Citizen6, Jakarta Jika dalam sepak bola Premiere League Inggris kita mengenal sosok Jose Mourinho yang kontroversial namun berprestasi sangat cemerlang, di dunia Sepak Takraw Indonesia sosok serupa pelatih Portugal itu menjelma di figur Sulton (45). Dia aadalah head coach dari Tim Takraw Kabupaten Kendal yang dikenal garang, temperamental dan hobi memprotes wasit jika dinilainya wasit serta ofisial pertandingan berlaku kurang adil.
Namun toh dibalik sifatnya itu dia secara pribadi beberapa kali mendapat anugerah Fair Play Award dan tim yang diasuhnya menjuarai berbagai event tingkat regional maupun nasional. Terakhir timnya jadi Juara 1 di event O2 SN di Palembang tahun 2012 dan salah satu anak didiknya bernama Nurcholis merupakan personel tim nasional Sepak Takraw Indonesia yang meraih medali emas di Asian Games Qatar.
Bedanya dengan Mou, Sulton tak menangani tim dengan dana berlimpah. Dirinya membentuk tim Takraw junior yang berkarakter petarung mulai dari nol. Artinya mulai dari memilih bibit, membentuk mental bertanding, memotivasi dan akhirnya menjadi juara murni tanpa dana yang memadai.
Advertisement
Uniknya dia tak berasal dari kota besar namun dari desa Jungsemi Kabupaten Kendal yang notabene adalah terletak jauh di pelosok desa pinggiran laut Jawa bagian Utara.
Banyak yang tak menyangka, atlet-atlet muda dari desa tersebut bisa memberikan prestasi membanggakan bagi Jateng. Apalagi Desa Jungsemi, sebagai tempat penggemblengan para atlet, merupakan desa pelosok yang jauh dari hiruk pikuk kota. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke desa itu, sekitar 45 menit dari pusat kota Kabupaten Kendal.
Latihan Keras dan tendang bola 900 kali
Sulton mengatakan, semua atlet pemula yang ingin tergabung di klub, lebih dahulu digembleng secara khusus. Salah satunya dengan mewajibkan atlet pemula berlatih menimang bola menggunakan anggota tubuh antara 700- 990 kali, tanpa jatuh ke tanah.
”Siswa juga kami ajarkan teknik menimang bola dengan punggung kaki, paha, bahu, sampai bermain dengan menggunakan kepala,” urainya
Memang tidak semuanya mampu melakukan seperti itu. Namun melalui latihan keras, serius tapi santai, bakat dan keterampilan anak bisa terasah dengan sendirinya.
Proses latihan inilah yang membuat atletnya bisa berprestasi. Bahkan sejak tahun 2007 sampai 2011, tim SDN 2 Jungsemi yang diasuh oleh Sulton senantiasa berprestasi di event Popda SD.
“Salah satu kunci menjadi juara adalah dengan berlatih tekun dan konsisten, ” tegasnya.
Pelatih yang bertampang mirip petinju Filipina Manny Pacquiao ini dikenal memiliki kecerdasan secara teknis dan mampu membaca permainan lawannya, strateginya juga selalu berubah.
“Saya meneliti perkembangan permainan tak hanya secara mengambang tapi lebih dari itu saya coba secara detail per detik memantau mulai dari pergerakan bola dalam Serve, Umpan dan Smash dan strateginya pun tak akan pernah sama sehingga lawan akan kebingungan dan down secara mental” paparnya.
Jika saja pemerintah Indonesia mempunyai prinsip menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat, tentu potensi pelatih berbakat berseperti Sulthon ini akan menjadi sebuah kesempatan untuk membuat olahraga Sepak Takraw Indonesia mendulang prestasi didunia internasional dimasa datang
Pengirim:
Aryo Widiyanto Traveller , Backpacker, Photograper, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com
Twitter: @aryowidi