Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) menargetkan produksi alat berat pada 2014 mencapai 6.500 unit. Target tahun ini diharapkan bisa meningkat dari produksi 2013 yang hanya mencapai 6.127 unit, atau turun 20% dibandingkan 2012.
"Di awal tahun kami memproyeksikan penurunan permintaan 2012 masih akan berlanjut," ujar Ketua Hinabi, Pratjojo Dewo di Jakarta seperti ditulis Jumat (24/1/14).
Dia mengatakan oenurunan permintaan terjadi sejak akhir 2012, yang masih berlanjut hingga 2013. Meski pada kuartal II terjadi peningkatan hingga 1.800 unit, namun di kuartal III dan IV terus merosot hingga 1.200 unit.
Selain itu, permintaan dari sektor tambang juga masih akan lesu tahun ini. Sektor konstruksi dan perkebunan diharapkan menjadi penopang untuk kebutuhan alat berat.
Pratjojo menjelaskan produksi alat berat dalam negeri kapasitas 10-30 ton atau yang biasanya digunakan untuk konstruksi akan meningkat. Sedangkan eskavator kapasitas 40 ton keatas yang biasa digunakan untuk pertambangan akan menurun.
Tahun ini utilitasi industri alat berat diprediksi hanya 65% karena dari 10.000 unit kapasitas terpasang, produksi baru mencapai 8.000 unit.
"Sektor Pertambangan sepertinya belum menunjukkan perbaikan, sehingga alat berat dengan kapasitas lebih dari 40 ton akan berkurang. Yang produksinya meningkat itu yang kapasitasnya lebih kecil," tutur dia.
Dia memperkirakan kebutuhan alat berat 2014 di kisaran 12-13 ribu unit. Proyek pembangunan infrastruktur diharapkan dapat mendongkrak permintaan alat berat. Hinabi berharap proyek pemerintah dapat memanfaatkan industri alat berat dalam negeri.
Menurutnya hal tersebut dapat membawa keuntungan untuk industri pendukung dan alat berat sendiri. "Kami berharap kesana, tahun ini proyek pemerintah akan meningkat," lanjutnya.
Produk yang paling banyak dibuat oleh industri dalam negeri ada 3 jenis, yakni eskavator, buldozer dan mining dump truck. Ketiga jenis ini mengalami penurunan pada 2013, terutama untuk mining dump truck (alat berat pertambangan) yang hanya mencapai 21 unit, padahal tahun sebelumnya produksi mencapai 133 unit.
Meski tahun diperkirakan pasar alat berat masih lesu namun hal tersebut merupakan hal yang wajar di industri alat berat, karena karakteristik industri alat berat yang fluktuatif. "Industri alat berat adalah sifatnya yg fluktuatif, pada 2008 malahan pernah mengalami penurunan yang lebih drastis," katanya.
Namun Pratjojo tetap berharap tahun ini kondisi rupiah stabil sehingga memberikan pengaruh jangka pendek yang cukup signifikan terhadap alat berat, terutama karena sebagian besar komponennya masih impor.
"Untuk jangka pendek memang membuat kondisi turun. Tetapi yang penting adalah kondisi rupiah yang stabil," tandas dia. (Dny/Nrm)
"Di awal tahun kami memproyeksikan penurunan permintaan 2012 masih akan berlanjut," ujar Ketua Hinabi, Pratjojo Dewo di Jakarta seperti ditulis Jumat (24/1/14).
Dia mengatakan oenurunan permintaan terjadi sejak akhir 2012, yang masih berlanjut hingga 2013. Meski pada kuartal II terjadi peningkatan hingga 1.800 unit, namun di kuartal III dan IV terus merosot hingga 1.200 unit.
Selain itu, permintaan dari sektor tambang juga masih akan lesu tahun ini. Sektor konstruksi dan perkebunan diharapkan menjadi penopang untuk kebutuhan alat berat.
Pratjojo menjelaskan produksi alat berat dalam negeri kapasitas 10-30 ton atau yang biasanya digunakan untuk konstruksi akan meningkat. Sedangkan eskavator kapasitas 40 ton keatas yang biasa digunakan untuk pertambangan akan menurun.
Tahun ini utilitasi industri alat berat diprediksi hanya 65% karena dari 10.000 unit kapasitas terpasang, produksi baru mencapai 8.000 unit.
"Sektor Pertambangan sepertinya belum menunjukkan perbaikan, sehingga alat berat dengan kapasitas lebih dari 40 ton akan berkurang. Yang produksinya meningkat itu yang kapasitasnya lebih kecil," tutur dia.
Dia memperkirakan kebutuhan alat berat 2014 di kisaran 12-13 ribu unit. Proyek pembangunan infrastruktur diharapkan dapat mendongkrak permintaan alat berat. Hinabi berharap proyek pemerintah dapat memanfaatkan industri alat berat dalam negeri.
Menurutnya hal tersebut dapat membawa keuntungan untuk industri pendukung dan alat berat sendiri. "Kami berharap kesana, tahun ini proyek pemerintah akan meningkat," lanjutnya.
Produk yang paling banyak dibuat oleh industri dalam negeri ada 3 jenis, yakni eskavator, buldozer dan mining dump truck. Ketiga jenis ini mengalami penurunan pada 2013, terutama untuk mining dump truck (alat berat pertambangan) yang hanya mencapai 21 unit, padahal tahun sebelumnya produksi mencapai 133 unit.
Meski tahun diperkirakan pasar alat berat masih lesu namun hal tersebut merupakan hal yang wajar di industri alat berat, karena karakteristik industri alat berat yang fluktuatif. "Industri alat berat adalah sifatnya yg fluktuatif, pada 2008 malahan pernah mengalami penurunan yang lebih drastis," katanya.
Namun Pratjojo tetap berharap tahun ini kondisi rupiah stabil sehingga memberikan pengaruh jangka pendek yang cukup signifikan terhadap alat berat, terutama karena sebagian besar komponennya masih impor.
"Untuk jangka pendek memang membuat kondisi turun. Tetapi yang penting adalah kondisi rupiah yang stabil," tandas dia. (Dny/Nrm)