Madrid- Pandemi virus corona yang telah menghentikan aktivitas sepak bola berhenti total tak membuat para pemain atau pelaku sepak bola lainnya, sepi dari pemberitaan. Thomas Partey merupakan pemain yang paling sering dibicarakan saat ini.
Hal itu karena Thomas Partey disebut-sebut jadi incaran nomor satu manajer Mikel Arteta untuk diboyong ke Arsenal musim depan.
Baca Juga
Gelandang bertahan milik Atletico Madrid itu dibanderol 43 juta paun (Rp822,7miliar). Ayah Partey mengklaim putranya itu telah berkomunikasi dengan pihak Arsenal terkat potensi kepindahannya. Namun, hingga kini belum ada kesepakatan yang terjalin.
Advertisement
Partey, gelandang berusia 26 tahun asal Ghana ini, punya cerita berliku sebelum mencapai karier seperti sekarang.
Seperti dilansir dari The Sun, Partey yang lahir di kota miskin Krobo Odumase pada 1993, merupakan sulung dari delapan bersaudara. Sang ibu merupakan pedagang kecil sementara sang ayah jadi pelatih di tim lokal.
Sejak kecil dia telah memiliki bakat natural bermain bola, mungkin karena faktor sang ayah. Seiring kecintaannya terhadap sepak bola, Partey bermimpi bisa berkiprah di Eropa.
Suatu ketika, Partey mendapat tawaran untuk trial ke Spanyol. Padahal, dia bukan pemain terbaik di klub lokal yang saat itu ia bela, Odometah FC. Pemain terbaik di klub itu hanya ingin bermain di Ghana. Jadilah, Partey yang dapat kesempatan trial tersebut.
Saat semuanya terlihat berjalan lancar, muncul kendala. Partey harus mengurus visa dan itu memakan biaya yang tidak sedikit.
Sang ayah diketahui harus menjual beberapa barang-barang miliknya untuk menutupi kebutuhan putranya itu.
"Dia melakukan perjuangan besar dan menjual barang-barangnya agar saya bisa mendapatkan visa dan dokumen lain serta membelikan saya sepatu," ungkap Partey.
"Dia sangat membantu saya karena tanpa sepatu, Kamu tak bisa bermain," imbuhnya.
Partey lantas menjalani trial di Atletico Madrid. Dia meneken kontrak dengan Los Rojiblancos pada 2011. Awalnya, dia masuk tim reserves. Pada Maret 2013, dia mendapat panggilan gabung skuad utama.
Thomas Partey sempat dipinjamkan ke Mallorca dan Almeria, sebelum kembali ke Atletico Madrid pada 2015, dan jadi andalan di sektor tengah sejak itu.
Kisah Evan Dimas
Kisah Thomas Partey hingga jadi pesepak bola ternama yang dimulai dari perjuangan serta pengorbanan kedua orangtua ini, mengingatkan kita pada salah seorang pemain papan atas Indonesia, Evan Dimas Darmono.
Seperti dilansir dari Liputan6, orangtua Evan Dimas, Condro Darmono dan Ana, berusaha keras memenuhi kebutuhan putranya yang sedang merintis cita-cita jadi pemain bola itu.
Saat itu, usia Evan Dimas sembilan tahun dan minta dibelikan sepatu. Orangtua mantan kapten Timnas Indonesia U-19 ini berpikir keras, bagaimana cara memenuhi permintaan tersebut.
Kala itu, Ana hanya ibu rumah tangga biasa dan sang suami berjualan sayuran keliling sebelum beralih profesi menjadi petugas keamanan.
"Demi anak, kami akhirnya mengupayakan. Saya ke pasar dan membeli sepatu bola yang harganya Rp20 ribu. Yang murah-murah saja wis, asal Evan senang," ujar Ana, seperti dilansir dari Liputan6.
Sepatu bola pertama Evan itu dibeli dari hasil jualan sayur sang ayah berkeliling kampung.
"Saya ingat dulu sepatu itu terlalu besar sehingga harus saya masukkan kain agar bisa pas. Umur sepatu itu tidak lama, kira-kira tiga minggu karena sepatunya sangat murah sehingga cepat rusak," timpal Evan Dimas.
Meski tak mahal, Evan pastinya tetap berterima kasih karena hal tersebut merupakan wujud kasih orangtua pada anak, dan terlebih lagi bentuk dukungan agar sang putra bisa meraih cita-cita.
Pada akhirnya, baik Thomas Partey maupun Evan Dimas sama-sama bisa mewujudkan cita-cita mereka. Keduanya jadi pesepak bola yang membuat harum nama bangsa serta menjadi kebanggaan keluarga.
Sumber: The Sun, Liputan6
Advertisement