Roller Coaster Barcelona

Barcelona dalam periode buruk setelah menderita kekalahan beruntun di seluruh kompetisi.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 12 Apr 2017, 17:15 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2017, 17:15 WIB
Kiper Juventus Gianluigi Buffon (kanan) berbincang dengan bek Barcelona Gerard Pique usai leg pertama perempat final Liga Champions, Rabu (12/4/2017) dinihari WIB. Barcelona menyerah 0-3.
Kiper Juventus Gianluigi Buffon (kanan) berbincang dengan bek Barcelona Gerard Pique usai leg pertama perempat final Liga Champions, Rabu (12/4/2017) dinihari WIB. Barcelona menyerah 0-3. (AFP/Giuseppe Cacace)

Liputan6.com, Barcelona - Sempat euforia setelah mencatat sejarah sebagai tim pertama yang membalikkan ketertinggalan empat gol di Liga Champions, Barcelona kembali terhempas ke muka bumi.

Kekalahan 0-3 Barcelona dari Juventus pada leg pertama perempat final Liga Champions, Rabu (12/4/2017) dinihari WIB, adalah penyebabnya.

Hasil tersebut membuat perjuangan anak buah Luis Enrique ke semifinal semakin sulit. Mereka harus kembali melakukan keajaiban pada leg kedua di Camp Nou, Kamis (20/4/2017) dinihari WIB.

Jika tidak, Barcelona akan terhenti di 8 besar Liga Champions untuk kali ketiga dalam empat musim terakhir. Mereka disisihkan, kebetulan oleh tim sama yakni Atletico Madrid, pada 2013/2014 dan 2015/2016.

Peluang Bangkit

Melihat putaran sebelumnya, salah besar jika menganggap Barcelona telah tersingkir di 8 besar.

Prediksi tersebut sudah muncul ketika mereka dipermalukan Paris Saint-Germain (PSG) 0-4 pada duel pembuka perdelapan final. Terlebih ketika striker PSG Edinson Cavani menciptakan gol tandang pada laga kedua.

Gelandang Barcelona, Sergi Roberto, mencetak gol penentu kemenangan bersejarah atas Paris Saint-Germain pada 16 besar Liga Champions. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Kenyataannya, Lionel Messi dan kawan-kawan mampu mencetak dua gol yang dibutuhkan untuk berjaya 6-1 dan menang agregat. Semangat untuk bangkit pun mereka tunjukkan selepas pertandingan di Juventus Stadium.

"Kami banyak melakukan kesalahan, terutama di babak pertama. Liga Champions menghukum kami dengan dua gol. Di babak kedua, kami bermain berbeda dan semestinya bisa menciptakan satu gol," tutur kapten Barcelona Andres Iniesta kepada TV3.

"Perasaan kami tidak sepesimistis selepas hasil di Paris. Tapi, sekali lagi kami memiliki tugas berat. Jika tampil seperti biasa, semestinya kami dapat bertahan di kompetisi ini," tuturnya.

Konsisten dalam Inkonsisten

Luis Suarez (kanan), frustasi ketika Barcelona dikalahkan Malaga 0-2, Minggu (9/4/2017) dinihari WIB. (AP Photo/Daniel Tejedor)

Masalahnya, Barcelona pada musim ini begitu sulit ditebak. Di Liga Champions, mereka tidak sesolid seperti biasanya. Terbukti, El Azulgrana menderita banyak kekalahan besar. Selain Juventus dan PSG, juara Benua Biru lima kali itu juga sempat dihajar Manchester City 1-3 pada putaran grup.

Di Liga Spanyol, inkonsistensi turut terlihat. Barcelona ditumbangkan tim yang semestinya dapat ditumbangkan, mencakup Deportivo Alaves, Deportivo La Coruna, hingga Malaga.

Hasil-hasil tersebut menimbulkan tanda tanya besar. Padahal, Barcelona membangun skuat pada awal musim. Ketimbang mendatangkan anggota tim, mereka merekrut pelapis seperti Paco Alcacer, Andre Gomes, Lucas Digne, Jasper Cillessen, dan Denis Suarez.

Tadinya para pemain ini diharapkan menjalankan tugas ketika tulang punggung tim berhalangan. Tapi, mereka gagal memenuhi ekspektasi. Rotasi yang diterapkan Enrique pun tidak berjalan.

Ketergantungan MSN

Penyerang Barcelona Neymar (tengah) berusaha melewati hadangan pemain Juventus pada perempat final leg pertama Liga Champions, Rabu (12/4/2017) dinihari WIB. Neymar, Lionel Messi, dan Luis Suarez tidak berkutik di laga itu. (AFP/Miguel Medina)

Terpuruknya Barcelona tidak lepas dari ketergantungan MSN. Tanpa Lionel Messi, Luis Suarez, dan Neymar, El Azulgrana tidak berdaya.

Musim ini, ketiganya sudah menyumbang 90 gol. Jumlah tersebut sudah tinggi. Jangankan trisula, banyak tim yang tidak bisa menciptakan gol sebanyak itu.

Namun, angka tersebut tetap dianggap sebagai penurunan. Semua karena standar tinggi yang MSN ciptakan. Sebagai perbandingan, mereka menghasilkan 131 gol pada 2015/2016 dan 122 gol di 2014/2015.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya