Luka dan Lika-liku Para 'Nyai' di Era Kolonial

'Nyai' menjadi sebutan umum untuk perempuan yang menjadi gundik, namun hidupnya tak semanis parasnya.

oleh Rina Nurjanah diperbarui 11 Jul 2015, 11:21 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2015, 11:21 WIB
Naskah Karya Pramoedya Ananta Toer, mengisahkan perjalanan hidup Nyai Ontosoroh, ketika berusia belasan tahun dijual kepada seorang Belanda oleh ayahnya. Diselenggarakan 25-26 Maret 2011. (Antara).

Citizen6, Jakarta Pada masa kolonial Belanda, setiap perempuan yang menjadi gundik atau istri simpanan para kompeni lazim disebut nyai kala itu. Dalam sejarah kita mengenal Nyai Dasima, Nyai Saritem hingga Nyai Ontosoroh yang kemudian diceritakan oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Bumi Manusia. Sebelum kedatangan VOC dan serdadunya, istilah nyai hanyalah sebutan untuk wanita dewasa yang tidak memiliki konotasi apapun.

Namun, pada masa pendudukan Belanda, setiap perempuan yang dijadikan gundik kemudian disebut nyai. Seorang nyai biasanya diambil begitu saja dari keluarganya oleh para kompeni, baik sebagai alat pembayar kepada kompeni karena tidak mampu membayar pajak ataupun karena memang disukai oleh kompeni Belanda tersebut. Meskipun diberikan pakaian yang indah-indah lengkap dengan perhiasan dan perawatan kecantikan, seorang nyai tidak lagi diperbolehkan untuk bertemu atau kembali pada keluarganya.

Semua perhiasan dan kehidupan mewah yang dinikmati harus dibayar dengan namanya yang tercoreng sebagai gundik di masyarakat dan terasingnya diri mereka dari kehidupan luar. Jika sang kompeni tersebut telah merasa bosan atau alasan lainnya, gundik tersebut akan dibuang begitu saja tanpa dibekali apapun. Bila gundik tersebut telah melahirkan seorang anak, maka dirinya akan dipisahkan dari anak yang dilahirkannya tersebut. Lalu, ketika sang gundik jatuh cinta dan memperjuangkan cintanya maka mereka akan disiksa dengan cara disalib di bawah terik matahari bahkan kemaluannya dilumuri oleh cabai Spanyol yang telah ditumbuh.

Seorang nyai kala itu bahkan tidak memiliki hak apapun atas kehidupannya.

 

  **Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya