Kepulauan Riau Melawan Hoaks soal Vaksin Sinovac

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kepri Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang, Sabtu, mengatakan, informasi hoaks terkait Vaksin Sinovac disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 07 Feb 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2021, 07:00 WIB
FOTO: Tenaga Kesehatan Jalani Vaksinasi COVID-19 Tahap Kedua di Puskesmas Palmerah
Petugas medis bersiap menyuntikkan vaksin COVID-19 Sinovac kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Palmerah, Jakarta, Kamis (28/1/2021). Pemberian vaksin COVID-19 tahap kedua dilaksanakan terhadap tenaga kesehatan mulai hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks seputar Vaksin Sinovac untuk melawan covid-19 di Indonesia belum reda, meski sudah banyak bantahan dari berbagai pihak. Informasi menyesatkan ini sudah meluas dari berbagai kalangan, seperti di Provinsi Kepulauan Riau.

Informasi hoaks soal vaksin covid-19 buatan China, Sinovac beredar jauh sebelum vaksinasi dilaksanakan, 13 Januari lalu. Dimulai dari Sinovac menggunakan zat haram dan membahayakan kesehatan, padahal saat itu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maupun Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (MUI) masih melakukan penelitian.

Kemudian beberapa hari sebelum Presiden Joko Widodo divaksinasi, BPOM dan MUI mengumumkan Sinovac aman dan halal. Beberapa saat setelah presiden disuntik vaksin, muncul informasi bohong bahwa presiden disuntik Vitamin C.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kepri Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang, Sabtu, mengatakan, informasi hoaks terkait Vaksin Sinovac disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Penyebar informasi hoaks itu disebarkan oleh orang-orang yang tidak memiliki kapasitas dan pengetahuan yang cukup terkait program pemerintah mencegah penularan Covid-19 melalui vaksinasi.

"Memang sangat mudah menyebarkan informasi apapun di media sosial, namun kita harus lebih selektif, menyaring informasi itu, dan jangan mudah untuk menyebarluaskan informasi tersebut kepada orang lain. Kapasitas orang sangat mempengaruhi nilai kebenaran dari informasi yang disebarkan," katanya.

Sekretaris Daerah Kepri Tengku Said Arif Fadillah mengatakan informasi hoaks harus dilawan dengan informasi yang benar. Wartawan dan media massa merupakan garda terdepan dalam menyebarkan informasi yang benar kepada masyarakat.

"Semua orang berperan dalam pensuksesan program pemerintah mencegah COVID-19. Tentu berita-berita di media massa dan informasi di media sosial diharapkan mendorong percepatan proses vaksinasi, khususnya di Kepri," katanya, yang juga Ketua Harian Satgas Penanganan COVID-19 Kepri.

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Antusias

Berbagai informasi bohong soal Vaksin Sinovac tidak menghentikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ingin divaksin. Mereka yang merupakan garda terdepan dalam menangani pasien COVID-19, menyadari vaksinasi itu penting.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Kepulauan Riau (IDI Kepri) Rusdani menyatakan tenaga kesehatan antusias disuntik Vaksin Sinovac untuk mencegah penularan COVID-19. Banyak tenaga kesehatan (nakes) yang sudah tidak sabar mendapatkan vaksinasi.

"Saya mendapatkan laporan banyak nakes yang tidak sabar menunggu untuk divaksin. Mereka harus menunggu sesuai jadwal yang ditetapkan," katanya.

Rusdani menyatakan sejauh ini pelaksanaan vaksinasi untuk nakes berjalan lancar. IDI Kepri belum mendengar ada keluhan dari nakes yang sudah disuntik vaksin maupun yang belum divaksin.

"Kami belum pernah dengar ada nakes yang menolak diberi vaksin," ujarnya.

Ketua Harian Satgas Penanganan COVID-19 Kepri Tengku Said Arif Fadillah mengatakan tujuan utama vaksinasi di masa pandemi Covid-19 ini untuk menciptakan kekebalan komunitas (herd immunity), sehingga semakin banyak orang yang kebal terhadap virus, maka diharaokan berangsur-angsur pandemi bisa berakhir.

"Jadi tidak benar vaksin dapat mengubah genom, mengandung sel vero yang berasal dari ginjal monyet hijau Afrika, mengandung bahan pengawet, dan mengandung virus yang dilemahkan. Yang benar itu, vaksin yang digunakan masyarakat telah melalui tahapan pengembangan dan serangkaian uji yang ketat, sehingga terjamin kualitas, keamanan dan efektivitasnya di bawah pengawasan BPOM serta memenuhi standar internasional," ucapnya, yang juga Sekda Kepri. (Ant)

 

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya