Berbagai Kegiatan Ngabuburit yang Bisa Dilakukan Bersama Anak Disabilitas

Seperti anak-anak pada umumnya, anak penyandang disabilitas juga perlu diajak melakukan kegiatan sehari-hari. seperti ngabuburit.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 22 Apr 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2022, 15:00 WIB
Ngabuburit bareng anak disabilitas
Ngabuburit bareng anak disabilitas. Foto: Y-AMI.

Liputan6.com, Jakarta Seperti anak-anak pada umumnya, anak penyandang disabilitas juga perlu diajak melakukan kegiatan sehari-hari.

Khusus di Bulan Ramadhan, kegiatan anak biasanya dilakukan pada sore menjelang magrib atau disebut pula ngabuburit.

Ngabuburit bagi anak secara umum dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan. Namun, bagi anak penyandang disabilitas, ngabuburit perlu lebih diperhatikan mengingat anak disabilitas seperti down syndrome dan autisme cenderung lebih mungkin mengalami tantrum.

Ada beberapa kegiatan ngabuburit yang bisa dilakukan dengan anak disabilitas. Menurut Ketua Umum Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) Yenni Darmawanti kegiatan ngabuburit bagi anak disabilitas tak kalah beragam.

Pihaknya telah mencoba ngabuburit dengan melakukan kajian ibu dan anak untuk orangtua Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Sedangkan untuk ABK sendiri, Y-AMI telah menggelar kegiatan potong rambut gratis dan menonton film pendek.

“Kemarin Y-AMI sudah coba melakukan ngabuburit dengan kajian ibu dan anak,  kegiatan potong rambut, dan menonton film pendek,” kata Yenni kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks ditulis Rabu (20/4/2022).

Dalam menonton film pendek, Yenni memilih film yang ramah anak seperti film tentang tokoh Ukasya, seorang pahlawan islam. Film ini diputarkan dengan proyektor agar gambarnya lebih jelas.

Selain nonton film pendek, Yenni juga berencana untuk ngabuburit sambil belajar memasak kebab bersama anak-anak disabilitas.

“Rencana besok kita coba sambil belajar memasak kebab dan kreasi membuat hiasan dari resin, semua kegiatan dilakukan di tempat baru, suasana baru, anak-anak senang.”

Ngabuburit di Rumah

Serunya Anak-anak di Rumah Autis Bekasi Memasak
Inilah keseruan yang diperlihatkan anak-anak dengan autisme saat mereka memasak bersama Chef Nanda Hamdala

Ngabuburit tak selalu harus dilakukan di luar rumah, tapi juga bisa sambil di rumah saja.

Terkait kegiatan yang bisa dilakukan di rumah bersama anak ABK, Yenni merekomendasikan kegiatan memasak dan menyiapkan menu takjil.

“Itu anak-anak sangat menikmati, apalagi kalau bangun sahur mereka ikut bangun dan makan sahur dengan semangat.”

Sebaliknya, mengajak anak ngabuburit dengan berburu makanan ke tempat-tempat ramai bukanlah ide yang bagus. Pasalnya, keramaian cenderung membuat anak ABK tidak nyaman.

“Mereka cenderung tantrum, kecuali ABK yang sudah kooperatif.”

Alih-alih diajak ke tempat ramai, ibu yang juga memiliki anak dengan autisme ini merekomendasikan tempat yang cocok untuk ABK. Contohnya seperti lesehan dengan pemandangan alam atau tempat yang menyediakan permainan seperti kereta kelinci dan lain-lain.

“Kalau anak-anak saya, saya perkenalkan travel di masjid-masjid supaya bisa melihat perbedaan suasana antar masjid dan kekompakan jamaah yang bekerja team work menyediakan takjil di masjid.”

Sedangkan, terkait sering atau tidaknya ngabuburit, Yenni mengatakan, bagi anak disabilitas, idealnya ngabuburit dilakukan satu minggu satu kali.

Tips Ngabuburit Sehat

ilustrasi penyandang disabilitas olahraga
ilustrasi penyandang disabilitas olahraga. Photo by Kampus Production from Pexels

Bukan sekadar menghabiskan waktu sore menjelang magrib, ngabuburit juga bisa diisi dengan kegiatan yang menyehatkan.

Seperti yang disampaikan dokter spesialis kedokteran fisik, dan olahraga dari Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya, Adri Fauzan.

Ia merekomendasikan kegiatan ngabuburit yang cocok dan sehat bagi penyandang disabilitas khususnya yang menggunakan kursi roda.

“Pada prinsipnya sama dengan orang yang bukan penyandang disabilitas, kegiatan sehat yang dapat dilakukan adalah olahraga dengan 3 komponen dan memiliki fungsi meningkatkan kemampuan masing-masing komponen latihan tersebut,” ujar Adri kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks ditulis Selasa (19/4/2022).

Tiga komponen yang dimaksud Adri adalah stretching exercises (latihan peregangan), strengthening exercises (latihan penguatan), aerobic exercises (latihan kardio). Ketiga komponen ini termasuk dalam latihan fisik.

Tetap Hati-Hati

FOTO: Semangat Kompetisi Wanita Penyandang Disabilitas Yaman dalam Olahraga Basket
Wanita penyandang disabilitas mengambil bagian dalam kejuaraan bola basket kursi roda lokal di Sanaa, Yaman, 8 Desember 2019. Di Yaman yang dilanda konflik, sembilan tim termasuk lima kelompok wanita, berkompetisi dalam kejuaraan basket lokal untuk penyandang disabilitas. (MOHAMMED HUWAIS/AFP)

Sebelumnya, ia menjelaskan perbedaan antara aktivitas fisik dengan latihan fisik atau olahraga.

Aktivitas fisik adalah jenis aktivitas yang pertama ada dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan sehari-hari dalam mengurus rumah dapat membantu membakar kalori yang didapatkan dari makanan yang dikonsumsi.

Misalnya mencuci baju, mengepel, jalan kaki, membersihkan jendela, berkebun, menyetrika, bermain dengan anak, dan sebagainya.

Sedangkan, latihan fisik adalah jenis aktivitas yang dilakukan secara terstruktur dan terencana misalnya jalan kaki, jogging, push up, peregangan, senam aerobik, bersepeda, dan sebagainya.

Dilihat dari kegiatannya, latihan fisik memang seringkali disatukategorikan dengan olahraga. Prinsip latihan fisik terdiri dari 3 komponen yakni stretching exercises (latihan peregangan), strengthening exercises (latihan penguatan), aerobic exercises (latihan kardio).

Olahraga dengan tiga komponen menjadi salah satu cara sehat untuk ngabuburit bagi penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda. Cara ini baik pula dilakukan oleh non disabilitas. Hanya saja, yang membedakan adalah pengguna kursi roda memiliki risiko jatuh yang tinggi, sehingga perlu mewaspadai adanya kemungkinan jatuh.

“Jangan sampai terjadi patah tulang, cedera kepala, cedera jaringan lunak (sprain/strain). Selain itu pengguna kursi roda lebih banyak menggunakan ekstremitas atas, sehingga perlu dipertimbangkan kegiatan yang dominan menggunakan ekstremitas atasnya, seperti bermain basket, tenis meja, bulu tangkis, dan lainnya,” tutupnya.

 

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya