Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat (AS) disebut-sebut berencana menggandeng perusahaan media sosial di antaranya Facebook, Twitter, dan Google untuk mengatasi misinformasi dan hoaks seputar Covid-19.
Kepala staf kepresidenan Amerika Serikat, Ron Klain pernah menyatakan mereka akan bekerja sama dengan Silicon Valley.
Baca Juga
"Disinformasi yang menyebabkan keraguan tentang vaksin akan menjadi rintangan besar untuk memberikan vaksin ke semua orang dan tidak ada lagi pemain besar selain media sosial," kata seorang sumber yang dekat dengan Gedung Putih seperti dilansir dari Antara, Sabtu (20/2/2021).
Advertisement
"Kami berbicara dengan mereka supaya mereka memahami betapa pentingnya misinformasi dan disinformasi dan bagaimana mereka bisa mengatasinya segera," sambung dia.
Beberapa waktu lalu pendukung anti-vaksin mengadakan aksi di Stadion Dodger, Los Angeles. Mereka menutup akses masyarakat ke stadion, padahal tempat itu merupakan salah satu pusat vaksinasi Covid-19.
Pemerintah AS disebut-sebut tidak ingin aksi serupa terulang. Gerakan anti-vaksin di AS banyak beredar di media sosial. Laporan dari Center for Countering Digital Health pada Juli 2020 menemukan akun-akun anti-vaksin diikuti 7-8 juta sejak 2019.
Juru bicara Facebook menyatakan mereka sudah menghubungi Gedung Putih untuk mengatasi masalah tersebut.
"(Kami) memberikan bantuan apa pun yang bisa kami lakukan," demikian pernyataan Facebook.
Baru-baru ini Facebook juga menerapkan kebijakan menghapus laman, grup, dan akun yang sering menyebarkan misinformasi soal Covid-19 dan vaksin.
Sementara Twitter menyatakan secara berkala berkomunikasi dengan Gedung Putih untuk isu penting, termasuk tentang Covid-19.
Â