5 Pemain Mahal Manchester United yang Tidak Sesuai Harapan

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, Manchester United tidak segan merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkan pemain besar. Daya pikat pemain bintang seringkali berujung pada biaya transfer yang besar dan tagihan gaji yang tinggi.

Namun, korelasi antara harga dan kesuksesan di lapangan tidak selalu terjamin. Meskipun MU telah meraih kesuksesan besar dengan beberapa pemain terkenal, ada banyak pemain gagal memenuhi ekspektasi.

Pemain seperti Harry Maguire, Antony, Paul Pogba dan lainnya telah mengecewakan banyak penggemar MU dari berbagai penjuru dunia akibat performa mereka yang tak sesuai dengan harga mereka diboyong.

Alasan di balik kecenderungan untuk mendatangkan pemain berharga tinggi adalah dorongan untuk bersaing dengan klub-klub papan atas lainnya, yang seringkali mendorong Setan Merah ikut mengejar pemain bintang tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kekompakan dan performa tim.

Seringnya terjadi pergantian pelatih di klub juga menjadi alasan yang menyebabkan kerap terjadi perbedaan filosofi dan preferensi, sehingga menghasilkan perekrutan yang mungkin tidak sejalan dengan visi manajer baru di Liga Inggris.

Dalam artikel ini, Liputan6.com akan memaparkan 5 pemain mahal berbiaya tinggi yang mengecewakan di Manchester United. Simak halaman berikutnya!

Setelah meninggalkan Manchester United dengan status bebas transfer pada tahun 2012, Paul Pogba berkembang menjadi salah satu gelandang terkemuka dunia selama masa jabatannya di Juventus.

Sekembalinya ke Old Trafford empat tahun kemudian, pada usia 23 tahun, Manchester United mendapatkan jasanya dengan biaya yang memecahkan rekor sebesar £89 juta.

Harapannya adalah bahwa Pogba akan menjadi katalis untuk mengembalikan dominasi MU di Inggris dan sekitarnya, terutama setelah tiga tahun yang penuh tantangan pasca pensiunnya Sir Alex Ferguson.

Namun, performa Pogba selama enam tahun kembali di klub jauh dari ekspektasi. Meskipun bakatnya sesekali terlihat, penampilannya selalu tidak menentu, dan dia kesulitan untuk berintegrasi secara taktis ke dalam tim.

Pada musim panas 2019, Harry Maguire mendapatkan transfer ke Manchester United dari Leicester, menetapkan tolok ukur baru sebagai bek dan bek tengah termahal dalam sejarah sepak bola.

Melampaui pemegang rekor sebelumnya Virgil van Dijk, banderol mahal Maguire langsung mendapat sorotan. Keraguan muncul mengenai apakah dia layak mendapatkan bayaran sebesar itu, dan kekhawatiran atas anggapannya kurang halus dan canggung.

Sepanjang musim 2021-22, penampilan Maguire dirusak oleh serangkaian kesalahan, yang menyebabkan dia dikeluarkan dari starting lineup pada musim 2022-23 di bawah asuhan manajer Erik ten Hag.

Sayangnya, ia gagal mendapatkan kembali posisinya dan, pada bulan-bulan terakhirnya di MU, ia menjadi bek tengah pilihan kelima.

Pada musim panas 2022, Antony menjadi pemain Manchester United, menandai penandatanganan yang telah dilakukan dengan susah payah oleh Erik ten Hag untuk menyelesaikannya.

Meskipun Ajax enggan melepas pemain sayap tersebut, kegigihan Ten Hag menyebabkan biaya transfer meningkat, menyebabkan Setan Merah mengeluarkan uang sedikit lebih banyak dari perkiraan awal.

Meskipun Ten Hag siap menanggung risiko ini, sejauh ini hasilnya kurang menguntungkan. Antony menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan Liga Inggris yang menuntut fisik dan kesulitan menampilkan performa terbaiknya, membuatnya agak keluar mengecewakan para fans.

Terlibat dalam salah satu pertukaran pemain antar klub yang mungkin menjadi yang paling disesali dalam sejarah, Alexis Sanchez tiba di MU dengan reputasi sebagai salah satu bakat terbesar di Liga Inggris yang dapat merubah status tim yang diasuh Jose Mourinho saat itu.

Meskipun dicintai di Arsenal, Alexis gagal menyamai performa gemilangnya setelah pindah ke Old Trafford yang dinantikan.

Selama 18 bulan di klub, ia hanya berhasil mencetak tiga gol di Liga Inggris. Alhasil dia akhirnya hengkang ke Inter dengan status bebas transfer pada tahun 2020 setelah menjalani masa peminjaman.

Pemain asal Belanda itu sempat menunjukkan kompetensinya di Ajax dan tampil menonjol saat timnya mencapai babak semifinal Liga Champions musim 2018/19.

Di musim berikutnya, Van De Beek terus tampil impresif dengan menyumbang sepuluh gol di semua kompetisi.

MU yang terpikat oleh penampilannya selama dua tahun, memutuskan untuk memperoleh jasanya. Namun, banyak pendukung yang berpendapat bahwa investasi tersebut belum memberikan hasil yang diharapkan.

Bahkan dengan kedatangan mantan manajer Erik ten Hag, situasinya tidak membaik secara signifikan. Dia terus dikeluarkan dari skuad, membuat beberapa penggemar percaya bahwa dia harus mempertimbangkan untuk meninggalkan klub untuk menyelamatkan karirnya.