Liputan6.com, Jakarta Banyak orang non-disabilitas yang ingin menanyakan sesuatu mengenai disabilitas namun merasa takut untuk melontarkannya langsung pada penyandang disabilitas. Hal ini melatarbelakangi Kedutaan Australia untuk menggelar seminar bertajuk "Ask Me Anything".
Acara ini digelar untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember lalu. Para pembicara datang dari tokoh-tokoh disabilitas Indonesia dan Australia.
Baca Juga
Pembicara-pembicara tersebut antara lain Vanessa Vlojkovic dari Youth Disability Advocate Western Australia; Ankie Yudistia Founder Thisable Enterprise sekaligus Staf Khusus Presiden; Ananda Sukarlan komposer dan Pianis; dan Bahrul Fuad, seorang konsultan Disability and Social Inclusion Programme.
Advertisement
Wakil Duta Besar Australia Allaster Cox berharap melalui acara tersebut para penyandang disabilitas dapat lebih memiliki akses.
"Difabel harus memiliki kesempatan yang sama dan diberi akses yang memadai," kata Cox di Kedutaan Australia, Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Disabilitas Tak Selalu Bawaan Lahir
Salah satu bahasan dalam acara ini adalah disabilitas ternyata tidak hanya bawaan lahir. Menurut Angkie, disabilitas tuli yang ia alami bukan bawaan lahir.
"Waktu umur 10 tahun saya demam tinggi dan menjadi seperti ini," kata Angkie.
Demikian juga dengan Bahrul, disabilitas yang ia alami berawal dari demam tinggi. "Kemudian dokter menyuntik paha kiri saya sebanyak 4 kali dan akhirnya saya tidak bisa berjalan," ujarnya.
Seorang pengunjung difabel, Margo, merasakan manfaat bisa bertemu rekan-rekan difabel lain dengan digelarnya "Ask Me Anything". Namun dia merasa waktu yang diberikan kurang.
"Bagus, tapi waktunya kurang jadi jawaban-jawaban dari pembicara pun kurang memuaskan. Tapi selebhinya bagus, jadi bisa ketemu teman-teman difabel," kata Margo.
Advertisement