Liputan6.com, Jakarta - Qatar tengah menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Gelaran pesta sepak bola empat tahunan kali ini disebut-sebut sebagai Piala Dunia termahal sepanjang sejarah.Â
Qatar disebut-sebut menggelontorkan lebih dari $220 miliar atau setara dengan Rp 3.344 triliun untuk menghelat Piala Dunia 2022. Jumlah tersebut sangatlah fantastis, mengingat Qatar sebenarnya merupakan sebuah negara kecil di Timur Tengah.Â
Baca Juga
Hal tersebut lantas menimbulkan pertanyaan bagi segilintir orang, mengapa Qatar bisa membuat Piala Dunia 2022 dengan nilai fantastis, sebenarnya dari mana uang Qatar?Â
Advertisement
Berdasarkan situs media bola Diario AS, dikutip dari laman en.as.com, Senin (5/12/2022), Qatar merupakan salah satu negara terkaya di Dunia.
Qatar adalah negara teluk kecil dengan kurang dari 12.000 km tanah yang tidak dapat dihuni.
Negara ini berpenduduk 3 juta jiwa dengan sebagian besar penduduknya adalah imigran nomaden dari gurun pasir tak terbatas di Semenanjung Arab.
Kisah Qatar menjadi negara kaya dimulai pada tahun 1939, saat deposit minyak pertama Qatar ditemukan di pantai baratnya. Sejak itu, ekonomi Qatar pun mulai berubah secara dramatis.
Pertumbuhan industri minyak menciptakan peluang yang sangat besar, begitu pula dengan perubahan dan modernisasi yang cepat. Arus pekerja asing juga meningkat, karena lebih banyak investor mulai berbondong-bondong ke Qatar.
Pada 1970, populasi Qatar tumbuh dari di bawah 25.000 menjadi lebih dari 100.000 jiwa. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) saat itu Qatar lebih dari $ 300 juta. Negara itu pun merdeka, setelah sebelumnya ada di bawah kekuasaan Inggris sejak 1916.
Sekadar informasi, kini Qatar sekarang memiliki 25.244.000.000 barel cadangan minyak. Angka ini membuatnya sebagai negara peringkat ke-13 di dunia dengan cadangan minyak terbanyak.
Minyak, Gas, dan Swasembada Lainnya
Masih dari sumber yang sama, pada tahun 1971, gas alam ditemukan di timur laut Qatar. Perlu waktu 14 tahun dan lebih dari 12 sumur untuk menemukan ladang gas alam terbesar.
Saat ini, di separuh Qatar (6.000 km) tersimpan cadangan gas alam. Jumlah itu setara 10 persen dari cadangan gas alam dunia.
Pada akhir 1990-an, Qatar pun mengadakan perjanjian bagi hasil dengan beberapa perusahaan minyak internasional. Kemitraan Qatar dengan Maersk Oil menghasilkan sumur horizontal terpanjang di dunia.
Kini, Qatar memiliki cadangan gas alam terbesar ketiga di dunia setelah Rusia dan Iran. Negara ini juga merupakan pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia.
Minyak dan gas alam menyumbang lebih dari 70 persen dari total pendapatan pemerintah, 60 persen dari PDB, dan 85 persen dari pendapatan ekspor.
Selama bertahun-tahun, Qatar terus menggarap proyek agar negara ini kian mandiri. Salah satunya dengan Pelabuhan Hammad yang ditujukan untuk jadi pelabuhan terkuat di wilayah tersebut.
Dengan kekayaan ini, tidak heran kalau Qatar menghabiskan miliaran dolar untuk membuat stadion dan fasilitas berteknologi modern untuk jadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Advertisement
Industri Manufaktur
Dikutip dari britannica, selain yang sudah disebutkan, Qatar juga telah berupaya mendiversifikasi ekonominya melalui industrialisasi.
Sebagian besar sektor manufaktur terdiri dari perusahaan-perusahaan besar campuran kepemilikan negara dan swasta asing.
Misalnya, Perusahaan Petrokimia Qatar sebagian besar dimiliki oleh perusahaan induk pemerintah dan sebuah perusahaan Prancis memiliki saham kecil. Penggilingan tepung dan produksi semen juga telah dilakukan di negara ini.
Diversifikasi juga dilakukan dengan memperluas manufaktur dengan energi murah, terkait dengan sumber daya hidrokarbon Qatar. Cadangan gas alam Qatar pun digunakan untuk mengembangkan industri gas alam cair (LNG) yang kuat.
Kerja Sama Qatar
LNG, minyak bumi mentah, dan minyak bumi olahan merupakan sebagian besar nilai ekspor bagi Qatar. Sumber impor teratas untuk Qatar termasuk Amerika Serikat, Cina, Jerman, Jepang, dan Uni Emirat Arab. Selain itu, Korea Selatan, Jepang, Cina, dan India adalah salah satu tujuan ekspor Qatar yang paling penting.
Jepang dan Korea Selatan menerima proporsi terbesar dari ekspor Qatar, sebagian besar dalam bentuk produk minyak bumi dan minyak bumi.
Agrikultur dan Perikanan
Selain sumber daya alam melimpah dari perut bumi, Qatar juga memiliki sektor agrikultur (pertanian) yang maju dan besar hingga menopang sebagian ekonomi negara.
Britannica melaporkan, pemerintah Qatar telah berusaha memodernisasi sektor perikanan dan pertanian dengan menawarkan pinjaman tanpa bunga; namun produksi pangan terus menghasilkan hanya sebagian kecil dari produk domestik bruto (PDB).
Kelangkaan tanah dan air yang subur menimbulkan keterbatasan yang parah pada pertanian dan sebagian besar bahan pangan negara ini harus diimpor. Namun, penggunaan limbah cair yang diolah dan air desalinasi untuk irigasi telah membantu memperluas produksi buah-buahan.
Hasilnya, Qatar pun memproduksi buah-buahan seperti kurma dan melon. Ada pula produksi sayuran seperti tomat, labu, dan terong, yang sekarang diekspor Qatar ke negara-negara Teluk Persia lainnya.
Produksi daging, biji-bijian sereal, dan susu juga mulai meningkat pada akhir abad ke-20. Setelah menjadi andalan ekonomi Qatar, penangkapan ikan dan mutiara telah sangat menurun. Budidaya mutiara hampir tidak ada.
Pemerintah mempertahankan armada penangkapan ikan dan sejak akhir 1990-an telah menempatkan penekanan yang lebih besar pada penangkapan ikan komersial dan pemanenan udang.
Advertisement