang sama, pemerintah China telah menyusun kebijakan anti polusi dalam agenda utamanya.

"Konservasi dan perlindungan lingkungan merupakan strategi jangka lama dan juga pilihan penting bagi China," ungkap Wakil Perdana Menteri China Li Keqiang.

Sebagai negara industri penghasil polusi terparah di dunia, China sangat berbeda dengan Amerika Serikat (AS) dan negara maju lainnya. Di negara-negara maju, hanya perusahaan swasta yang menjadi pencemar sementara di China, perusahaan milik negara justru mendominasi peran tersebut. Dua perusahaan milik negara itu adalah State Owned Enterprises (SOEs) and Town Village Enterprises (TVEs).

Artinya, pemerintah sebagai pemiliki sekaligus pengelola masalah tersebut harus berupaya keras mengatasi pencemaran udara akibat perkembangan industri di negaranya. Unit-unit dua perusahaan tersebut menyediakan bantuan finansial untuk biaya kesehatan dan pendidikan.

Aksi positif perusahaan itu membuat pemerintah kesulitan untuk mencekalnya, mengingat langkahnya juga akan berdampak pada rakyat.

Berdasarkan semua kesulitan tersebut, tak peduli berapapun harganya, sektor properti di China tetap terancam hancur jika polusi terus berlanjut. Orang-orang muda yang kreatif dan merupakan generasi penting di China akan lebih memilih tinggal dan memajukan negara lain. (Sis/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya