Analis kebijakan internasional, Kurt Avard mengatakan, selama ini Indonesia dipandang sebagai salah satu pasar paling menjanjikan. Sayangnya, dia melihat laju inflasi yang pesat di Indonesia dapat menggoyahkan stabilitas ekonomi negara.
Alhasil, dia memprediksi Indonesia dapat bangkrut dalam sepuluh tahun ke depan. Apa alasannya dan bagaimana ancaman itu bisa dihindari?
Seperti dikutip dari ulasannya di Motley Fool, Senin (17/2/2014), Avard menjelaskan, dibandingkan negara anggota MINT (Meksiko, Indonesia, Nigeria, dan Turki) lainnya, Indonesia muncul sebagai negara dengan stabilitas politik terbaik.
Kericuhan sosial yang tak banyak terjadi membuat ekonomi Indonesia mampu tumbuh di atas rata-rata 5% setiap kuartal sejak 2007. Sebagai negara dengan jumlah populasi kedua terbanyak di dunia ini, perekonomian Indonesia terkonsentrasi pada ekstraksi sumber daya alam dan aktivitas ekspor.
Namun perkembangan ekonomi itulah yang dapat mendorong Indonesia tersungkur ke dalam `middle income trap`. Artinya, Indonesia tak mampu mengembangkan perekonomiannya bertransisi menjadi negara-negara berpendapatan tinggi (higher income countries).
Ketergantungan yang terlalu besar pada sumber daya alam sebagai pencetak pendapatan negara menyebabkan pemerintah kesulitan mengembangkan pasar-pasar alternatif untuk mengoptimalkan penduduk menengah ke atas.
Terlebih lagi, meskipun persentase tenaga kerja di bidang agrikultur terhitung rendah, perekonomian Indonesia masih akan terperangkap dalam `middle income trap`.
Memang bagi Indonesia, Avard melihat adanya optimisme mengingat neraca perdagangan yang tercatat surplus pada November. Sayangnya, inflasi terus menggelembung membayangi pertumbuhan ekonomi dan berada di kisaran 8% per kuartal.
Pertumbuhan Indonesia tertahan karena pendapatannya tetap berada di level yang sama sementara inflasi terus meningkat.
Avard menerangkan, Indonesia masih bisa keluar dari perangkap tersebut. Tapi ingat, para investor tidak mudah untuk diajak masuk dan bekerja sama. Para pekerja terampil juga harus diciptakan untuk menginspirasi perkembangan infrastruktur domestik.
Selanjutnya, pemerintah dirasa perlu menggencarkan reformasi pendidikan guna membentuk kerjasama yang baik antar pengusaha domestik dan para lulusan baru.
Selain itu, pemerintah Indonesia dituntut untuk mengembangkan peluang investasi unik guna meningkatkan pasar tenaga kerja.
Meski dia menilai infrastruktur Indonesia masih perlu pengembangan lebih jauh, tetapi perdagangan maritim masih bisa menutupi kekurangan tersebut. Dengan begitu, inflasi terlalu tinggi dapat dihindarkan dan perekonomian negara dapat terus berkembang.
Indonesia tidak sendiri, India juga turut terjebak dalam status yang sama sebagai negara yang kesulitan meningkatkan pendapatan negara. Keduanya mengalami risiko peningkatan inflasi yang sangat pesat dan hanya bisa diatasi dengan siasat serupa. (Sis/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Alhasil, dia memprediksi Indonesia dapat bangkrut dalam sepuluh tahun ke depan. Apa alasannya dan bagaimana ancaman itu bisa dihindari?
Seperti dikutip dari ulasannya di Motley Fool, Senin (17/2/2014), Avard menjelaskan, dibandingkan negara anggota MINT (Meksiko, Indonesia, Nigeria, dan Turki) lainnya, Indonesia muncul sebagai negara dengan stabilitas politik terbaik.
Kericuhan sosial yang tak banyak terjadi membuat ekonomi Indonesia mampu tumbuh di atas rata-rata 5% setiap kuartal sejak 2007. Sebagai negara dengan jumlah populasi kedua terbanyak di dunia ini, perekonomian Indonesia terkonsentrasi pada ekstraksi sumber daya alam dan aktivitas ekspor.
Namun perkembangan ekonomi itulah yang dapat mendorong Indonesia tersungkur ke dalam `middle income trap`. Artinya, Indonesia tak mampu mengembangkan perekonomiannya bertransisi menjadi negara-negara berpendapatan tinggi (higher income countries).
Ketergantungan yang terlalu besar pada sumber daya alam sebagai pencetak pendapatan negara menyebabkan pemerintah kesulitan mengembangkan pasar-pasar alternatif untuk mengoptimalkan penduduk menengah ke atas.
Terlebih lagi, meskipun persentase tenaga kerja di bidang agrikultur terhitung rendah, perekonomian Indonesia masih akan terperangkap dalam `middle income trap`.
Memang bagi Indonesia, Avard melihat adanya optimisme mengingat neraca perdagangan yang tercatat surplus pada November. Sayangnya, inflasi terus menggelembung membayangi pertumbuhan ekonomi dan berada di kisaran 8% per kuartal.
Pertumbuhan Indonesia tertahan karena pendapatannya tetap berada di level yang sama sementara inflasi terus meningkat.
Avard menerangkan, Indonesia masih bisa keluar dari perangkap tersebut. Tapi ingat, para investor tidak mudah untuk diajak masuk dan bekerja sama. Para pekerja terampil juga harus diciptakan untuk menginspirasi perkembangan infrastruktur domestik.
Selanjutnya, pemerintah dirasa perlu menggencarkan reformasi pendidikan guna membentuk kerjasama yang baik antar pengusaha domestik dan para lulusan baru.
Selain itu, pemerintah Indonesia dituntut untuk mengembangkan peluang investasi unik guna meningkatkan pasar tenaga kerja.
Meski dia menilai infrastruktur Indonesia masih perlu pengembangan lebih jauh, tetapi perdagangan maritim masih bisa menutupi kekurangan tersebut. Dengan begitu, inflasi terlalu tinggi dapat dihindarkan dan perekonomian negara dapat terus berkembang.
Indonesia tidak sendiri, India juga turut terjebak dalam status yang sama sebagai negara yang kesulitan meningkatkan pendapatan negara. Keduanya mengalami risiko peningkatan inflasi yang sangat pesat dan hanya bisa diatasi dengan siasat serupa. (Sis/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com