Liputan6.com, Jakarta Gumpalan darah atau bekuan darah itu sehat dan menyelamatkan nyawa saat menghentikan pendarahan Anda. Namun, mereka juga dapat terbentuk saat tidak dibutuhkan dan menyebabkan serangan jantung, stroke, atau masalah medis serius lainnya.
Baca Juga
Advertisement
Mereka dapat menimbulkan sejumlah risiko tergantung di mana mereka terbentuk di dalam tubuh, dengan keseriusan mereka meningkat saat mereka mulai bergerak melalui aliran darah. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui kondisi pada tahap awal ketika masih dapat dilarutkan dengan suntikan.
Trombosis vena dalam (DVT) adalah bekuan darah di vena, biasanya di kaki, dan bisa sangat berbahaya. Gejala pembekuan darah yang terbentuk jauh di dalam vena sering terkonsentrasi di kaki.
Gejala bekuan darah
Menurut WebMD, empat gejala peringatan bekuan darah meliputi: Kesulitan bernapas; Perubahan warna; Rasa sakit; dan Pembengkakan. Berikut penjelasannya:
1. Kesulitan bernapas
Saat gumpalan meninggalkan kaki dan mulai bergerak ke paru-paru, pasien mungkin mengalami kesulitan bernapas dan batuk parah.
Hal ini terjadi karena aliran darah melalui paru-paru menurun secara dramatis, yang pada gilirannya mengurangi jumlah darah yang mengalir ke organ-organ di sekitarnya.
Kadang-kadang, pasien mungkin batuk darah atau mungkin mengalami nyeri di dada dan pusing, yang semuanya memerlukan kunjungan ke unit gawat darurat.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Pembengkakan
Ketika gumpalan memperlambat atau menghentikan aliran darah, itu bisa menumpuk di pembuluh dan membuatnya membengkak.
"Jika itu terjadi di kaki bagian bawah atau betis Anda, itu sering merupakan tanda DVT," jelas WebMD.
Situs kesehatan menambahkan: “Tetapi Anda juga dapat memiliki gumpalan di lengan atau perut Anda.
“Bahkan setelah hilang, satu dari tiga orang masih mengalami pembengkakan dan terkadang nyeri dan luka akibat kerusakan pembuluh darah.”
3. Perubahan warna kulit
Kaki seseorang, atau area yang terkena, mungkin mulai berubah warna menjadi merah atau biru.
Ada juga kasus di mana kulit seseorang mengeluarkan nada putih yang berubah warna yang memperingatkan ada sesuatu yang tidak beres.
Platform kesehatan Blood Clot Recovery menjelaskan bahwa "perubahan warna kulit, seperti pucat, merah atau biru atau ungu", dapat menjadi indikasi trombosis vena dalam.
4. Rasa sakit
Gejala bekuan darah termasuk nyeri berdenyut atau kram. Nyeri atau ketidaknyamanan kaki mungkin terasa seperti otot tertarik, sesak, atau nyeri umum. Area yang terkena bekuan darah mungkin juga terasa hangat saat disentuh.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
5 Makanan yang Wajib Dihindari oleh Pengidap Hipertensi
Hipertensi merupakan pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini bisa menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan.
Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, strok, hingga kematian. Terkadang, pengidapnya bahkan baru menyadari mengidap tekanan darah tinggi saat sudah muncul gejala.
Istilah tekanan darah sendiri bisa digambarkan sebagai kekuatan dari sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh darah utama. Besarnya tekanan yang terjadi bergantung pada resistensi dari pembuluh darah dan seberapa intens jantung untuk bekerja.
Seseorang dapat mengalami tekanan darah tinggi apabila semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan akibat sempitnya pembuluh darah pada arteri. Hipertensi dapat diketahui dengan pemeriksaan secara rutin pada tekanan darah. Hal ini direkomendasikan untuk dilakukan setiap tahun oleh semua orang dewasa.
Dilansir dari Healthline, Senin (25/7/2022), beberapa orang terserang hipertensi karena murni faktor usia. Namun, sebagian besar pengidapnya memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Karena itu, penting untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dan hindari makanan yang bisa memicu lonjakan tekanan darah.
Makanan sendiri mengandung zat gizi yang bisa memengaruhi tekanan darah, baik menurunkan maupun meningkatkan tekanan darah. Meski demikian, terlalu banyak makan atau terlalu kurus pun memiliki dampak terhadap tekanan darah.
Nah, jika Anda merupakan seorang pengidap hipertensi, tentunya ada sejumlah makanan yang menjadi pantangan.
Berikut ini beberapa makanan yang wajib dihindari oleh pengidap hipertensi, yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber:
1. Gula dan garam
Salah satu zat penyusun garam adalah natrium. Natrium merupakan zat yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Tidak hanya dalam garam, natrium juga ada dalam berbagai bahan pangan, seperti MSG, tomat, terasi dan tauco.
Kementerian Kesehatan membatasi konsumsi garam maksimal 5 gram sehari atau setara 1 sendok teh. Pasalnya, garam mengandung natrium dan sodium. Konsumsi garam dalam jumlah sedikit dibutuhkan untuk mengatur kandungan air dalam tubuh.
Jika mengonsumsi berlebihan, garam bisa menyebabkan hipertensi hingga strok. Karena itu, batasi dan sebisa mungkin hindari makanan bergaram. Misalnya keju, makanan kalengan, makanan yang diawetkan, margarin dan mentega bergaram. Termasuk makanan tinggi MSG seperti mi instan.
Sementara gula dapat memengaruhi tekanan darah dari segi berat badan. Sering mengonsumsi makanan tinggi gula dapat berisiko tinggi alami obesitas. Sedangkan orang yang obesitas cenderung mempunyai hipertensi. Maka dari itu, Kementerian Kesehatan juga membatasi konsumsi gula maksimal 4 sendok makan sehari.
Advertisement
2. Gorengan dan jeroan
Orang yang memiliki riwayat obsitas atau kelebihan berat badan cenderung mengalami hipertensi. Sementara itu, terlalu sering mengonsumsi makanan berlemak merupakan langkah awal menuju obesitas.
Karena itu, sebaiknya Anda menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh yang bisa membentuk plak di pembuluh darah seperti jeroan dan gorengan.
Pembuluh darah akan menyempit karena tumpukan plak sehingga tekanan darah akan meningkat. Pilihlah daging bebas lemak, susu rendah lemak, ikan, ayam tanpa kulit, dan kacang-kacangan sebagai sumber protein dan lemak baik.
3. Minuman Soda dan Makanan dengan Baking Powder
Pengidap hipertensi sebaiknya mulai membatasi minuman bersoda dan segala minuman manis lainnya. Pasalnya, penelitian dalam jurnal Circulation menyebutkan bahwa turunkan 50% asupan minuman bersoda dari biasanya, dapat menurunkan tekanan darah.
Selain itu, hal yang berbahaya dari minuman bersoda adalah kandungan gula dan garamnya yang cukup tinggi. Berdasarkan American Heart Association, 1 sendok teh baking soda mengandung 1000 mg natrium. Sedangkan kandungan gulanya mencapai 10 sendok makan gula per sajian.
4. Saus tomat dan kecap
Dalam proses pembuatan saus tomat biasanya ditambahkan garam, hal ini yang perlu digaris bawahi. Sebab, garam adalah masalah yang pelik bagi pengidap diabetes. Selain saus tomat, ini juga berlaku untuk pasta tomat dan jus tomat kemasan. Setengah cangkir saus marinara (yang terbuat dari tomat) mengandung 400 mg natrium.
Sementara jus tomat kemasan mengandung 600 mg natrium. Jumlah ini lebih dari 25% dari kebutuhan harian. Karena itu, konsumsi tomat segar lebih baik dibandingkan mengonsumsi produk kemasan tomat olahan. Pasalnya, tomat segar memiliki banyak manfaat dan tidak mengandung garam.
Sama halnya dengan kecap dengan takaran 1 sendok (10 gram) mengandung 540 mg natrium. Maka dari itu, meski rasanya manis, kecap juga mengandung natrium yang tidak baik dikonsumsi oleh tubuh Anda secara berlebihan.
5. Makanan ringan
Hampir rata-rata makanan ringan mengandung lemak, natrium, dan kalori yang tinggi, di mana hal ini bisa menuntun ke obesitas. Sebagai contoh, satu porsi keripik kentang mengandung hampir 154 kalori, 10 gram lemak, dan 120-180 mg natrium.
Tentu saja angka tersebut tidak terlalu besar. Namun terkadang karena ketagihan, orang-orang bisa menghabiskan 3-5 porsi sekaligus. Sehingga asupan kalori, natrium, dan lemak pun otomatis meningkat.
Advertisement