Citizen6, Aceh: Aceh, provinsi di ujung paling barat nusantara ini secara administratif terbagi menjadi 18 kabupaten dan 5 pemerintahan kota. Masing-masing kabupaten/kota memiliki keunikan dan kekayaan seni serta budaya yang tinggi.
Masyarakatnya terdiri atas 10 suku asli yaitu Suku Aceh, Suku Gayo, Suku Alas, Suku Aneuk Jamee, Suku Melayu Tamiang, Suku Kluet, Suku Devayan, Suku Sigulai, Suku Haloban, dan Suku Julu. Suku yang terbesar adalah Suku Aceh yang menyebar di berbagai wilayah.
Sejak dulu, Aceh telah dikenal dalam pergaulan dunia sebagai sebuah negeri yang makmur dan tercatat di urutan 5 besar dalam pengembangan Islam di dunia. Beragam peninggalan sejarah dengan mudah dapat disaksikan di beberapa tempat di Aceh. Tak heran bila Aceh menjadi salah satu destinasi wisata yang paling digandrungi para wisatawan, baik dalam maupun luar negeri.
Aceh juga memiliki beragam macam buah tangan beserta kuliner tradisional. Salah satunya adalah euengkot (baca; engkot) masen.
Euengkot masen, artinya ikan asin. Panganan ini banyak dijumpai di sepanjang jalan bagian pantai barat Aceh mulai dari Lhoknga (Aceh Besar), Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, hingga Aceh Barat. Bisa dikatakan, euengkot masen merupakan buah tangan khas Pantai Barat Aceh.
Lokasi penjualan euengkot masen yang paling banyak dikunjungi karena tempatnya sangat strategis, persis di pinggir badan jalan adalah di kilometer 80 jalur Banda Aceh-Meulaboh, kawasan Lhok Seudu, Kecamatan Lhok Nga, Kabupaten Aceh Besar.
Bermacam ragam jenis euengkot masen dijual dengan harga mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung besar kecilnya ukuran. Warung-warung kecil yang menjajakan euengkot masen itu mulai buka dari siang hari hingga lewat tengah malam. Karena memang lalu lintas angkutan jurusan pantai barat lebih ramai pada masa tersebut.
"Engkot masen merupakan sumber pendapatan kami di sini. Sebelum tsunami pun kami telah menjalani profesi ini," ujar seorang pedagang kepada Riski Sopya beserta keluarganya saat berbelanja usai berziarah ke Meulaboh, Ibukota Kabupaten Aceh Barat.
Nah, bagi pembaca setia Liputan6 yang hendak beranjangsana ke Serambi Mekkah, jangan lupa membeli euengkot masen, oleh-oleh khas daerah pantai barat Aceh. Dijamin, lidah Anda akan menari-nari gembira dibuatnya. (Ahmad Arif/Mar)
Ahmad Arif adalah karyawan swasta yang berdomisili di Banda Aceh sejak hari ketiga pasca tsunami 26 Desember 2004 dan pewarta warga.
Mulai 30 September-11 Oktober ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Oleh-oleh Khas Kotaku". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Masyarakatnya terdiri atas 10 suku asli yaitu Suku Aceh, Suku Gayo, Suku Alas, Suku Aneuk Jamee, Suku Melayu Tamiang, Suku Kluet, Suku Devayan, Suku Sigulai, Suku Haloban, dan Suku Julu. Suku yang terbesar adalah Suku Aceh yang menyebar di berbagai wilayah.
Sejak dulu, Aceh telah dikenal dalam pergaulan dunia sebagai sebuah negeri yang makmur dan tercatat di urutan 5 besar dalam pengembangan Islam di dunia. Beragam peninggalan sejarah dengan mudah dapat disaksikan di beberapa tempat di Aceh. Tak heran bila Aceh menjadi salah satu destinasi wisata yang paling digandrungi para wisatawan, baik dalam maupun luar negeri.
Aceh juga memiliki beragam macam buah tangan beserta kuliner tradisional. Salah satunya adalah euengkot (baca; engkot) masen.
Euengkot masen, artinya ikan asin. Panganan ini banyak dijumpai di sepanjang jalan bagian pantai barat Aceh mulai dari Lhoknga (Aceh Besar), Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, hingga Aceh Barat. Bisa dikatakan, euengkot masen merupakan buah tangan khas Pantai Barat Aceh.
Lokasi penjualan euengkot masen yang paling banyak dikunjungi karena tempatnya sangat strategis, persis di pinggir badan jalan adalah di kilometer 80 jalur Banda Aceh-Meulaboh, kawasan Lhok Seudu, Kecamatan Lhok Nga, Kabupaten Aceh Besar.
Bermacam ragam jenis euengkot masen dijual dengan harga mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung besar kecilnya ukuran. Warung-warung kecil yang menjajakan euengkot masen itu mulai buka dari siang hari hingga lewat tengah malam. Karena memang lalu lintas angkutan jurusan pantai barat lebih ramai pada masa tersebut.
"Engkot masen merupakan sumber pendapatan kami di sini. Sebelum tsunami pun kami telah menjalani profesi ini," ujar seorang pedagang kepada Riski Sopya beserta keluarganya saat berbelanja usai berziarah ke Meulaboh, Ibukota Kabupaten Aceh Barat.
Nah, bagi pembaca setia Liputan6 yang hendak beranjangsana ke Serambi Mekkah, jangan lupa membeli euengkot masen, oleh-oleh khas daerah pantai barat Aceh. Dijamin, lidah Anda akan menari-nari gembira dibuatnya. (Ahmad Arif/Mar)
Ahmad Arif adalah karyawan swasta yang berdomisili di Banda Aceh sejak hari ketiga pasca tsunami 26 Desember 2004 dan pewarta warga.
Mulai 30 September-11 Oktober ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Oleh-oleh Khas Kotaku". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.