Liputan6.com, Jakarta Hari Raya Nyepi tidak bisa lepas dari kehadiran ogoh-ogoh. Di Bali Ogoh-ogoh biasanya diarak berkeliling pada malam sebelum Nyepi.
Melansir situs Pemerintah Kabupaten Buleleng, ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Patun Bhuta Kalah biasanya berbadan besar dan berwajah menakutkan. Selain berwujud Rakshasa, ogoh-ogoh biasanya juga tampil dalam wujud mahluk-mahluk yang hidup di Mayapada Syurga, dan Naraka.
Advertisement
Mahluk-mahluk itu seperti naga, gajah, dan widyadari. Namun seiring berjalannya waktu, penggambaran ogoh-goh juga biasa menyerupai orang-orang terkenal seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama.
Â
Tak Berhubungan Langsung
Ogoh-ogoh sejatinya tidak berhubungan langsung engan upacara Hari Raya Nyepi. Sejak tahun 1980an, umat hindu mengusung ogoh-ogoh yang dijadikan satu dengan acara mengelilingi desa dengan membawa obor atau yang disebut acara ngerupuk.
Pada umumnya ogoh-ogoh di arak menuju sutau tempat yang diberi nama sema (tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat) kemudian ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar.
Advertisement
Melambangkan Keinsyafan
Mengarak ogoh-ogoh sejatinya tak sekadar bagian dari perayaan Nyepi. Itu juga melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat.
"Kekuatan itu dapat dibagi dua, pertama kekuatan bhuana agung, yang artinya kekuatan alam raya, dan kedua adalah kekuatan bhuana alit yang berarti kekuatan dalam diri manusia. kedua kekuatan ini dapat digunakan untuk menghancurkan atau membuat dunia bertambah indah,"
Â