Pasar Kripto Melemah Masuki September 2022, Analis Sebut 4 Faktor Ini Jadi Penyebab

Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 01 Sep 2022, 12:30 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2022, 11:58 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki awal September 2022, market aset kripto terpantau mengalami pergerakan yang beragam. Salah satunya Bitcoin (BTC) kembali mengalami penurunan tipis pada Kamis (1/9/2022), tetapi masih tetap mempertahankan level psikologisnya.

Secara keseluruhan market masih terpantau bearish atau menurun, mengingat bagaimana tingginya aktivitas penjualan, dibanding akumulasi. Setelah bolak-balik menguat dan melemah beberapa hari terakhir, harga aset kripto terpantau turun tipis pada Kamis pagi.

Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, investor tengah menjaga jarak dengan market setelah mencemaskan pengetatan kebijakan moneter The Fed, setelah pejabat otoritas moneter tersebut silih berganti menyuarakan sikap hawkish-nya.

“Kemungkinan besar The Fed berkomitmen untuk meneruskan sikap suku bunga tinggi demi mengekang inflasi AS. Proyeksi The Fed akan mengerek suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin di rapat komite pasar terbuka federal (FOMC) bulan ini,” ujar Afid dalam analisis harian yang diterima Liputan6.com, Kamis (1/9/2022).

Kedua, pergerakan pasar kripto yang melemah mengindikasikan gejolak yang tinggi di mana investor sepertinya sedang bingung menentukan posisi masuk atau keluar. Karena market yang bergerak sideways naik-turun dengan cepat.

Ketiga, keraguan investor bertambah melihat pelemahan yang terjadi di pasar saham AS yang menunjukan performa yang buruk dalam beberapa hari terakhir. 

“Masih banyak investor kripto yang berpedoman pada situasi kinerja indeks saham AS untuk mendapatkan gambaran selera risiko investor secara luas. Terlebih pagi ini indeks dolar AS (DXY) perlahan kembali menguat 108.9 (+0.29 persen,” ujar Afid.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Analisis Teknikal

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Keempat, sentimen buruk kembali datang dari perkembangan terbaru pemberian ganti rugi Mt. Gox ke penggunanya. Dalam dokumen baru yang dirilis Rabu (31/8/2022), salah satu pihak penjamin Mt. Gox, Nobuaki Kobayashi, mengatakan korban peretasan Mt. Gox diharapkan bisa mendaftarkan klaim ganti ruginya hingga 15 September mendatang. 

Setelah proses itu selesai, Mt. Gox diramal akan segera mendistribusikan Bitcoin dalam jumlah besar tersebut. Hal itu akan ditakutkan investor, karena bisa terjadi aksi jual yang besar.

Analisis Teknikal Bitcoin dan Ethereum

Dari segi analisis teknik, Afid memaparkan, Bitcoin (BTC) masih berjuang sedikit menguat di atas USD 20.000 atau sekitar Rp 297,5 juta. Level resistance ada di USD 20.701 masih menjadi target naik terdekat. Sementara, support ada di USD 19.520 jika terjadi koreksi.

“Sementara, Ethereum (ETH) masih berjuang di kisaran USD 1.500 dalam beberapa hari terakhir jelang The Merge. level resistance berada pada harga USD 1.606 dan support terdekat USD 1.424. Titik support selanjutnya berada pada level USD 1.356 sebagai tahanan apabila harga kembali turun,” pungkas Afid.


Pasar Anjlok, Pelaku Industri Ini Optimistis Prospek Jangka Panjang Kripto

Aset Kripto
Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Sebelumnya, Bitcoin telah merosot sekitar 68 persen dari harga tertingginya yang dicapai pada November 2021. Saat ini banyak pihak percaya, industri kripto sedang berada di fase crypto winter atau musim dingin kripto. 

Istilah musim dingin kripto mengacu pada periode penurunan harga koin digital yang berkepanjangan di pasar. Cryptocurrency telah kehilangan nilai sekitar USD 1,9 triliun atau sekitar Rp 28.219 triliun sejak puncak reli besar-besaran pada 2021.

Meskipun tengah berada di periode musim dingin kripto, tetapi salah satu pelaku industri yaitu mitra umum di Race Capital, Edith Yeung mengatakan musim dingin kripto saat ini masih cukup hangat atau dalam artian masih tidak terlalu parah. 

"Dalam beberapa hal, musim dingin yang hangat pada dasarnya akan mendorong semua orang yang benar-benar ingin berada di sana untuk keuntungan jangka pendek," ujar Yeung dikutip dari CNBC, Selasa (30/8/2022). 

Dalam pernyataannya tersebut, Yeung menyoroti cryptocurrency adalah permainan jangka panjang. Yeung juga mengatakan dia tetap bullish jangka panjang pada token digital karena daya tariknya terletak pada kenyataan perkembangan kripto. 

 


Masalah Industri Kripto

Crypto Bitcoin
Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Meskipun Yeung mengatakan saat ini menjadi “musim dingin yang hangat” untuk pasar kripto, tetapi masalah bagi industri sejauh ini belum pernah terjadi sebelumnya. 

Penurunan hampir USD 2 triliun dalam nilai cryptocurrency dipicu oleh runtuhnya tiba-tiba stablecoin algoritmik yang disebut terraUSD yang membuat token luna saudaranya menjadi tidak berharga. 

Beberapa perusahaan kripto, termasuk dana lindung nilai yang sekarang bangkrut, Three Arrows Capital, memiliki eksposur besar terhadap terraUSD. 

Sementara itu, perusahaan pemberi pinjaman seperti Celsius, yang mengambil taruhan perdagangan berisiko, menghadapi masalah likuiditas dan juga mengajukan kebangkrutan. Masalah-masalah ini telah menyebabkan penularan di seluruh industri cryptocurrency.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya