Liputan6.com, Jakarta - Adam Alis salah satu pemain yang kariernya meroket dalam waktu singkat di panggung sepak bola nasional. Bagaimana tidak, Adam hanya butuh waktu dua tahun untuk masuk tim nasional sejak masuk ke dunia profesional pada 2013.
Namun siapa sangka, pemain yang kini bermain di Barito Putera ini pernah menyimpan kisah pilu dalam perjalanan kariernya. Boleh dibilang, karier Adam adalah cerminan pepatah berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian.
Baca Juga
- GTS Siap Ubah Jadwal Jika Timnas Ikut Piala AFF
- Berkata Kasar kepada Wasit, Boaz Solossa Kena Teguran Keras
- Deretan WAGs Seksi Pemanas Piala Eropa 2016
"Waktu awal-awal, orangtua saya harus meminjam sana-sini untuk membelikan saya sepatu sepak bola. Itu terjadi di tahun 2002," kata Adam dalam sebuah acara Diskusi BTPN Wow di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (31/5/2016).
Adam menambahkan, orangtua, terutama ibunya memang sangat mendukung kariernya di sepak bola. Bahkan, saking mendukung karier Adam, ibunya turut mengantarkan Adam dari rumahnya di Cibubur ke Tangerang saat Adam bermain di Tangerang Wolves.
"Waktu itu ibu ikut anterin karena saya masih muda. Belum ada SIM. Kadang saya suka kasihan, tapi Ibu saya ingin nonton saya terus supaya bisa memantau perkembangan saya," ujar Adam.
Ada cerita menarik saat Adam dan Ibunya dalam perjalanan ke Tangerang. Di daerah Daan Mogot, Adam yang saat itu kebagian mengendarai motor tanpa SIM, hampir dihadang oleh razia Polisi.
"Waktu itu di Daan Mogot ada razia, tapi saya nggak lihat ada polisi. Ibu lalu nyuruh saya puter balik dan akhirnya saya lawan arah," kata Adam sembari tertawa.
Advertisement
Berkat Pak RT
Saat ditanya orang yang berpengaruh dalam kariernya, Adam dengan enteng menjawab "Pak RT saya," kata dia.
Adam mengungkapkan, Ketua RT di lingkungannya itulah yang merekomendasikan Adam untuk ikut klub setelah melihat bakat Adam mengolah si kulit bundar.
"Berkat beliau, saya sekarang jadi masuk dunia profesional. Waktu itu usia saya tujuh tahun dan tidak berniat untuk jadi pemain bola," kata Adam yang mengaku tak mengenal Ketua RTnya tersebut.
Meski terhitung berbakat, Adam ternyata sempat minder saat mengikuti sebuah pertandingan eksebisi yang diadakan di Senayan, Jakarta. Adam bercerita, saat itu, dia yang hanya bermain beberapa menit merasa pesimis lantaran tak punya koneksi alias orang dalam.
"Saya sempat pesimis karena nggak ada orang dalam. Tapi beberapa hari kemudian, saya ditelepon untuk diajak bergabung ke Martapura FC," ujar Adam.
"Dari Martapura, kemudian saya diajak coach Iwan Setiawan bergabung ke Persija. Gak lama, dua bulan di Persija saya dapat panggilan masuk tim nasional," tutur Adam.
Adam mengakui, sepanjang kariernya di lapangan hijau, salah satu yang paling berkesan adalah saat dia berkarier di klub Bahrain, East Riffa.
Advertisement
Banyak Berubah
Adam mengaku lonjakan karier di sepak bola banyak mengubah hidupnya. Menurut dia, orang-orang yang dahulu meremehkannya kini berbalik menaruh hormat.
"Tetangga dulu meremehkan saya. Dia bilang 'ngapain main bola.' Tapi setelah saya masuk tim nasional, Pak RT mengadakan nonton bareng. Tetangga yang tadinya meremehkan sekarang pada respek," ujar Adam.
Tak hanya soal respek, kehidupan Adam juga berubah secara ekonomi. Kini, Adam mengaku memiliki kos-kosan di area rumah orangtuanya. Selain itu, Adam juga telah memberangkatkan sang kakak umroh tahun ini.
"Tahun depan saya ingin berangkatkan orangtua naik haji," ucap Adam.
Kepada para pemain muda, Adam pun berpesan agar tidak mudah menyerah dalam mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola. "Jangan gampang menyerah dan teruslah bekerja keras," ungkapnya.