Literasi Politik dan Prebunking Bisa Tangkal Hoaks di Pemilu 2024

Hoaks dan disinformasi menjadi potensi besar yang mengancam pelaksanaan Pemilu 2024.

oleh Salma Aulia diperbarui 09 Jun 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2023, 18:00 WIB
Infografis Journal
Ilustrasi hoaks seputar Pemilu 2024. (Abdillah/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks dan disinformasi menjadi potensi besar yang mengancam pelaksanaan Pemilu 2024.  Terlebih jika jumlah pengguna media sosial di Indonesia saat ini semakin besar.

Hal tersebut disampaikan oleh Manajer Program Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Fadli Ramadhanil, dalam acara Virtual Class yang diadakan Liputan6.com bertajuk "Waspada Hoaks Gunakan AI Makin Sulit Dikenali".

"Pemilih berusia 17-40 tahun di Pemilu 2024 berjumlah 52,6 persen atau setara dengan 108 juta pemilih. Sebagian besar dari jumlah tersebut mungkin adalah orang yang melek terhadap informasi dan memegang smartphone dan pengguna media sosial pastinya,” ujar Fadli.

Menurut Fadli jumlah yang besar tersebut sebenarnya di satu sisi dapat menjadi modalitas penting untuk menyebarkan informasi secara lebih cepat sebagai ruang literasi politik kepada masyarakat.

Namun menurutnya, di saat yang bersamaan, banyaknya pemilih yang dapat mengakses media sosial juga berpotensi membuat mereka mudah terpapar oleh hoaks dan disinformasi.

Maka cara yang perlu dilakukan oleh para penyelenggara Pemilu, pemerintah, dan instansi yang memiliki wewenang dalam penyebaran informasi Pemilu adalah memperbanyak produksi informasi untuk mencegah penyebaran hoaks dan disinformasi lebih banyak atau biasa yang disebut dengan prebunking.

Memenuhi Media Sosial sebagai Ruang Literasi Politik dengan Prebunking

Prebunking yang dimaksud adalah,  informasi-informasi terkait penyelenggaraan Pemilu, teknis pelaksanaan tahapan Pemilu yang perlu disampaikan pada masyarakat. Edukasi terkait bagaimana cara memfilter informasi hoaks atau bukan, cara memilah dan memilih instansi yang bersangkutan memiliki otoritas terkait Pemilu dan bagaimana menguji kredibilitas media juga perlu disampaikan.

"Selain mempersiapkan berbagai macam material informasi yang berpotensi akan menjadi hoaks dan disinformasi, memasang strategi untuk kemudian jauh lebih cepat mengklarifikasi informasi itu juga penting untuk dipikirkan," ujar Fadli.

 

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya