Liputan6.com, Jakarta - Masalah dan kejahatan di dunia maya termasuk hoaks dan ujaran kebencian makin banyak beredar di masyarakat. Itu sebabnya edukasi dan literasi digital harus terus digalakkan termasuk melalui jalur pendidikan formal.
Hal ini disampaikan oleh Ibnu Dwi Cahyo, Direktur Eksekutif Siber Sehat Indonesia (SSI). Ia menjelaskan bahwa perbaikan literasi digital lewat institusi pendidikan formal tidak bisa ditunda lagi.
Baca Juga
Menurutnya semua sentra kehidupan sudah tersentuh digitalisasi, sehingga seharusnya lembaga pendidikan formal menjadi tempat pertama dan utama bagi anak bangsa untuk belajar apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di wilayah siber.
Advertisement
"Literasi digital ini sangat penting, apalagi kita menghadapi era media sosial yang sangat bebas, belum lagi soal perlindungan data pribadi, tak kalah penting kita akn menghadapi pemilu dan pilpres di 2024. Semua terhubung satu sama lain mempengaruhi. Dengan literasi digital yang baik, maka pemilu akan berjalan dengan aman, serta kualitas hasilnya meningkat. Sebaliknya dengan literasi digital yang rendah maka akan banyak konflik hadir di semua lini, terutama penyebaran hoaks," ujar Ibnu dalam pernyataan tertulisnya.
Ibnu menambahkan kesempatan untuk meningkatkan literasi digital lewat lembaga pendidikan formal sangat bisa dilakukan apalagi dengan adanya kurikulum merdeka belajar. Namun tak kalah penting adalah membekali para pengajar di sekolah dengan berbagai intrumen tambahan agar para pengajar juga bisa update dengan perkembangan digital yang terjadi. Ini penting agar ada relasi antara murid sebagai "native digital" dengan para pengajar.
"Literasi digital ini tak hanya membantu meningkatkan pemilu dan pilpres yang berkualitas, bahkan lebih jauh bisa meningkatkan kepercayaan dunia internasional dan investor ke Indonesia. Pendidikan adalah kunci utama menghadapi bonus demografi yang sedang dan akan segera datang ke Indonesia. Literasi digital bisa menjadi salah satu faktor penopang agar bonus demografi ini benar-benar bermanfaat bagi Indonesia," katanya mengakhiri.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement