Citizen6, Jakarta: Semua mengakui, budaya indonesia dari Pulau We sampai Papua itu memukau. Bukan saja karena keelokan penampilannya namun dibalik itu menyimpan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Namun sayang, budaya-budaya yang ada di daerah itu pelan-pelan memudar. Orang-orang lebih memilih budaya baru yang dianggap lebih moderen dan tren. Sangat sedikit orang yang mencintai dan merawat budaya itu agar tak hilang dan kemudian terlupakan
Salah satu yang peduli dengan budaya itu adalah Lions Club Jakarta Monas, khususnya. Dalam waktu dekat, organisasi yang peduli kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan membantu masyarakat masyarakat yang membutuhkan itu akan mementaskan pertunjukan wayang orang dengan lakon “Mbangun Candi Saptoargo"
Lions Club Monas, yang dipresideni oleh Dadang I Hasan yang bukan orang Jawa ini tidak ingin Wayang orang yang mempunyai nilai-nilai luhur itu kelak tak bisa disaksikan lagi. Untuk itu dia bersama kawan-kawannya di Lions Club Monas berguru kepada ang beberapa seniman wayang untuk mementaskan Lakon tersebut.
Tepat pada ulang tahunnya yang ke-35, Sabtu, 08 February 2014 Lions Club Monas akan mementaskan lakon “Mbangun Candi Saptoargo" di Gedung Kesenian Jakarta.
“Melalui Pagelaran Wayang orang ini, selain ingin memperkenalkan seni pertunjukan tradisional Indonesia kepada masyarakat luas, kami juga ingin mendukung upaya pelestarian wayang orang di Indonesia dengan cara membantu meningkatkan kesejahteraan para pemain wayang orang,” kata Dadang.
"Seluruh penjualan tiket pagelaran wayang ini akan digunakan untuk charity khususnya untuk mempromosikan dan melestarikan budaya Indonesia dan mensejahterakan para seniman," tambahnya.
Disamping kegiatan budaya, Lions Club Jakarta Monas juga mempunyai kegiatan banyak kegiatan sosial. Beberapa diantaranya adalah pembinaan masyarakat, dengan program Desa Binaan. Program ini berlangsung selama 10 tahun. Masyarakat yang awalnya kehidupannya kurang layak, baik kesehatan, pendidikan dan taraf hidupnya, diharapkan setelah 10 tahun masyarakat yang dibina bisa hidup lebih sehat, berpendidikan dan mandiri.
Organisasi yang telah diakui oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ini juga mempunya program peduli untuk tunanetra, dengan membimbing anak anak tunanetra untuk mandiri. Salah satunya dengan membentuk sanggar tari tuna netra "Sanggar Pelita Monas" (kw)
Penulis:
Karmin Winarta
Baca Juga:
Maroko Negeri Tiga Budaya Nan Eksotis
Bangkitnya Budaya Baca Komunitas Baca Metro
Namun sayang, budaya-budaya yang ada di daerah itu pelan-pelan memudar. Orang-orang lebih memilih budaya baru yang dianggap lebih moderen dan tren. Sangat sedikit orang yang mencintai dan merawat budaya itu agar tak hilang dan kemudian terlupakan
Salah satu yang peduli dengan budaya itu adalah Lions Club Jakarta Monas, khususnya. Dalam waktu dekat, organisasi yang peduli kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan membantu masyarakat masyarakat yang membutuhkan itu akan mementaskan pertunjukan wayang orang dengan lakon “Mbangun Candi Saptoargo"
Lions Club Monas, yang dipresideni oleh Dadang I Hasan yang bukan orang Jawa ini tidak ingin Wayang orang yang mempunyai nilai-nilai luhur itu kelak tak bisa disaksikan lagi. Untuk itu dia bersama kawan-kawannya di Lions Club Monas berguru kepada ang beberapa seniman wayang untuk mementaskan Lakon tersebut.
Tepat pada ulang tahunnya yang ke-35, Sabtu, 08 February 2014 Lions Club Monas akan mementaskan lakon “Mbangun Candi Saptoargo" di Gedung Kesenian Jakarta.
“Melalui Pagelaran Wayang orang ini, selain ingin memperkenalkan seni pertunjukan tradisional Indonesia kepada masyarakat luas, kami juga ingin mendukung upaya pelestarian wayang orang di Indonesia dengan cara membantu meningkatkan kesejahteraan para pemain wayang orang,” kata Dadang.
"Seluruh penjualan tiket pagelaran wayang ini akan digunakan untuk charity khususnya untuk mempromosikan dan melestarikan budaya Indonesia dan mensejahterakan para seniman," tambahnya.
Disamping kegiatan budaya, Lions Club Jakarta Monas juga mempunyai kegiatan banyak kegiatan sosial. Beberapa diantaranya adalah pembinaan masyarakat, dengan program Desa Binaan. Program ini berlangsung selama 10 tahun. Masyarakat yang awalnya kehidupannya kurang layak, baik kesehatan, pendidikan dan taraf hidupnya, diharapkan setelah 10 tahun masyarakat yang dibina bisa hidup lebih sehat, berpendidikan dan mandiri.
Organisasi yang telah diakui oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ini juga mempunya program peduli untuk tunanetra, dengan membimbing anak anak tunanetra untuk mandiri. Salah satunya dengan membentuk sanggar tari tuna netra "Sanggar Pelita Monas" (kw)
Penulis:
Karmin Winarta
Baca Juga:
Maroko Negeri Tiga Budaya Nan Eksotis
Bangkitnya Budaya Baca Komunitas Baca Metro
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Advertisement
Mulai 7 Januari sampai 7 Februari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Warga Mengadu". Ada hadiah dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Caranya bisa disimak di sini.