Dua Warga Estonia Didakwa Akibat Penipuan Kripto Rp 9 Triliun

Kedua terdakwa diduga menggunakan berbagai perusahaan cangkang untuk mencuci hasil skema mereka.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 22 Nov 2022, 11:01 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2022, 11:01 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto atau Crypto. Foto: Freepik/Pikisuperstar
Ilustrasi Mata Uang Kripto atau Crypto. Foto: Freepik/Pikisuperstar

Liputan6.com, Jakarta - Jaksa federal di negara bagian Washington telah mendakwa dua warga negara Estonia karena menjalankan serangkaian penipuan kripto yang diduga menipu ratusan ribu investor di seluruh dunia sebesar USD 575 juta atau sekitar Rp 9 triliun.

Dilansir dari CoinDesk, Selasa (22/11/2022), menurut surat dakwaan yang dirilis Senin, Sergei Potapenko dan Ivan Turogin keduanya penduduk Tallinn, Estonia berusia 37 tahun adalah mitra dalam serangkaian skema penipuan yang saling berhubungan menggunakan mata uang kripto. 

Kedua terdakwa diduga menggunakan berbagai perusahaan cangkang untuk mencuci hasil skema mereka, dan menghabiskan dana investor untuk membeli mobil mewah dan real estate di Estonia.

Perusahaan pertama mereka, HashCoins, yang diluncurkan pada Desember 2013, mengaku sebagai produsen peralatan penambangan kripto, dan menerima pesanan (dan pembayaran penuh) dari pelanggan yang ingin membeli penambang. 

Namun, menurut surat dakwaan, HashCoins tidak pernah memproduksi apapun. Sebaliknya, mereka menjual kembali peralatan pertambangan yang dibeli di pasar terbuka dan menemukan alasan untuk menunda pengiriman sebagian besar penjualannya.

Pada Mei 2015, keduanya menghadapi semakin banyak pelanggan yang marah, Potapenko dan Turogin diduga memulai perusahaan kedua, HashFlare. Menurut jaksa, mereka memberi tahu klien mereka pesanan untuk peralatan pertambangan akan diubah menjadi “layanan penambangan jarak jauh”. Mereka yang mengirimkan dana akan menerima bagian dari keuntungan layanan tersebut.

Namun, jaksa penuntut mengatakan Potapenko dan Turogin menjalankan HashFlare lebih seperti skema Ponzi daripada operasi penambangan, dan menuduh mereka benar-benar menambang kurang dari 1% dari semua hashrate penambangan yang dijual kepada pelanggan.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pernyataan Saldo Palsu

llustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Freepik
llustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Freepik

Pelanggan HashFlare diduga diperlihatkan pernyataan dengan saldo kripto palsu. Ketika pelanggan mencoba untuk menguangkan, jaksa mengatakan Potapenko dan Turogin berusaha memberi mereka alasan, mengemukakan alasan mengapa mereka tidak dapat membayar dan membuat mereka melewati rintangan hukum, seperti memenuhi proses KYC, persyaratan sebelum mereka dapat dibayar.

Sementara HashFlare terus beroperasi, Potapenko dan Turogin diduga memulai usaha lain, Polybius Bank, yang dipasarkan sebagai bank kripto yang berbasis di Estonia. 

Menurut surat dakwaan, pasangan tersebut mengiklankan penawaran koin awal (ICO) untuk proyek tersebut pada Juni 2017, yang mengumpulkan USD 25 juta dari investor di seluruh dunia. Proyek itu gagal tak lama kemudian.

Pada 2018, HashFlare mengumumkan penutupannya, mengutip kenaikan biaya energi dan mengklaim penambangan bitcoin tidak lagi menguntungkan bahkan ketika jaksa mengatakan Potapenko dan Turogin terus menambang untuk diri mereka sendiri, menggunakan penambang yang mereka beli dengan dana pelanggan yang dicuri.

Pada saat HashFlare secara resmi ditutup pada Agustus 2019, jaksa mengatakan telah mengumpulkan total USD 550 juta.

Potapenko dan Turogin masing-masing didakwa satu dakwaan konspirasi untuk melakukan penipuan kawat, masing-masing 16 dakwaan penipuan kawat, masing-masing satu dakwaan konspirasi untuk melakukan pencucian uang.

Baik Potapenko dan Turogin ditangkap di Tallinn pada 20 November. Pengadilan juri telah dituntut di Distrik Barat Washington.


Bitcoin Senilai Rp 5,2 Triliun Lenyap dari FTX Sebelum Ajukan Kebangkrutan

Bitcoin - Image by MichaelWuensch from Pixabay
Bitcoin - Image by MichaelWuensch from Pixabay

Selain ratusan juta dolar Amerika Serikat dalam berbasis token ethereum disedot dari dompet FTX setelah perusahaan ajukan kebangkrutan pada 11 November 2022, bitcoin senilai USD 333 juta atau Rp 5,23 triliun (asumsi kurs Rp 15.721 per dolar AS) juga menghilang.

FTX memegang bitcoin senilai USD 3,3 miliar atau sekitar Rp 51,89 triliun selama masa kejayaannya. Namun, pada 7 November 2022, bursa kripto itu memiliki 0,25 bitcoin.

Lima hari sebelum FTX ajukan kebangkrutan, 20.176 bitcoin lepas dari bursa kripto dalam waktu kurang dari 24 jam

Setelah CEO Binance Changpeng Zhao (CZ) mengatakan Binance akan lepas semua token FTT-nya, semua pihak segera mulai melihat reaksi FTX. Selain menonton reaksi FTX terhadap pernyataan CZ, orang-orang mulai mengamati saldo kripto bursa yang terkepung.

Banyak pihak yang sedot dana berbasis ethereum dari bursa pada hari yang sama ketika mengajukan perlindungan kebangkrutan. Namun, FTX juga memiliki setidaknya 20.176,84 bitcoin (BTC) pada 5 November 2022. Namun, keesokan harinya, cadangan BTC FTX turun menjadi 220,26 bitcoin.

Pada 7 November 2022, data mengungkapkan bursa hanya memiliki 0,25 bitcoin karena semuanya ditransfer jauh sebelum pengajuan kebangkrutan perusahaan.

Tahun lalu, ketika FTX adalah bursa kripto dalam hal volume perdagangan kripto global, data cryptoquant.com, menunjukkan platform perdagangan tersebut memiliki 75.303 BTC dan bitcoin sekitar USD 46.000 per unit. Pada nilai tukar tersebut pertengahan April 2021, simpanan bitcoin 75.000 bernilai USD 3,3 miliar.


Selanjutnya

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Pada pertengahan September 2021, cadangan bitcoin FTX turun ke kisaran 20.000. Hal itu selama lebih dari setahun.

Berdasarkan data coinglass.com pada 8 Mei 2022 menunjukkan FTX adalah bursa terbesar ke-11 dalam hal cadangan BTC. Pada hari itu, FTX memegang 20.048,43 bitcoin. Coinglass sekarang menempatkan FTX di posisi ke-18 karena menunjukkan bursa kripto itu memiliki 7,03 btc.

Cryptoquant.com menunjukkan dompet FTX menampung kira-kira 7 BTC pada 19 November 2022. 20.176,84 btc bernilai USD 333 juta tetapi ketika ditransfer, dana itu bernilai USD 409 juta.

Melalui twitter dan beberapa publikasi media crypto dilaporkan kalau 20.176,84 btc menghilang dari FTX. Selain itu, bitcoin hilang sebelum CZ memberi tahu publik Binance akan akuisisi FTX dan kemudian ungkapkan binance mundur dari kesepakatan karena uji tuntas.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya