Teknologi Makin Maju, Waspada Kejahatan Siber pada Anak

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria mengajak seluruh pihak untuk bersinergi bersama dalam melindungi anak-anak dari ancaman kejahatan di ruang digital yang semakin beragam.

oleh Rida Rasidi diperbarui 23 Nov 2023, 12:08 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2023, 12:08 WIB
Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware
Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware. Kredit: Elchinator via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Di era digital dan perkembangan teknologi yang pesat, anak semakin intensif terpapar beragam informasi dan konten di ruang digital. Untuk itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria mengajak seluruh pihak berupaya dalam melindungi anak-anak dari ancaman kejahatan siber yang semakin beragam.

“Ancaman-ancaman penggunaan internet untuk anak di ranah daring itu cukup banyak,” ujarnya dikutip dari laman Kominfo.

Menurut data UNICEF pada 2023, sebanyak 175 ribu anak menjadi pengguna baru internet setiap harinya di seluruh Indonesia. Sedangkan, di Indonesia, terdapat 30 juta anak menjadi pengguna internet.

Tingginya jumlah pengguna internet usia anak menimbulkan ancaman dan risiko yang besar, seperti paparan konten negatif, cyberbullying terhadap anak, kebocoran data, hingga Child Sexual Abuse Material.

Dengan ancaman dan risiko di ruang digital yang besar bagi anak, Wamen Nezar mendorong semua pihak untuk mewaspadai segala maksud atau tujuan yang mengarah pada aksi kejahatan siber. Tidak hanya itu, Wamenkominfo juga menekankan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) sebagai filter otomatis untuk konten negatif.

“AI dapat digunakan untuk melakukan deteksi cyberbullying melalui upaya pengaman dan deteksi pola pelaku cyberbullying, serta mengidentifikasi pelaku kekerasan online melalui deteksi perilaku di ruang digital. AI juga bisa membantu orang tua memantau screen time, tentu saja supaya anak tidak terlalu larut dalam penggunaan digital dan mengatasi kecanduannya juga,” katanya menambahkan.

Namun, bak pedang bermata dua, keberadaan teknologi AI, seperti deepfake malah memungkinkan terjadinya manipulasi konten foto atau video, serta dapat memproduksi konten-konten negatif dengan anak sebagai korban. Sehubungan dengan hal tersebut, Nezar mendorong adanya diskusi oleh seluruh pihak yang berhubungan dengan anak-anak mengenai pemanfaatan AI bagi mereka.

“Pemanfaatan AI di kelompok yang selama ini berinteraksi dengan pendidikan anak-anak, baik para advokasi hak-hak anak, kemudian mereka yang terlibat dalam pendidikan anak-anak, AI ini saya kira sangat penting,” ujarnya menegaskan.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya