Liputan6.com, Jakarta - Maraknya penggunaan teknologi tidak hanya memberi dampak positif, terdapat pula hal negatif dari penggunaannya, seperti media sosial.
Hanya dengan mengakses dunia maya tersebut menggunakan perangkat teknologi, seseorang bisa diserang dari jarak jauh. Cyberbullying adalah salah satu dampak negatif dari perkembangan teknologi.
Menurut UNICEF, cyberbullying (perundungan dunia maya) merupakan bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel.
Advertisement
Seorang pakar lantas memaparkan bagaimana pentingnya keamanan dunia maya serta literasi media.
Melansir The Indian Express, Selasa (20/12/2022), Direktur Kesehatan Mental dan Ilmu Perilaku Fortis Healthcare, Dr Samir Parikh memaparkan seorang siswa Kelas VIII mengunjungi Dr Parikh ditemani oleh orang tuanya.
Remaja ini telah berhenti bersosialisasi, bercakap-cakap dan keluar rumah. Lebih buruk lagi, siswa muda ini berhenti pergi ke sekolah, tempat di mana para remaja merasa divalidasi dalam kelompok teman sebaya, selama tiga minggu, setelah insiden cyberbullying.
Seseorang membuat profil palsu dengan menggunakan informasi remaja tersebut, memodifikasi foto-foto, dan mengunggahnya. Hidupnya dibajak dalam sekejap saat rumor tentang kebiasaan perilaku siswa tersebut mulai muncul ke permukaan.
Teman sekelas mengabaikan pasien Dr Parikh itu di kelas, sementara yang lain terus mengirim pesan-pesan yang kejam dan menyakitkan.
Sayangnya, siswa dan orang tua tidak mengetahui siapa yang telah membuat profil tersebut. Bahkan setelah pihak berwenang menutup profil tersebut, screenshot masih beredar.
Sesuatu yang tampak langsung dari novel fiksi ilmiah dua dekade lalu adalah kenyataan yang kita, sebagian besar anak-anak hadapi saat ini.
Cyberbullying Menimbulkan Jejak
Menurut Dr Parikh, bahkan ketika bentuk penindasan umum, yang paling sering dikaitkan dengan lingkungan sekolah terus menghantui anak-anak, bentuk penindasan ini lebih berbahaya telah berubah menjadi penindasan dunia maya.
Apa yang membuat cyberbullying semakin merusak adalah bahwa siswa terus terpikirkan dengan pelaku bullying mereka setiap hari, bahkan di tempat yang sebelumnya aman di rumah mereka.
Informasi yang pernah tersebar secara online tidak akan pernah benar-benar bisa dihapus, selalu meninggalkan jejaknya.Â
Kemudian yang terburuk dari semuanya, si pencipta yang mengerjai subjek adalah anonim dan tanpa wajah.
Advertisement
Contoh Cyberbullying
Menurut UNICEF, cyberbullying melibatkan "perilaku yang berulang-ulang, yang bertujuan untuk menakut-nakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran.
Contohnya termasuk:
(1) Menyebarkan kebohongan atau memposting foto atau video yang memalukan tentang seseorang di media sosial.
(2) Mengirim pesan, gambar, atau video yang menyakitkan, kasar atau mengancam melalui platform perpesanan.
(3) Menyamar sebagai seseorang dan mengirim pesan jahat kepada orang lain atas nama mereka atau melalui akun palsu."
Cara Menghentikan Cyberbullying
Menanggulangi ancaman cyberbullying mengharuskan kita semua untuk memainkan peran. Jika kamu diintimidasi secara online, ingatlah bahwa itu bukan salahmu dan bukan sesuatu yang memalukan. Lakukan yang terbaik untuk membicarakannya dengan keluarga, teman, atau otoritas sekolah kamu.
Penting juga untuk melaporkan kejadian tersebut sehingga pelaku dapat ditangkap dan perilaku seperti itu tidak terulang kembali.
Mungkin juga bermanfaat untuk menghubungi profesional kesehatan mental untuk mengatasi dampak dari pengalaman tersebut.
Namun, penindasan tidak hanya berdampak pada korban, dan bukan tanggung jawab korban saja untuk bertindak.
Para pengamat, baik online maupun offline, juga memainkan peran penting. Jika kamu menyaksikan seseorang diintimidasi secara online, jangan hanya berdiam diri.
Berdirilah untuk melawannya. Berpikirlah sebelum memercayai rumor dan yang lebih penting, berhenti sejenak sebelum meneruskan pesan apa pun.
Kenali dampak yang mungkin ditimbulkan oleh ketikan ditombol pada kehidupan orang lain. Mengingat maraknya media sosial dan berkembangnya berbagai bentuk aplikasi, penting juga bagi sekolah untuk mengadakan pelatihan rutin tentang keamanan dunia maya serta literasi media.
Siswa perlu menyadari bagaimana melindungi privasi mereka secara online, belajar membaca baik-baik dari aplikasi yang mereka gunakan dan di mana, serta bagaimana melaporkan insiden penindasan siber.
Advertisement