Benarkah Olahraga Picu Serangan Jantung Mendadak? Begini Penjelasan Dokter

Meluruskan mitos yang selama ini beredar di masyarakat, dokter menegaskan bahwa olahraga bukan pemicu serangan jantung.

oleh Alifah Budihasanah diperbarui 11 Jun 2024, 21:58 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2024, 07:00 WIB
ilustrasi Cek Fakta kesehatan
ilustrasi Cek Fakta

Liputan6.com, Jakarta - Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah sekaligus Ahli Ilmu Faal Olahraga Siloam Hospitals Lippp Village, Vito Damay meluruskan kesalahpahaman yang selama ini beredar di masyarakat, yakni anggapan bahwa olahraga menjadi pemicu serangan jantung mendadak.

Mitos tersebut adalah kesimpulan yang ditarik dari kasus-kasus atlet meninggal ketika berolahraga yang dianggap akibat dari serangan jantung. Namun, Vito menegaskan olahraga bukan menjadi pemicu individu mengalami penyakit jantung koroner atau serangan jantung.

"Kok ada aja tuh yang lagi maraton tiba-tiba habis jatuh terus enggak lama meninggal. Yang pertama dia belum tentu serangan jantung, itu dia secara umum namanya henti jantung lho, yang belum tentu serangan jantung,” ucap Vito menjelaskan, dilansir dari Antara, Jumat (7/6/2024).

Dalam gelar wicara daring Kementerian Kesehatan bertajuk "FOMO Olahraga, Boleh. Asal Perhatikan Kondisi Jantungmu!” itu, ia juga menyebut henti jantung tidak selalu merupakan gejala penyakit jantung koroner. Faktor lainnya, bisa disebabkan oleh kelainan jantung sejak lahir yang berakibat pada kelainan irama jantung.

"Jadi itu adalah kelainan struktur jantung yang bukan karena pola hidup. Bisa saja atlet yang jatuh kemudian meninggal itu memiliki kondisi kelainan struktur jantung sejak lahir atau dia memang mengalami penebalan dinding jantung, tapi enggak pernah pemeriksaan lebih lanjut," kata dia menjelaskan.

Maka dari itu, para atlet maupun masyarakat yang hobi berolahraga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan jantung secara rutin, terutama ketika hendak melakukan olahraga dengan intensitas berat.

"Memang sekarang ada wacana untuk atlet yang profesional seharusnya diperiksakan pemeriksaan jantung yang bukan standar seperti pada orang pada umumnya, tapi diperiksakan yang lebih advance, misalkan ekokardiografi atau USG jantung," ujar Vito.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya