Merokok, Vaping, dan Polusi Perbesar Risiko Terpapar Virus Corona, Ini Sebabnya

Tiga hal tersebut memperbesar risiko seseorang terpapar virus Corona

oleh Sulung Lahitani diperbarui 26 Mar 2020, 15:31 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2020, 15:31 WIB
Rokok Elektrik
Ilustrasi Rokok Elektrik atau Vape (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Sering mencuci tangan dengan benar serta menjaga jarak dengan orang lain disebut-sebut sebagai cara mencegah penyebaran virus Corona (Covid-19), tapi apa cukup? Siapa sangka kebiasaan merokok dan polusi ternyata meningkatkan risiko terpapar virus tersebut.

Ada sedikit penelitian tentang ini, tapi ada beberapa teori pendahuluan. Sebuah studi kasus virus Corona menunjukkan bahwa status merokok adalah faktor dalam perkembangan virus Corona menjadi pneumonia.

Malahan, para ahli di University of California, San Fransisco menyatakan bahwa alasan potensial mengapa lebih banyak pria tewas daripada wanita karena penyakit di China adalah karena lebih banyak pria daripada wanita merokok di sana.

Para profesional kesehatan telah lama mengatakan bahwa pasien dengan kondisi yang penyakit yang sudah ada sebelumnya, lebih rentan terhadap virus Corona. Tapi ketika penelitian dilakukan untuk memeriksa penyakit tersebut, masyarakat bealjar lebih banyak tentang apa yang menyebabkan masalah kesehatan sebenarnya.

 

Selanjutnya

Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

Mengutip laporan Cleveland, di Ohio, Amerika Serikat, sebanyak 50 orang dinyatakan positif virus Corona pada minggu lalu. Sedangkan tingkat merokok di Ohio adalah sekitar 21 persen, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Menurut Dr. Yasir Tarabichi seperti dikutip dari MetroHealth, mengirup apapun yang berbahaya bagi paru-paru dapat menyebabkan peradangan. Peradangan itu mengubah lingkungan di paru-paru dan mengurangi kapasitas paru-paru, membuatnya lebih sulit untuk bernapas.

Berikut ini tiga hal yang dapat meningkatkan risiko terpapar virus Corona:

 

1. Merokok

Ilustrasi rokok.
Ilustrasi rokok. (iStockphoto)

Tarabichi mengatakan bahwa jika perokok dapat berhenti, mereka harus melakukannya. Tapi situasi yang memicu kecemasan seperti pandemi virus Corona, juga dapat membuatnya lebih sulit.

"Dari apa yang saya amati terhadap pasien saya, saat pasien menjadi sedikit gugup, mereka akan mulai meraih lebih banyak rokok. Meningkatkan beban merokok tak akan membantu paru-paru Anda, sistem kekebalan tubuh, atau fungsi kekebalan di paru-paru Anda melawan penyakit," ungkapnya.

 

Selanjutnya

20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Merokok juga meningkatkan kemungkinan penyakit paru-paru, termasuk penyakit paru obstruktif kronis yang dapat membuat gejala pernapasan yang berasal dari penyakit akibat virus menjadi lebih berbahaya. Mantan perokok biasanya mengalami kondisi ini.

Perokok dan mantan perokok sering mengalami batuk sebagai bagian dari kerusakan paru-paru yang dapat membingungkan ketika salah satu gejala utama dari virus Corona adalah batuk kering.

 

2. Vaping

Rokok Elektrik
Ilustrasi Rokok Elektrik atau Vape (iStockphoto)

Mencari tahu bagaimana kebiasaan mengisap vape dapat memengaruhi risiko virus Corona lebih rumit, karena lebih baru dan tak ada banyak penelitian tentang bagaimana vaping memengaruhi fungsi kerja paru-paru.

Tarabachi mengatakan berdasarkan apa yang diketahui sejauh ini, kemungkinan vaping menyebabkan kerusakan pada paru-paru pasien dan membatasi kemampuan mereka untuk melawan penyakit.

"Saya tidak mencoba mengatakan vaping adalah hal yang mengerikan karena saya tahu bahwa ada orang yang mungkin menggunakan vape untuk membantu mereka berhenti merokok, ingin beralih dari rokok ke rokok elektronik," kata Tarabichi.

"Yang tidak diketahui masyarakat adalah apakah rokok elektronik lebih buruk daripada rokok biasa."

 

3. Polusi udara

Ilustrasi polusi udara.
Ilustrasi polusi udara. (iStockphoto)

Polusi udara juga dapat berperan dalam mengembangkan kondisi jantung dan paru-paru, serta sistem kekebalan tubuh yang rentan.

"Ada hari-hari tertentu di Ohio ketika kualitas udara sama buruknya, atau lebih buruk dari China dan India. Kedua negara itu dikenal karena memiliki kualitas udara terburuk," ujar Loren Wold, profesor di Departemen Fisiologi dan Biologi Sel Universitas Negeri Ohio.

 

Selanjutnya

Ilustrasi polusi udara
Mungkin sebagian warga sepakat bila kualitas udara Ibukota sudah tercemar. Bahkan beberapa orang harus bertarung dengan polusi udara dengan menggunakan masker kemana-mana.

Kualitas udara yang buruk dapat membuat pernapasan menjadi lebih sulit bagi mereka yang memiliki kondisi paru-paru, seperti penyakit paru obstruktif kronis atau asma.

Untuk mencegah semakin besarnya risiko terpapar virus Corona, orang dengan kondisi paru-paru yang lemah, yang merokok, atau vaping harus sangat berhati-hati dalam mempraktikkan kebiasaan yang sehat dan bersih. Akan lebih baik pula bila mereka mengikuti rekomendasi untuk menjaga jarak sosial seperti menjauh dari kelompok besar di daerah berisiko.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya