Melihat Lika-liku Pengadaan Vaksin Covid-19 di Brasil, Ada Kepentingan Politik

Khusus untuk vaksin covid-19 asal Sinovac memang menjadi cerita tersendiri di Brasil. Pasalnya kerjasama Sinovac ini dilakukan sendiri oleh negara bagian terbesar Brasil, Sao Paulo tanpa melibatkan Pemerintah Pusat.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 18 Des 2020, 09:43 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2020, 07:00 WIB
Banner Infografis 180 Juta Warga Indonesia Target Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Ilustrasi Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Brasil menjadi salah satu negara yang terdampak besar pandemi virus corona covid-19. Hingga Selasa (24/11/2020) sore, total kasus di sana mencapai 6.088.004 dan menewaskan 169.541 orang.

Tak heran Brasil menjadi salah satu negara yang sangat getol untuk memburu vaksin covid-19. Saat ini Regulator Kesehatan Brasil (Anvisa) telah mengizinkan empat produsen calon vaksin yakni Sinovac Biotech, AstraZeneca, Pfizer and Janssen-Cilag (Johnson and Johnson) untuk melakukan uji klinis vaksin covid-19.

Tak hanya itu, akhir Oktober lalu Brasil juga kabarnya sedang menyiapkan izin bagi vaksin covid-19 asal Rusia, Sputnik V untuk langsung diedarkan.

Khusus untuk vaksin covid-19 asal Sinovac memang menjadi cerita tersendiri di Brasil. Pasalnya kerjasama Sinovac ini dilakukan sendiri oleh negara bagian terbesar Brasil, Sao Paulo tanpa melibatkan Pemerintah Pusat.

Gubernur Sao Paolo, Joao Doria yang dikabarkan akan maju dalam bursa pemilihan presiden tahun 2022 memilih Sinovac meski mendapat kecaman dari Presiden saat ini, Jair Bolsonaro.

"Doria menggunakan isu vaksin ini agar terlihat berbeda dengan Bolsonaro. Dia ingin membangun citra bahwa sangat percaya dengan ilmu pengetahuan jelang pemilihan presiden," ujar Oliver Stuenkel, Associate Profesor Hubungan Internasional di Getúlio Vargas Foundation dilansir SCMP.

"Sementara Bolsonaro menggunakan isu vaksin ini dengan narasi Doria berada di bawah kontrol China. Isu vaksin menjadi bahan politik bagi keduanya," katanya menambahkan.

Awal November lalu Anvisa sempat menghentikan uji klinis vaksin covid-19 buatan Sinovac. Pasalnya ada kematian seorang relawan di Sao Paulo

Bolsonaro sempat menyebut penghentian uji klinis oleh Anvisa sebagai kemenangan warga Brasil. "Kematian, kecacatan, dan anomali. Vaksin inilah yang ingin diberikan Doria pada warga Sao Paulo," ujarnya.

Namun berselang dua hari Anvisa akhirnya memberikan izin lagi pada Sinovac untuk melanjutkan uji klinis. Laboratorium Butantan yang bekerja sama dengan Sinovac untuk vaksin covid-19 ini menyebut kematian pada relawan tidak berkaitan dengan vaksin.

Bahkan 120 ribu dosis vaksin covid-19 asal Sinovac yang bernama CoronaVac sudah tiba pekan kemarin dan menunggu izin edar dari Anvisa. Total Pemerintah Sao Paulo membeli enam juta dosis dari Sinovac untuk dipakai tahun depan.

Di sisi lain, Pemerintah Brasil sendiri pada awal pekan ini menandatangani letter of intent (loi) atau nota kesepahaman dengan lima perusahaan terkait pembelian vaksin.

Kelima perusahaan tersebut adalah Pfizer, Janssen-Cilag, Bharat Biotech, Moderna dan Pemerintah Rusia yang diwakili Russian Direct Investment Fund (RDIF).

Nantinya dari lima produsen itu, Brasil akan menerima 143 juta dosis vaksin covid-19 atau mampu menyuplai vaksinasi sepertiga populasi di sana.

"Kami membahas hal detil seperti produksi vaksin, keamanan, efektivitas, dan juga aspek logistik. Sekarang Kementerian Kesehatan menandatangani loi tapi tidak punya kewajiban hukum apapun. Jadi kami bisa membeli vaksin di masa mendatang setelah mendapat izin dari regulator."

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Kondisi di Peru

Banner Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Sama seperti Brasil, Peru juga menjadi salah satu negara dengan kasus terbanyak di Amerika Latin. Dilansir World O Meters, Peru mencatatkan 950.557 kasus dan menewaskan 35.641 orang hingga Selasa (24/11/2020) petang.

Untuk uji klinis vaksin covid-19, Peru bekerjasama dengan produsen asal China, Sinoparm. Total ada enam ribu sukarelawan dengan usia 18 hingga 75 tahun.

Sekitar dua ribu orang akan diuji klinis menggunakan strain virus Wuhan, dua ribu lainnya menggunkan strain virus Beijing dan dua ribu lainnya disuntikkan plasebo.

Tak hanya dengan Sinoparm, Peru juga mengizinkan uji klinis untuk vaksin covid-19 buatan Johnson& Johnson. Kabarnya akan ada 3.500 sukarelawan yang akan direkrut untuk uji klinis fase tiga ini.

Sementara untuk pengadaan vaksin yakni sekitar 24,5 juta dosis yang dibutuhkan, Peru sudah bernegosiasi dengan lima perusahaan. Tetapi yang paling cepat didatangkan kemungkinan vaksin covid-19 buatan Pfizer yang rencananya akan tiba pada kuartal pertama 2021 dengan 1,5 juta dosis.

Peru dan Pfizer sendiri sudah meneken perjanjian sebesar 9,5 juta dosis vaksin covid-19. Peru berharap bisa memvaksinasi orang dewasa sebelum pemilihan umum 11 April mendatang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya