Cara Mengetahui Gejala Palsu Corona Covid-19

Gejala mirip Covid-19 yang berasal dari kecemasan seseorang bisa hilang dengan sendirinya jika dia tersebut menenangkan diri dan merelaksasi tubuh.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 21 Jun 2020, 13:45 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2020, 13:45 WIB
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Kecemasan berlebih menghadapi pandemi Covid-19 bisa menciptakan masalah. Ahli medis pun mengungkapkan cara mengetahui gejala palsu atau hanya psikosomatik.

Gejala mirip Covid-19 yang berasal dari kecemasan seseorang bisa hilang dengan sendirinya jika dia tersebut menenangkan diri dan merelaksasi tubuh.

"Bagaimana cara kita membedakan, kalau ini reaksi tubuh dan kita dapat menyadari itu, istirahat sebentar dan relaksasi maka reaksi tersebut bisa hilang," kata dr Rudi Putranto, Sp.PD(K)-Psi dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Rudi menjelaskan, gejala psikosomatik adalah perubahan psikologis seseorang yang akan mempengaruhi kondisi fisik bila tubuh gagal beradaptasi. Gangguan psikosomatik ini bisa membuat orang sehat kemudian merasakan seperti sakit, atau orang sakit ringan.

Tidak hanya orang sehat, setiap individu yang sudah memiliki gangguan kesehatan bawaan seperti hipertensi dan diabetes juga bisa mengalami gejala psikosomatik dan mempengaruhi kesehatannya.

"Psikosomatik bisa memicu penyakit yang sudah ada, bagi yang memiliki darah tinggi bisa menjadi tidak terkontrol, yang memiliki diabetes gula darahnya bisa tidak terkontrol," katanya dalam konferensi pers terkait Covid-19 di Graha BNPB Jakarta, Minggu (21/6/2020).

 

Penyebab Gangguan Psikosomatik

Kelemahan Virus Corona
Ilustrasi Pandemi Covid-19 Credit: pexels.com/cottonbro

Gangguan psikosomatik akibat Covid-19 bisa terjadi apabila seseorang terlalu banyak menerima informasi negatif dan menjadi cemas berlebihan. Hal ini disebabkan otak manusia lebih mudah menerima dan menyimpan hal-hal negatif ketimbang hal-hal positif.

"Pada waktu mendapat informasi, maka otak kita akan mengolahnya. Informasi itu akan menstimulasi hormon stres dan hormon yang lain dan akan merangsang ke organ tubuh," kata dia.

Hormon stres kemudian bisa merangsang organ tubuh lain seperti jantung yang berdetak lebih cepat, paru-paru yang menjadi sesak, perut yang sakit, cepat lelah, merasakan demam padahal suhu tubuh normal, hingga membuat daya tahan tubuh menurun yang menyebabkan lebih mudah terserang penyakit.

Pembatasan Informasi

Rudi menyarankan masyarakat agar membatasi informasi mengenai Covid-19 sehari hanya dua kali atau tidak lebih dari 30 menit. Selain itu juga hanya dapatkan info resmi dari sumber terpercaya agar membantu memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi.

Dengan memahami situasi yang ada, masyarakat dapat melakukan hal-hal pencegahan untuk menghindari penularan. Di samping itu juga lakukan hobi atau kegiatan yang disukai, atau mendengarkan musik yang menenangkan untuk memperbaiki kesehatan mental.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya