Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan keluar Bumi tentunya membutuhkan persiapan yang besar. Jarak Bumi ke Mars saja, planet yang paling terdekat dengan Bumi, dapat mencapai 54 juta kilometer jauhnya.
Pasti memerlukan waktu yang lama untuk menghabiskan waktu di luar angkasa. Untuk bertahan hidup, para astronot tentunya harus mempersiapkan perbekalan makanan mereka dengan baik ketika di luar Bumi.
Advertisement
Baca Juga
Masalah penyimpanan makanan dalam perjalanan perlu dipertimbangkan secara matang oleh pihak NASA. Bukan hanya jenis hidangan dan makanannya, melainkan juga daya tahan lamanya makanan yang dapat disimpan.
Itulah sebabnya, NASA sedang mempertimbangkan penelitian yang terbilang ekstrem atau bahkan membuat geli banyak orang. Mereka sedang membiayai dana penelitian yang tengah dilakukan oleh Universitas Penn State yang dapat mengubah tinja menjadi pasta khusus yang bisa dimakan.
Tinja ataupun feses merupakan hasil pembuangan dari proses pencernaan manusia. Sudah semestinya zat-zat yang tak lagi diperlukan tubuh seharusnya dikeluarkan. Banyak orang pasti akan menganggap hal ini akan sangat menjijikkan jika sampai harus dimakan kembali.
Akan tetapi, NASA yang sudah memberikan biaya pastinya merencanakan hal ini dengan serius. Ide ini akan dijalankan dengan menurunkan nutrisi dari zat kotoran dengan menggunakan mikroba agar bisa dimakan.
Konsepnya
Tim peneliti akan menggunakan mikroba untuk menghancurkan dan meminimalkan kemungkinan adanya patogen yang berkembang. Tim peneliti bakal menggunakan mikroba yang dapat mengubah zat pembuangan dalam tubuh menjadi makanan dengan menjadikannya 52 persen protein dan 36 persen lemak.
Setelah kotoran bisa diubah menjadi protein, hal ini mampu menjadi makanan alternatif saat perjalanan di ruang angkasa dalam waktu yang lama.
"Walaupun agak aneh, konsepnya sedikit mirip dengan marmiite atau vegemite (selai yang terbuat dari ragi), di mana kamu memakan olesan mikroba berlendir," kata salah satu peneliti, Christopher House, melansir Meaww, Minggu (4/2/2018).
Para peneliti telah menguji mikroba dengan menggunakan kotoran buatan. Dalam hasil penelitian mereka, mikroba dapat mencerna kotoran manusia selama 13 jam dan menghasilkan metana.
Produksi metana dapat menumbuhkan mikroba berbeda yang disebut methylococcus capsulatus, yang biasa untuk menghasilkan bio massa pakan ternak.
"Pembukaan mikroba diambil dari kotoran padat yang kemudian diubah menjadi asam lemak. Dari hal itu asam lemak diubah kembali menjadi gas metane dan kemudian menyebabkan munculnya banyak tipe mikroba di dalam permukaan yang sama,"Â kata House.
Meski makan feses terdengar menjijikan dan dapat menurunkan selera makan, peneliti dan NASA yakin, cara tersebut merupakan satu-satunya alternatif untuk memperpanjang perbekalan makanan untuk para astronot.
Advertisement
Cara lain yang ditawarkan
Ada cara lainnya yang ditawarkan, seperti menanan sayuran sendiri dengan cara hidroponik. Akan tetapi, cara ini dianggap melibatkan energi besar dan proses lainnya sehingga dinilai tidak efektif.
Meskipun terdengar mengejutkan, para astronot sendiri sebenarnya bisa mengelola urine mereka sendiri menjadi air minum yang layak konsumsi. Cara ini dilakukan dnegan melakukan beberapa tahapan proses menghilangkan toksin dan kotoran lainnya sehingga bisa kembali diminum.
Jika kamu heran mengapa para astronot dan NASA melakukan hal ini, alasannya karena perbekalan makanan dan minuman bisa menambah banyak berat. Hal ini dapat memengaruhi bahan bakar roket sehingga biaya yang dikeluarkan akan semakin besar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini: