Jurgen Klopp Otak dari Kesuksesan Liverpool

Liverpool memenangkan tiga piala sekaligus, yakni Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 09 Jan 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2020, 11:00 WIB
Liverpool Taklukkan Everton 1-0 di Anfield
Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp menginstruksikan pemainnya saat bertanding melawan Everton pada pertandingan babak ketiga Piala FA di Anfield, Inggris, Minggu (5/1/2019). Liverpool menang tipis atas Everton 1-0. (AP Photo/Jon Super)

Liputan6.com, Liverpool - Liverpool menjadi salah satu tim mengerikan di kancah Eropa. Pada tahun 2019, The Reds, sebutan Liverpool, memenangkan tiga piala sekaligus, yakni Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub.

Hebatnya lagi, dalam dua musim terakhir, Liverpool selalu masuk final Liga Champions. Pada musim ini, mereka berpeluang juara Liga Inggris setelah unggul 13 poin dari Leicester City.

Asisten manajer Liverpool, Pepijn Lijnders mengungkap rahasia sukses tim yang bermarkas di Anfield Stadium tersebut. Menurunya, Jurgen Klopp merupakan otak dari segala kesuksesan Mohamed Salah dan kawan-kawan.

"Jurgen Klopp telah menciptakan budaya pemain yang hebat. Setiap departemen di klub merasakan tanggung jawab ini dan terhubung dengan lebih baik. Sudah jelas apa yang kita inginkan dan standar telah naik, naik, dan naik," kata Lijnders, di situs resmi klub.

"Berkat Klopp, orang-orang mengatakan Liverpool berkembang sangat banyak di sana-sini tetapi saya pikir kekuatan utama kami adalah bahwa kami selalu bersama. Maksud saya di lapangan, jarak, organisasi, seperti kita," ujarnya melanjutkan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Kekompakan Tim

Salah - Mane Bawa Liverpool Taklukkan Sheffield United
Manajer Liverpool Jurgen Klopp (kiri tengah) merangkul penjaga gawang Alisson pada akhir laga Liga Inggris antara Liverpool dengan Sheffield United di Anfield Stadium, Liverpool, Inggris, Kamis (2/1/2020). Liverpool menang 2-0. (AP Photo/Jon Super)

Lijnders mengatakan, Klopp berhasil menyatukan ego para pemain Liverpool. Tak ada satu pun di antara Mohamed Salah dan kawan-kawan yang merasa sempurna.

"Itu satu-satunya cara untuk menjadi tim yang agresif dan menekan. Jika jarak dan organisasi tim tidak benar, maka Anda tidak memiliki peluang."

"Di situlah kami membuat kemajuan terbesar. Di mana pun permainan berada di lapangan, kami ada bersama. Tim yang kompak, tim yang intens, baik saat menguasai bola ataupun tidak," ucapnya.

 

Pantang Menyerang

Selain itu, Liverpool disebut Lijnders tidak pantang menyerang. The Reds berhasil bangkit setelah kalah memalukan di final Liga Champions 2017/18 dengan skor 1-3 dari Real Madrid.

"Kepercayaan yang saya dapatkan dari menjaga hal-hal sederhana, tidak pernah menyerah dalam perjalanan, percaya pada latihan, pesan yang jelas dengan banyak keyakinan dari Jurgen Klopp," katanya mengakhiri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya