Google Diminta Lebih Transparan soal Cara Atasi Penyebaran Hoaks

Wakil Presiden Komisi Eropa, Vera Jourova meminta Google lebih transparan terkait cara perusahaan menangani penyebaran hoaks.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 09 Des 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 09 Des 2020, 09:00 WIB
Kantor Baru Google di Berlin
Suasana ruang makan pada hari pembukaan kantor baru raksasa mesin pencari internet, Google, di Berlin, Selasa (22/1). Google kembali membuka kantor cabang yang baru di ibu kota Jerman tersebut. (Photo by Tobias SCHWARZ / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Komisi Eropa, Vera Jourova meminta Google lebih transparan terkait cara perusahaan menangani penyebaran hoaks. Hal ini disampaikannya saat konferensi video dengan CEO Google, Sundar Pichai, Senin (7/12/2020).

Hoaks menjadi salah satu masalah terbesar bagi masyarakat saat ini. Hoaks yang tersebar bisa berupa artikel, foto, maupun video.

Topiknya pun sangat beragam. Mulai dari politik, ekonomi dan juga kesehatan seperti hoaks yang terkait dengan covid-19.

"Saya ingin ada cara yang lebih transparan dan bertanggung jawab untuk ekosistem yang lebih luas, terutama menyangkut iklan. Jika dilakukan dengan benar maka hal itu bisa mengurangi monetisasi disinformasi," ujar Jourova seperti dilansir kfgo.com.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Keluhan Lain

Kantor Baru Google di Berlin
Seorang teknisi melewati logo mesin pencari internet, Google, pada hari pembukaan kantor baru di Berlin, Selasa (22/1). Google kembali membuka kantor cabang yang baru di ibu kota Jerman tersebut. (Photo by Tobias SCHWARZ / AFP)

Jourova sebelumnya juga pernah mengeluhkan soal Google yang mengambil keuntungan besar dari berita palsu. Ia berharap Google dan juga perusahaan teknologi lain untuk mempromosikan pemilu yang bebas dan adil.

"Saya senang Google membatasi iklan politik. Tapi UU kami akan bertujuan lebih luas yakni mencakup iklan yang bermasalah," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya