SBY: Indonesia Terdepan Damaikan Konflik Laut China Selatan

Situasi politik di Laut Cina Selatan menjadi perhatian serius dalam KTT ke-24 ASEAN.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 12 Mei 2014, 18:03 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2014, 18:03 WIB
KTT Asean Terakhir SBY
Presiden SBY (Liputan6.com)

Liputan6.com, Nay Pyi Taw - Konflik Laut China Selatan semakin memanas sejak kapal Tiongkok sengaja menabrak dan menembakkan meriam air ke kapal Vietnam. Ribuan warga Vietnam turun ke jalan Ibukota Hanoi untuk mengecam tindakan itu.

Terkait hal ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan Indonesia berada di garda terdepan dalam membantu menyelesaikan sengketa wilayah dengan damai. Sebab, menurut dia, Indonesia tidak termasuk negara yang memiliki persoalan dan klaim di kawasan.

"Indonesia bersikap akan berada di depan untuk turut menyelesaikan persoalan secara damai. Secara moral Indonesia terpanggil berperan secara aktif," kata SBY di KTT ke-24 ASEAN di Nay Pyi Taw, Myanmar, Senin (12/5/2014) pagi waktu setempat, seperti dilansir Presidenri.go.id.

SBY mengatakan, ASEAN harus mengambil tindakan tegas demi meredakan ketegangan. Sebab kondisinya saat ini sudah sangat mengkhawatirkan kawasan Asia Tenggara.

"Konon, menurut PM Vietnam, Tiongkok mengerahkan kekuatan laut dan udara yang dianggap cukup besar. Keadaan ini mencemaskan. Bagaimanapun ASEAN harus bersikap dan melakukan sesuatu untuk meredakan ketegangan itu, mencegah konflik terbuka," ujar Presiden ke-6 RI itu.

Dia menjelaskan, situasi politik di Laut Cina Selatan menjadi perhatian serius dalam KTT ke-24 ASEAN. Begitu juga dengan sengketa Laut Asia Timur antara Jepang dan Korea Selatan (Korsel).

SBY pun meminta semua pihak harus mencegah penggunaan kekuatan militer dari pihak manapun. China meminta semua pihak harus mencegah penggunaan kekuatan militer dari pihak manapun.

"Kuncinya adalah jangan ada yang tergoda untuk menggunakan kekuatan militer. Kalau itu bisa disepakati dan semua negara menaati, maka apapun ketegangan di Laut Cina Selatan bisa kita carikan solusi secara baik," tandas SBY.

China dan Vietnam, yang sempat berperang di perbatasan pada 1979, terlibat dalam sengketa perairan dan konflik diplomatik menyangkut eksplorasi minyak, hak penangkapan ikan, dan kepulauan-kepulauan Spratly dan Paracel.

China mengklaim hak kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan yang diperkirakan memiliki cadangan-cadangan besar minyak dan gas. Filipina dan Vietnam juga mengklaim laut tersebut sebagai wilayah kedaulatan mereka. Laut China Selatan pun diklaim sebagian negara ASEAN, yakni Brunei Darussalam, Malaysia, dan Filipina. (Ein)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya