Liputan6.com, Jakarta Terkadang saat kita melihat penyandang disabilitas, terutama disabilitas fisik dengan kursi roda atau tongkat yang sedang kesulitan, rasanya ingin membantu. Namun tanpa ada maksud menyinggung, khawatir bantuan yang diberikan disalahartikan atau menyinggung. Lantas, sebaiknya harus bagaimana?
Menurut Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Maulani A Rotinsulu sebenarnya hal ini memang berkaitan dengan etika. Namun jika mengacu di luar negeri, sebelum membantu mungkin pertanyaan seperti “adakah yang bisa saya bantu?” itu sebenarnya sudah cukup dihargai oleh penyandang disabilitas.
Advertisement
Baca Juga
“Ada yang bisa saya bantu nggak? Itu kan kata-kata sopan yang tidak perlu salah diinterpretasikan atau merendahkan gitu ya. Justru dengan bertanya seperti itu, penyandang disabilitas juga merasa dihargai,” katanya dalam acara katanya dalam acara daring Pesta Inklusif x Nestle Indonesia, ditulis Selasa (20/12/2021).
Simak Video Berikut Ini:
Jangan takut bicara pada penyandang disabilitas
Namun Maulani menuturkan, teman dekat biasanya lebih memahami etika pergaulan standar sehingga tentu akan berbeda cara menyampaikannya dengan orang baru.
“Jadi jika bertemu dengan disabilitas, jangan lantas takut ngomong. Bisa katakan, apa ada yang bisa saya bantu, atau boleh saya bantu dorong kursi rodanya, atau beri pilihan misalnya mau saya bantu berdiri atau kita cari tempat duduk,” ujarnya.
Begitu pun dengan non disabilitas yang ingin berkomunikasi tapi tidak bisa bahasa isyarat, lanjut Maulani. “Kita bisa memberikan pilihan untuk berkomunikasi, misalnya dengan memberikan kertas dan pulpen atau sekadar bahasa tubuh secara natural aja gitu sehingga bisa dimengerti oleh teman-teman disabilitas,” terangnya.
Advertisement