Liputan6.com, Jakarta - Proyek pembangunan 350 unit rumah relokasi di Tanjung Banon, Rempang, Batam menghadapi kendala serius. Selain keterlambatan pembayaran upah bagi pekerja, distribusi bahan bangunan yang tersendat semakin memperlambat progres pembangunan hunian warga terdampak proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco City.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Puncak keresahan terjadi pada Senin (10/3/23) ketika sejumlah operator alat berat melakukan aksi mogok kerja. Mereka memarkirkan alat berat di tengah jalan sebagai bentuk protes terhadap kontraktor pelaksana proyek.
Para operator menuntut pencairan uang makan serta pembayaran sewa alat yang telah tertunda selama satu bulan.
“Kami protes, sudah satu bulan uang makan dan sewa alat berat kami belum dibayar oleh pemegang proyek ini,” ujar Darwis, salah satu operator alat berat, usai memarkirkan kendaraannya di lokasi proyek.
Tak hanya melakukan aksi di lapangan, para pekerja juga mendatangi kantor proyek yang berada di salah satu rumah relokasi. Mereka mengeluhkan kesulitan ekonomi akibat keterlambatan pembayaran.
Menanggapi protes tersebut, pihak perusahaan mencatat tuntutan yang diajukan pekerja dan berjanji menyampaikannya ke manajemen untuk segera ditindaklanjuti.
Simak Video Pilihan Ini:
Material Pembangunan
Selain masalah pembayaran, proyek ini juga menghadapi kendala besar lainnya, kelangkaan bahan bangunan. Indra Syaputra, seorang pemborong, mengungkapkan bahwa kesulitan mendapatkan material telah membuat pengerjaan rumah yang seharusnya cepat selesai menjadi tertunda.
“Harapan kami agar bahan bangunan tersedia, karena itu yang paling penting. Apalagi kami sistem borongan, harusnya dalam 25 hari bisa selesai satu rumah,” katanya.
Saat ini, dari 350 unit rumah yang dibangun, 90 unit telah siap huni. Badan Pengusahaan (BP) Batam mencatat 68 rumah sudah ditempati warga terdampak. Namun, dengan berbagai kendala yang ada, penyelesaian proyek ini berpotensi molor dari target.
Dirga, pelaksana lapangan pihak swasta pembangunan perumahan Rempang Eco City, membenarkan adanya tuntutan dari para operator.
"Ya, benar tadi mereka datang ke kantor perwakilan manajemen. Sudah kami data, sekarang sedang proses pengajuan ke manajemen," ujarnya.
Dengan kondisi ini, para pekerja berharap ada solusi cepat dari kontraktor.
Advertisement
