Mengenal Influencer Adalah: Pengertian, Jenis, dan Dampaknya

Pelajari apa itu influencer, jenis-jenisnya, serta pengaruhnya terhadap pemasaran digital dan bisnis. Temukan tips memilih influencer yang tepat di sini.

oleh Liputan6 diperbarui 29 Okt 2024, 11:15 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2024, 11:15 WIB
influencer adalah
influencer adalah ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion
Daftar Isi

Liputan6.com, Jakarta Di era digital saat ini, istilah "influencer" semakin sering terdengar dan menjadi bagian penting dalam strategi pemasaran banyak perusahaan. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan influencer? Bagaimana mereka mempengaruhi konsumen dan bisnis? Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang influencer, mulai dari definisi, jenis-jenis, hingga dampaknya terhadap dunia pemasaran dan bisnis.

Pengertian Influencer

Influencer adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan atau perilaku orang lain, khususnya dalam konteks media sosial dan pemasaran digital. Mereka biasanya memiliki basis pengikut yang besar dan loyal di platform media sosial seperti Instagram, YouTube, TikTok, atau blog pribadi.

Secara harfiah, kata "influencer" berasal dari bahasa Inggris yang berarti "pemberi pengaruh". Dalam konteks bisnis dan pemasaran, influencer dapat didefinisikan sebagai seseorang yang mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen melalui konten yang mereka bagikan di media sosial.

Kamus Merriam-Webster mendefinisikan influencer sebagai "seseorang yang menginspirasi atau membimbing tindakan orang lain". Dalam dunia digital, definisi ini diperluas menjadi individu yang mampu membangkitkan minat terhadap suatu produk atau layanan dengan memposting tentangnya di media sosial.

Influencer tidak selalu harus selebritas atau tokoh publik terkenal. Mereka bisa juga merupakan ahli di bidang tertentu, content creator, atau bahkan orang biasa yang memiliki pengaruh kuat dalam komunitas online tertentu. Yang membedakan influencer dari pengguna media sosial biasa adalah kemampuan mereka untuk menciptakan percakapan, mempengaruhi opini, dan mendorong tindakan di kalangan pengikut mereka.

Sejarah dan Perkembangan Influencer Marketing

Konsep influencer marketing sebenarnya bukanlah hal yang baru. Jauh sebelum era digital, perusahaan telah menggunakan selebritas dan tokoh publik untuk mempromosikan produk mereka. Namun, dengan munculnya media sosial, konsep ini mengalami transformasi besar-besaran.

Awal mula influencer marketing modern dapat ditelusuri kembali ke era blog pada awal 2000-an. Para blogger populer mulai dilirik oleh brand untuk mempromosikan produk mereka. Seiring berkembangnya platform media sosial seperti Facebook, Twitter, dan kemudian Instagram, YouTuber, serta TikToker, influencer marketing semakin berkembang pesat.

Beberapa tonggak penting dalam perkembangan influencer marketing:

  • 2006: Twitter diluncurkan, membuka peluang bagi individu untuk membangun audiens besar secara online.
  • 2010: Instagram diluncurkan, memberikan platform visual yang ideal bagi influencer untuk berkembang.
  • 2011: Snapchat muncul, memperkenalkan konsep konten ephemeral yang populer di kalangan influencer.
  • 2016: Instagram memperkenalkan fitur Stories, yang semakin memperkuat posisi platform ini sebagai sarana utama influencer marketing.
  • 2018: TikTok mulai populer secara global, membuka peluang baru bagi influencer, terutama di kalangan generasi muda.

Saat ini, influencer marketing telah menjadi industri multi-miliar dolar dengan pertumbuhan yang terus meningkat setiap tahunnya. Perusahaan-perusahaan besar maupun kecil berlomba-lomba memanfaatkan kekuatan influencer untuk menjangkau audiens target mereka secara lebih efektif dan autentik.

Jenis-jenis Influencer

Influencer dapat dikategorikan berdasarkan berbagai kriteria, seperti jumlah pengikut, platform yang digunakan, atau niche (bidang keahlian) mereka. Berikut adalah beberapa jenis influencer yang umum dikenal:

Berdasarkan Jumlah Pengikut

1. Nano Influencer

Nano influencer adalah influencer dengan jumlah pengikut paling sedikit, biasanya di bawah 10.000. Meskipun memiliki pengikut yang relatif sedikit, nano influencer sering kali memiliki tingkat engagement yang tinggi karena hubungan yang lebih dekat dengan audiensnya. Mereka cocok untuk kampanye pemasaran lokal atau niche yang sangat spesifik.

2. Micro Influencer

Micro influencer memiliki pengikut antara 10.000 hingga 100.000. Mereka biasanya fokus pada niche tertentu dan memiliki audiens yang sangat engaged. Micro influencer sering dianggap sebagai pilihan yang cost-effective untuk brand karena biaya kerja sama yang lebih terjangkau namun tetap memberikan hasil yang signifikan.

3. Macro Influencer

Macro influencer memiliki pengikut antara 100.000 hingga 1 juta. Mereka biasanya sudah cukup terkenal dalam industri mereka dan memiliki jangkauan yang luas. Macro influencer bisa menjadi pilihan yang baik untuk brand yang ingin meningkatkan awareness secara signifikan.

4. Mega Influencer

Mega influencer adalah mereka yang memiliki pengikut di atas 1 juta. Kategori ini biasanya mencakup selebritas, atlet terkenal, atau tokoh publik lainnya. Bekerja sama dengan mega influencer dapat memberikan exposure yang sangat besar, namun biayanya juga cenderung sangat tinggi.

Berdasarkan Platform

1. Instagram Influencer

Instagram adalah salah satu platform paling populer untuk influencer marketing. Instagram influencer atau sering disebut "selebgram" memanfaatkan fitur-fitur seperti feed posts, Stories, Reels, dan IGTV untuk membagikan konten mereka.

2. YouTube Influencer

YouTuber adalah influencer yang fokus membuat konten video di platform YouTube. Mereka bisa membuat berbagai jenis konten, mulai dari vlog, tutorial, review produk, hingga konten edukatif.

3. TikTok Influencer

TikTok influencer spesialis dalam membuat konten video pendek yang kreatif dan menghibur. Platform ini sangat populer di kalangan generasi muda dan telah menjadi saluran influencer marketing yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

4. Blogger

Meskipun tidak sepopuler dulu, blogger masih memiliki peran penting dalam influencer marketing, terutama untuk niche-niche tertentu seperti travel, kuliner, atau teknologi.

5. Podcast Influencer

Seiring dengan meningkatnya popularitas podcast, influencer yang fokus pada medium audio ini juga semakin banyak. Mereka biasanya memiliki audiens yang sangat engaged dan loyal.

Berdasarkan Niche

1. Fashion dan Beauty Influencer

Influencer di bidang fashion dan kecantikan adalah salah satu kategori paling populer. Mereka berbagi tips makeup, review produk kecantikan, outfit of the day, dan tren fashion terkini.

2. Travel Influencer

Travel influencer berbagi pengalaman perjalanan mereka, tips traveling, dan rekomendasi destinasi wisata. Mereka sering bekerja sama dengan brand perhotelan, maskapai penerbangan, atau produk-produk travel.

3. Fitness dan Wellness Influencer

Influencer di bidang ini fokus pada gaya hidup sehat, olahraga, nutrisi, dan kesejahteraan mental. Mereka sering mempromosikan produk-produk kesehatan, suplemen, atau peralatan olahraga.

4. Food Influencer

Food influencer atau foodie berbagi resep, review restoran, dan tips memasak. Mereka populer di kalangan brand makanan dan minuman, peralatan dapur, atau aplikasi delivery makanan.

5. Tech Influencer

Tech influencer berbagi informasi tentang gadget terbaru, aplikasi, dan tren teknologi. Mereka sering bekerja sama dengan brand elektronik atau perusahaan teknologi.

6. Parenting Influencer

Influencer di bidang parenting berbagi pengalaman dan tips seputar pengasuhan anak. Mereka populer di kalangan brand produk bayi, mainan, atau layanan pendidikan.

Peran dan Dampak Influencer dalam Pemasaran Digital

Influencer telah menjadi komponen kunci dalam strategi pemasaran digital banyak perusahaan. Peran mereka dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen tidak bisa diremehkan. Berikut adalah beberapa dampak signifikan dari influencer marketing:

1. Meningkatkan Brand Awareness

Salah satu peran utama influencer adalah meningkatkan kesadaran merek (brand awareness). Dengan membagikan konten tentang suatu produk atau layanan kepada pengikut mereka, influencer dapat memperkenalkan brand ke audiens yang lebih luas. Ini sangat efektif terutama untuk brand baru atau yang ingin memperluas jangkauan pasar mereka.

Contoh: Seorang beauty influencer yang memperkenalkan lini makeup baru dari sebuah brand kepada pengikutnya melalui tutorial makeup atau review produk.

2. Membangun Kepercayaan dan Kredibilitas

Influencer yang dipercaya oleh pengikutnya dapat membantu membangun kredibilitas sebuah brand. Ketika seorang influencer merekomendasikan suatu produk, pengikutnya cenderung mempercayai rekomendasi tersebut karena merasa ada hubungan personal dengan si influencer.

Contoh: Seorang tech influencer yang dikenal objektif dalam me-review gadget dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap suatu brand smartphone baru.

3. Meningkatkan Engagement

Influencer biasanya memiliki tingkat engagement yang tinggi dengan pengikutnya. Ketika mereka mempromosikan suatu produk, ini dapat mendorong interaksi dan diskusi di kalangan audiens, yang pada gilirannya dapat meningkatkan visibilitas brand.

Contoh: Seorang food influencer yang mengadakan giveaway produk makanan dapat mendorong pengikutnya untuk berpartisipasi aktif dan berbagi konten terkait brand tersebut.

4. Mendorong Keputusan Pembelian

Influencer memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan pembelian pengikutnya. Rekomendasi atau review positif dari influencer dapat menjadi faktor penentu bagi konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk.

Contoh: Seorang fashion influencer yang mengenakan pakaian dari brand tertentu dapat mendorong pengikutnya untuk membeli item yang sama.

5. Memberikan Konten Autentik

Influencer dapat menciptakan konten yang lebih autentik dan relevan dengan audiens target dibandingkan dengan iklan tradisional. Ini membuat pesan marketing terasa lebih alami dan kurang intrusif.

Contoh: Seorang travel influencer yang membagikan pengalaman menggunakan koper dari brand tertentu selama perjalanannya akan terasa lebih autentik dibandingkan iklan koper biasa.

6. Menjangkau Audiens Niche

Influencer, terutama micro dan nano influencer, sering memiliki audiens yang sangat spesifik. Ini memungkinkan brand untuk menjangkau segmen pasar yang sangat terfokus.

Contoh: Sebuah brand peralatan hiking yang bekerja sama dengan outdoor influencer untuk menjangkau para penggemar kegiatan alam bebas.

7. Meningkatkan SEO dan Traffic Website

Kolaborasi dengan influencer juga dapat berdampak positif pada SEO dan traffic website brand. Backlink dari blog atau website influencer, serta peningkatan pencarian brand di mesin pencari, dapat meningkatkan peringkat SEO.

Contoh: Seorang blogger yang menulis review produk dengan link ke website brand dapat meningkatkan traffic dan peringkat SEO website tersebut.

Strategi Memilih Influencer yang Tepat

Memilih influencer yang tepat adalah kunci keberhasilan kampanye influencer marketing. Berikut adalah beberapa strategi dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih influencer:

1. Kesesuaian dengan Brand

Pastikan nilai-nilai dan citra influencer selaras dengan brand Anda. Influencer yang dipilih harus mampu merepresentasikan brand dengan baik dan autentik.

Contoh: Sebuah brand produk organik sebaiknya bekerja sama dengan influencer yang memang menjalani gaya hidup sehat dan ramah lingkungan.

2. Relevansi Audiens

Analisis demografi dan karakteristik pengikut influencer. Pastikan mereka sesuai dengan target pasar brand Anda.

Contoh: Jika target pasar Anda adalah ibu muda, carilah parenting influencer dengan mayoritas pengikut yang sesuai dengan profil tersebut.

3. Engagement Rate

Jangan hanya fokus pada jumlah pengikut. Perhatikan juga tingkat engagement influencer, seperti jumlah like, komentar, dan share pada postingan mereka.

Contoh: Seorang micro influencer dengan 50.000 pengikut dan rata-rata 5.000 like per post mungkin lebih efektif daripada mega influencer dengan 1 juta pengikut tapi hanya mendapat 10.000 like per post.

4. Kualitas Konten

Evaluasi kualitas dan konsistensi konten yang dihasilkan influencer. Pastikan gaya dan tone konten mereka sesuai dengan brand Anda.

Contoh: Untuk brand fashion premium, carilah influencer yang konsisten menghasilkan konten visual berkualitas tinggi.

5. Autentisitas dan Kredibilitas

Pilih influencer yang memiliki reputasi baik dan dipercaya oleh pengikutnya. Hindari influencer yang sering terlibat kontroversi atau memiliki pengikut palsu.

Contoh: Untuk produk kesehatan, lebih baik memilih influencer yang juga memiliki latar belakang atau sertifikasi di bidang kesehatan.

6. Pengalaman Kolaborasi Sebelumnya

Periksa portfolio dan pengalaman influencer dalam berkolaborasi dengan brand lain. Ini dapat memberi gambaran tentang profesionalisme dan efektivitas mereka.

Contoh: Lihat bagaimana influencer mempromosikan produk brand lain. Apakah terlihat natural dan efektif?

7. Budget

Sesuaikan pilihan influencer dengan budget yang Anda miliki. Ingat, influencer dengan pengikut lebih sedikit terkadang bisa memberikan ROI yang lebih baik.

Contoh: Jika budget terbatas, fokus pada beberapa micro influencer daripada satu mega influencer.

8. Platform yang Digunakan

Pilih influencer yang aktif di platform yang relevan dengan target audiens Anda.

Contoh: Jika target pasar Anda adalah profesional muda, LinkedIn influencer mungkin lebih efektif daripada TikTok influencer.

9. Frekuensi Posting

Perhatikan seberapa sering influencer memposting konten. Influencer yang terlalu sering melakukan endorsement mungkin kurang efektif karena pengikutnya bisa menjadi jenuh.

Contoh: Influencer yang memposting konten berkualitas 3-4 kali seminggu mungkin lebih efektif daripada yang memposting setiap hari tapi dengan kualitas yang tidak konsisten.

10. Kemampuan Storytelling

Pilih influencer yang mampu menyampaikan pesan brand Anda dengan cara yang menarik dan persuasif.

Contoh: Untuk brand dengan nilai-nilai sosial, carilah influencer yang pandai menyampaikan cerita inspiratif dan menggerakkan audiens.

Tantangan dan Etika dalam Influencer Marketing

Meskipun influencer marketing menawarkan banyak peluang, ada juga tantangan dan pertimbangan etis yang perlu diperhatikan:

1. Transparansi dan Pengungkapan

Salah satu isu utama dalam influencer marketing adalah transparansi. Di banyak negara, ada regulasi yang mengharuskan influencer untuk mengungkapkan jika sebuah post adalah bagian dari kerjasama berbayar. Ini penting untuk menjaga kepercayaan konsumen dan mematuhi hukum.

Contoh: Penggunaan hashtag seperti #ad, #sponsored, atau #paidpartnership pada post Instagram.

2. Autentisitas vs Komersialisme

Ada kekhawatiran bahwa terlalu banyak konten berbayar dapat mengurangi autentisitas seorang influencer. Influencer perlu menjaga keseimbangan antara konten organik dan konten berbayar untuk mempertahankan kredibilitas mereka.

Contoh: Seorang beauty influencer yang hanya mempromosikan produk yang benar-benar mereka sukai dan gunakan sehari-hari, bukan hanya karena dibayar.

3. Pengukuran ROI

Mengukur return on investment (ROI) dari kampanye influencer marketing bisa menjadi tantangan. Tidak selalu mudah untuk mengaitkan peningkatan penjualan atau brand awareness langsung dengan aktivitas influencer tertentu.

Contoh: Penggunaan kode diskon unik untuk setiap influencer untuk melacak konversi penjualan.

4. Influencer Fraud

Ada masalah dengan influencer yang membeli pengikut palsu atau engagement untuk meningkatkan statistik mereka. Ini dapat menyesatkan brand dan mengurangi efektivitas kampanye.

Contoh: Penggunaan tools analisis untuk mendeteksi anomali dalam pertumbuhan pengikut atau pola engagement yang tidak wajar.

5. Overexposure

Ketika seorang influencer terlalu sering melakukan endorsement, terutama untuk produk yang saling bersaing, ini dapat mengurangi kredibilitas mereka dan efektivitas kampanye.

Contoh: Seorang influencer yang mempromosikan berbagai brand smartphone dalam waktu yang berdekatan, membingungkan pengikutnya tentang preferensi sebenarnya.

6. Kontroversi dan Risiko Reputasi

Tindakan atau pernyataan kontroversial dari seorang influencer dapat berdampak negatif pada brand yang bekerja sama dengan mereka. Brand perlu berhati-hati dalam memilih influencer dan memiliki strategi manajemen krisis.

Contoh: Sebuah brand yang harus memutuskan kontrak dengan influencer yang terlibat skandal untuk melindungi reputasi mereka.

7. Regulasi yang Berubah

Peraturan seputar influencer marketing terus berkembang di berbagai negara. Brand dan influencer perlu terus mengikuti perkembangan ini untuk memastikan kepatuhan.

Contoh: Perubahan kebijakan platform media sosial tentang penandaan konten berbayar.

8. Kejenuhan Pasar

Dengan semakin banyaknya influencer dan konten sponsored, ada risiko audiens menjadi jenuh dan kurang responsif terhadap rekomendasi influencer.

Contoh: Penggunaan format konten yang lebih kreatif dan interaktif untuk mengatasi kejenuhan audiens.

9. Ketergantungan pada Platform

Perubahan algoritma atau kebijakan platform media sosial dapat mempengaruhi jangkauan dan efektivitas influencer. Ini menciptakan ketidakpastian dalam perencanaan kampanye jangka panjang.

Contoh: Strategi multi-platform untuk mengurangi ketergantungan pada satu platform tertentu.

10. Hak Cipta dan Penggunaan Konten

Perlu ada kesepakatan yang jelas tentang hak penggunaan konten yang dibuat oleh influencer. Ini termasuk durasi penggunaan, platform yang diizinkan, dan hak untuk memodifikasi konten.

Contoh: Kontrak yang secara eksplisit mengatur hak penggunaan konten influencer oleh brand untuk jangka waktu tertentu.

Tren Masa Depan Influencer Marketing

Industri influencer marketing terus berkembang dengan cepat. Berikut adalah beberapa tren yang diperkirakan akan membentuk masa depan influencer marketing:

1. Peningkatan Fokus pada Micro dan Nano Influencer

Brand semakin menyadari nilai dari influencer dengan pengikut yang lebih sedikit tapi lebih engaged. Micro dan nano influencer sering kali memiliki hubungan yang lebih dekat dengan audiens mereka, yang dapat menghasilkan tingkat konversi yang lebih tinggi.

Contoh: Sebuah brand kosmetik lokal yang bekerja sama dengan 20 nano influencer di berbagai kota untuk meningkatkan awareness di pasar lokal.

2. Konten Video Pendek

Dengan popularitas TikTok dan Instagram Reels, konten video pendek menjadi semakin dominan. Influencer perlu beradaptasi dengan format ini untuk tetap relevan.

Contoh: Kampanye hashtag challenge di TikTok yang melibatkan multiple influencer untuk menciptakan viral effect.

3. Influencer Marketing B2B

Meskipun influencer marketing sering diasosiasikan dengan B2C, ada tren peningkatan penggunaan influencer dalam konteks B2B, terutama di platform seperti LinkedIn.

Contoh: Seorang thought leader di industri teknologi yang mempromosikan solusi software enterprise melalui seri webinar dan artikel LinkedIn.

4. Peningkatan Penggunaan AI dan Data Analytics

Teknologi AI dan analisis data yang lebih canggih akan membantu brand dalam memilih influencer yang tepat dan mengoptimalkan kampanye mereka.

Contoh: Penggunaan AI untuk menganalisis konten visual influencer dan mencocokkannya dengan estetika brand.

5. Kolaborasi Jangka Panjang

Daripada kampanye one-off, brand cenderung membangun hubungan jangka panjang dengan influencer. Ini memungkinkan kolaborasi yang lebih autentik dan konsisten.

Contoh: Seorang influencer yang menjadi brand ambassador selama satu tahun, terlibat dalam pengembangan produk dan berbagai kampanye sepanjang tahun.

6. Influencer Commerce

Integrasi yang lebih seamless antara konten influencer dan e-commerce, memungkinkan pembelian langsung dari post influencer.

Contoh: Fitur "shop now" pada Instagram post influencer yang langsung mengarahkan ke halaman checkout produk.

7. Virtual Influencer

Peningkatan penggunaan influencer virtual atau CGI (computer-generated imagery) yang dapat memberikan kontrol lebih besar bagi brand atas "personalitas" influencer mereka.

Contoh: Karakter virtual Lil Miquela yang telah bekerja sama dengan brand fashion high-end.

8. Fokus pada Nilai dan Advokasi

Influencer yang menggunakan platform mereka untuk advokasi sosial atau lingkungan akan semakin dihargai oleh brand yang ingin menunjukkan komitmen terhadap isu-isu penting.

Contoh: Kolaborasi antara brand pakaian sustainable dengan influencer yang aktif dalam kampanye lingkungan.

9. Peningkatan Regulasi dan Standarisasi

Dengan makin matangnya industri, akan ada lebih banyak regulasi dan standarisasi praktik influencer marketing, termasuk dalam hal pengungkapan dan pengukuran performa.

Contoh: Pembentukan asosiasi influencer marketing yang menetapkan standar praktik terbaik industri.

10. Diversifikasi Platform

Influencer akan semakin multi-platform, tidak hanya fokus pada satu media sosial saja. Ini memungkinkan jangkauan yang lebih luas dan mengurangi ketergantungan pada satu platform.

Contoh: Seorang influencer yang menggunakan Instagram untuk konten visual, YouTube untuk video panjang, dan podcast untuk diskusi mendalam.

Kesimpulan

Influencer marketing telah menjadi komponen integral dalam strategi pemasaran digital modern. Dari nano influencer hingga mega influencer, dari Instagram hingga LinkedIn, influencer memainkan peran penting dalam membangun kesadaran merek, meningkatkan engagement, dan mendorong keputusan pembelian konsumen.

Namun, seperti halnya setiap strategi pemasaran, influencer marketing memiliki tantangan dan pertimbangan etisnya sendiri. Transparansi, autentisitas, dan pengukuran ROI tetap menjadi isu penting yang perlu diperhatikan oleh brand dan influencer.

Ke depannya, industri ini diperkirakan akan terus berkembang dengan adopsi teknologi baru, pergeseran fokus ke micro dan nano influencer, serta integrasi yang lebih mendalam dengan e-commerce. Regulasi juga akan semakin matang, membawa standarisasi dan profesionalisme yang lebih tinggi ke dalam industri.

Bagi brand yang ingin sukses dalam influencer marketing, kunci utamanya adalah memilih influencer yang tepat, membangun hubungan autentik, dan menciptakan kampanye yang memberikan nilai bagi audiens. Dengan pendekatan yang strategis dan etis, influencer marketing dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam membangun hubungan dengan konsumen di era digital ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya