Liputan6.com, Jakarta Bulan ini dipenuhi kisah-kisah inspiratif dari orang-orang yang peduli tentang para penyandang cerebral palsy.
Cerebral palsy merupakan sekumpulan kelainan yang mempengaruhi pergerakan dan otot serta postur tubuh, dikutip dari Mayo Clinic.
Baca Juga
Sekaligus merayakan Hari Cerebral Palsy Sedunia pada 6 Oktober lalu, berikut ini beberapa kisah yang paling menarik dan semoga bisa mendorong Anda untuk turut serta dalam mendukung mereka.
Advertisement
1. Sukarelawan Yordania Mengumpulkan Plastik untuk Dukung Anak-Anak Cerebral Palsy
Baru-baru ini salah seorang warga Yordania yang mengumpulkan plastik untuk mendukung anak-anak dengan cerebral palsy.
Para sukarelawan Yordania ini membantu lingkungan lebih asri dengan mengumpulkan tutup botol dan kaleng soda untuk mendukung perawatan maupun pendidikan anak-anak penyandang cerebral palsy.
Mereka adalah anggota badan nirlaba Green Wheelz, yang kemudian memilah dan menjual platik-plastik tersbeut ke pabrik daur ulang.
Sebagaimana telah disebutkan, penghasilan dari itu kemudian digunakan untuk membantu anak-anak dengan cerebral palsy menerima perawatan medis atau sekolah.
"Jika sudah penuh (kantong berisi tutup botol dan kaleng) maka akan kami segel, untuk mempersiapkannya untuk penyimpanan, kami mengumpulkan dan menyimpannya selama setahun dan kemudian menjualnya ke pabrik daur ulang," ujar Raeda Sabha, pendiri Green Wheelz, dikutip Latestly.
"Awalnya, kami mendekati Yayasan Cerebral Palsy dan meminta daftar anak-anak dari keluarga rapuh yang membutuhkan dukungan keuangan dari lima gubernur di Yordania. Mereka memberi kami daftar dan dokumen yang terkait dengan situasi sosial ekonomi mereka sehingga kami dapat mengetahui situasi keluarga dan yang membutuhkan dukungan lebih dari yang lain, mereka semua membutuhkan dukungan dan semua kasus sulit. Saya menghabiskan sekitar dua minggu penuh mempelajari dokumen untuk memilih anak (untuk didukung)," lanjutnya.
Green Wheelz memperkirakan sekitar 7 juta tutup botol dikumpulkan setiap tahunnya, memungkinkan dukungan dari delapan anak.
“Ketika kami pergi ke suatu acara, pesta di bulan Ramadhan misalnya kami pergi ke masjid ketika kami mengadakan buka puasa untuk anak yatim. Saya menyuruh anak perempuan saya, Toleen dan Bana, untuk mengumpulkan kaleng Pepsi di dalam tas. Kami mengumpulkannya bersama. Ketika kami pergi ke acara keluarga juga kami melakukan hal yang sama, kami meminta izin untuk mengumpulkan tutup botol di akhir acara atau meminta orang-orang untuk mengumpulkannya untuk kami, saya meminta para gadis untuk mengumpulkan kaleng apa pun yang mereka temukan di sekitar kami. Tidak ada rasa malu dalam hal ini, ini adalah sesuatu yang Anda lakukan sebagai motivasi pribadi untuk membantu anak-anak," ujar Lina Daes, salah seorang relawan.
2. Gadis 10 Tahun Menulis Buku untuk Adiknya yang Menyandang Cerebral Pasly
Dilansir dari ABC 7 Chicago, Malena Lindberg baru berusia 10 tahun tetapi ia menggunakan kata-katanya untuk menyebarkan kebaikan dan untuk mendukung adiknya, Max.
Max didiagnosis menderita cerebral palsy pada usia dini dan kakak perempuannya ingin mengubahnya menjadi sesuatu yang positif.
"Saya ingin menulis buku untuk mendorong semua orang untuk tetap baik dan mengikutsertakan semua orang," kata Malena.
"Melena ingin kita melakukan hal-hal sebagai sebuah keluarga semua orang bersama-sama. Ia tidak ingin max dipisahkan dari aktivitas apapun," kata Megan Lindberg, ibu Max dan Malena.
Max menghadiri John Schroder Early Childhood Center bersama anak-anak lain dengan berbagai kemampuan.
Setelah melihat secara langsung bagaimana kehidupan adik laki-lakinya, Malena memilih untuk menyebarkan kesadaran dengan menjelaskan seperti apa disabilitas itu.
"Ketika kami pertama kali mengetahuinya, saya sangat sedih dan kemudian saya pikir ini bisa menjadi kesempatan bagi semua orang untuk belajar," kata gadis muda itu.
Malena mengatakan ia mungkin menulis lebih banyak buku di masa depan, tetapi untuk saat ini, ia menikmati momen bersama saudara laki-lakinya dan teman-teman sekelasnya.
“Luar biasa, tidak hanya untuk sekolah tetapi untuk distrik,” kata Kepala Sekolah ECC John Schroder Cathy Angelos. "Malena Lindburg adalah siswa kelas 4, saudara kembarnya pergi ke sini [dan] Max saat ini adalah siswa di sini."
"Malena adalah, seperti yang dikatakan salah satu guru kami selama konferensi orang tua guru, orang paling inklusif yang pernah ia temui, dan saya pikir buku ini terus menunjukkan hal itu," kata ibu mereka.
Advertisement
Buku Setebal 38 Halaman Berisi Kebaikan dan Inklusi
Malena mulai menulis buku setebal 38 halaman di awal pandemi COVID-19 dan sekarang diakhiri dengan pesan inspiratif tentang inklusi dan menyebarkan kebaikan, yang sangat berarti bagi banyak siswa di sekolahnya.
"Ia mulai berbicara pada usia 6 tahun di perpustakaan dan pergi ke perkemahan di sekolah, jadi saya hanya tahu ia memiliki semangat untuk terus memberi tahu orang-orang tentang saudara laki-lakinya," kata Megan.
Pesan persatuan itu adalah sesuatu yang dipegang Malena dengan saudara laki-lakinya juga, menciptakan ikatan khusus di antara mereka bertiga.
"Ya, kami adalah sahabat," kata kedua bersaudara itu.
Bukunya yang berjudul "Hai, Max," akan secara resmi tersedia di Amazon, dan di toko dan platform lain, pada 1 November.
3. Robotik untuk Bantu David Berjalan
Dilansir dari SBS Australia, seorang anak laki-laki berusia delapan tahun dengan cerebral palsy berjalan melalui ruang terapi di Mexico City dengan bantuan exoskeleton robot yang dirancang khusus untuk anak-anak. David Zabala yang biasanya terbatas pergerakannya seputar kursi roda, ketika mengenakannya, tersenyum penuh kemenangan pada prestasi yang sebelumnya tak pernah berani ia bayangkan.
David karena kondisi neurologisnya, yang juga membuatnya Tuli dan bergantung pada bahasa isyarat, tidak memiliki pergerakan yang bebas sebagaimana anak seusianya.
Namun berkat exoskeleton Atlas 2030, yang memenangkan European Inventor Award untuk penciptanya tahun ini, ia dapat berjalan dan berdiri di depan cermin tempat ia menggambar wajah tersenyum dengan pena berwarna.
"Ia mengambil langkah pertamanya. Itu merupakan kegembiraan baginya," kata ibu bocah itu, Guadalupe Cardoso, 41.
"Awalnya ia takut dan tangannya sangat tegang, dan sekarang saya melihat ia sudah memegang spidol dan mulai menggambar atau (bermain dengan) bola."
Itu membuat perjalanan yang melelahkan, hampir dua jam dari rumah mereka di selatan Mexico City ke pusat terapi, sangat berharga, katanya.
Exoskeleton itu dirancang oleh profesor Spanyol Elena Garcia Armada untuk memungkinkan anak-anak yang menggunakan kursi roda berjalan selama terapi rehabilitasi otot.
Sambungan mekanis dari setelan titanium bertenaga baterai beradaptasi secara cerdas dengan gerakan setiap anak, menurut European Patent Office, yang memberikan European Inventor Award kepada Profesor Garcia.
Memberi anak-anak lumpuh kesempatan untuk berjalan "tidak hanya memperpanjang harapan hidup mereka dan meningkatkan kesejahteraan fisik mereka, tetapi juga meningkatkan harga diri mereka," katanya.
Meksiko adalah negara ketiga, setelah Spanyol dan Prancis, di mana Atlas 2030 telah digunakan untuk merawat anak-anak. Manfaatnya termasuk penguatan otot, perbaikan sistem pencernaan dan pernapasan serta, di atas segalanya, peningkatan suasana hati yang besar, kata Guadalupe Maldonado, direktur Association for People with Cerebral Palsy Meksiko.
Advertisement