Strategi Cooling System, Cara Polri Redam Hoaks dan Polarisasi Selama Pilkada 2024

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan strategi cooling system yang diterapkan Polri untuk mencegah hoaks dan polarisasi selama Pilkada Serentak 2024.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 12 Nov 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2024, 15:00 WIB
Kapolri raker dengan komisi III
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo memberi paparan dalam rapat kerja bersama Komisi III DPR di di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (24/1/2022). Raker terkait evaluasi kinerja dan capaian Polri selama tahun 2021, serta rencana penggunaan anggaran 2022. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam upaya menjaga stabilitas sosial-politik selama Pilkada 2024, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan komitmen Polri dalam menggalakkan cooling system. Langkah ini bertujuan untuk meredam hoaks dan potensi polarisasi yang kerap muncul dalam kontestasi politik.

Dalam rapat dengan Komisi III DPR RI di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Senin 11 November 2024, Sigit menekankan pentingnya strategi ini.

"Kami sangat peduli terhadap potensi polarisasi yang bisa terjadi. Oleh karena itu, kami menginisiasi Satgas Nusantara Cooling System," ujar Sigit dilansir dari Antara, Selasa (12/11/2024).

Sigit menyoroti hasil survei Global Risk Report 2024 yang mengidentifikasi misinformasi dan disinformasi sebagai penyebab utama polarisasi dalam Pilkada. Sebagai langkah mitigasi, Polri melakukan berbagai inisiatif, termasuk sosialisasi, patroli siber, dan deklarasi pemilu damai.

"Kami juga bekerja sama dengan Kemenkomdigi untuk memblokir informasi hoaks, serta mempromosikan konten positif guna memperkuat persatuan di tengah masyarakat," jelas Sigit.

Usaha kontrapolarisasi ini menunjukkan hasil yang menggembirakan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Seth Soderberg, peneliti politik Indonesia dari Harvard University, dan Burhanuddin Muhtadi, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, tingkat polarisasi di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan.

"Alhamdulillah, berkat upaya cooling system ini, tingkat polarisasi masyarakat Indonesia turun secara signifikan," ungkap Sigit.

Namun, Sigit mengakui bahwa polarisasi belum sepenuhnya hilang. Masih ada garis pemisah terkait dengan identitas tertentu, isu SARA, masalah ekonomi, dan kesenjangan yang dapat dimobilisasi.

"Ini menjadi perhatian kami," tambahnya.

 

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya