Terkuak, 8 Fakta Interogasi 'Brutal' CIA

Meski pahit, AS mengakui bahwa CIA telah melanggar UU. Dengan metode interogasi keras pada para tahanan yang mengarah ke penyiksaan.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 10 Des 2014, 13:12 WIB
Diterbitkan 10 Des 2014, 13:12 WIB
Interogasi `Brutal` CIA Terkuak
Penyelidikan komisi intelijen Senat AS menemukan dugaan bahwa para agen CIA menggunakan metode interogasi brutal yang ternyata sia-sia.

Liputan6.com, Washington DC- Setelah melalui proses panjang, 5 tahun membaca dan menganalisa lebih dari 6,3 juta halaman dokumen, Komite Intelijen Senat Amerika Serikat mempublikasikan laporan kontroversial: tentang praktik interogasi 'brutal' CIA terhadap 119 tahanan Al Qaeda pasca-serangan teror 11 September 2001 atau 9/11 -- sejak akhir 2001 hingga Januari 2009.

Saat merilis laporan setebal 525 halaman tersebut,  Ketua Komite, Dianne Feinstein mengatakan, CIA telah melanggar undang-undang dan nilai-nilai Amerika.

"Sejarah akan menilai upaya kita untuk menciptakan masyarakat yang patuh dengan undang-undang dan kesediaan menghadapi kebenaran, meskipun pahit,  dan mengatakan -- ini jangan pernah terulang lagi," ujar Feinstein.

Berikut ini 8 kesimpulan dan fakta yang terkuak dalam laporan soal teknik interogasi CIA seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Rabu (10/12/2014).

1. Interogasi disertai penyiksaan

Senator Dianne Feinstein dalam laporan tersebut menyebut, temuan komite menguak bahwa "tahanan CIA mengalami penyiksaan".

"Saya yakin, kondisi pengurungan dan penggunaan teknik interogasi dan pengkondisian yang sah maupun tidak sah dilakukan secara kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan. Saya percaya, ada banyak bukti atas dugaan-dugaan tersebut, yang tak terbantahkan."

Feinstein bukan satu-satunya yang meyakini hal tersebut. Musim panas lalu, Presiden AS Barack Obama dengan besar hati mengakui, di masa lalu, "kita menyiksa sejumlah orang."

Pun dengan Senator John McCain yang pernah menjadi tahanan perang (prisoner of war/POW) di masa Perang Vietnam dan mengalami penyiksaan, mengatakan bahwa teknik interogasi yang keras, brutal yang dideskripsikan dalam laporan, mengarah ke unsur penyiksaan.

Sementara, CIA membela penggunaan metodenya yang keras.

Direktur CIA, John Brennan mengatakan, walau kesalahan terjadi, teknik tersebut membantu dalam pencegahan serangan, penangkapan teroris, dan menyelamatkan jiwa banyak manusia.


2. Siksaan yang terbukti tak ampuh

Dalam laporan Komite Intelijen Senat Amerika Serikat, disebutkan penggunaan metode interogasi keras CIA bukan cara yang efektif untuk mendapatkan informasi akurat.

Laporan tersebut membantah 20 contoh yang diakukan CIA untuk membela program interogasinya, dan mengklaim bahwa masing-masing contoh "diketahui salah secara fundamental".

Alih-alih mengorek informasi penting, teknik interogasi justru bermuara pada pengakuan palsu para tahanan -- yang menyebabkan CIA mengejar terget yang salah dan sama sekali tak membantu perlawanan terhadap Al Qaeda.

"Ketika menjadi subjek teknik interogasi keras CIA dan setelahnya, sejumlah tahanan CIA membuat pengakuan palsu, yang justru merusak fungsi intelijen," demikian isi laporan tersebut.

Sementara CIA dan barisan pembelanya -- termasuk mantan Wakil Presiden Dick Cheney -- mengklaim, praktik pengumpulan intelijen yang mereka lakukan sangat penting dalam pemberantasan terorisme.

CIA juga menyebut, informasi yang mereka peroleh, "secara substansial meningkatkan pemahaman strategis dan taktis untuk memahami musuh yang mengarah pada upaya kontraterorisme saat ini." 

Tak Bantu CIA Temukan Osama Bin Laden

3. Penyiksaan tak membantu CIA menemukan Osama bin Laden

CIA kukuh membela diri dengan mengklaim bahwa interogasi keras yang mereka lakukan krusial dalam rangka menangkap buron teroris paling wahid, Osama bin Laden.

Namun, laporan Senat menyebut, informasi 'paling akurat' yang didapat CIA yang mengarah pada penangkapan Osama, justru didapat dari tahanan sebelum mereka mengalami penyiksaan.



Data intelijen CIA yang mengarah pada penangkapan bin Laden datang dari Hassan Ghuk, yang ditangkap di Irak pada 2004 -- saat ia menjalani 'teknik interogasi tradisional' -- sebelum akhirnya mengalami perlakuan yang mengarah pada penyiksaan.

4. Tahanan tewas mengenaskan

Laporan Senat juga menyebut, salah satu tahanan tewas diduga akibat hipotermia setelah dirantai, nyaris ditelanjangi, dan di atas lantai beton yang dingin.

CIA diketahui menggunakan teknik sleep deprivation -- situasi saat individu kurang tidur atau dibuat kurang tidur. "Dengan memaksa tahanan terjaga selama lebih dari 180 jam, biasanya diberlakukan dalam kondisi berdiri atau dalam posisi tertekan, misalnya dengan posisi tangan terborgol di atas kepala."

"Teknik lain termasuk "rectal rehydration", "ice water 'baths" -- mandi air es, dan membuat tahanan khawatir dengan mengancam keluarganya, termasuk ancaman 'pelecehan seksual pada ibu si tahanan," demikian menurut laporan Senat.

Taktik psikologi lain adalah dengan mengurung tahanan di kamar yang gelap gulita, dengan suara musik yang bising, dan hanya ada sebuah ember untuk buang air besar di sana. Dan suhu kamar itu dinginnya bukan kepalang.

"Salah satu tahanan yang ditahan dalam kondisi nyaris telanjang dan terantai di lantai beton tewas pada November 2002 diduga akibat hipotermia."

Tahanan CIA yang mengalami teknik interogasi brutal belakangan mengalami, "halusinasi, paranoia, insomnia, dan berusaha menyakiti bahkan memutilasi diri sendiri".

Juga tercantum dalam laporan adalah teknik waterboarding -- teknik interogasi yang dikenakan kepada tahanan dengan cara mengikat tangan dan wajah, kemudian kepalanya ditutup dan dituangi air, yang dilakukan pada otak 9/11, Khalid Sheikh Mohammed. Ia disiksa dengan cara demikian setidaknya sebanyak 183 kali.

Tahanan lain, Abu Zubaydah tak sadarkan diri dan nyaris tewas saat mengalami waterboarding oleh personel CIA. "Dalam setidaknya sesi waterboarding, Abu Zubaydah menjadi tak responsif, mulutnya berbusa," demikian laporan Komite.

Laporan 'Sesat' CIA

5. CIA memberi laporan sesat

Presiden George W. Bush ternyata tidak diberi tahu tentang "teknik interogasi keras CIA sebelum April 2006," demikian data CIA yang dikutip dalam laporan Senat.

Itu berarti, butuh 4 tahun setelah program dimulai, sampai Presiden AS akhirnya tahu apa yang dilakukan CIA.

Laporan Senat juga menyimpulkan, "CIA menyediakan informasi yang tidak akurat dan tak lengkap"  kepada Gedung Putih dan pejabat keamanan nasional.



Pejabat CIA dituduh melebih-lebihkan keberhasilan teknik interogasinya saat rapat bersama pejabat Gedung Putih.

6. Petugas 'bau kencur'

CIA juga diketahui menugaskan petugas-petugas yuniornya di fasilitas penahanan. Staf yang belum terlatih juga ditugaskan untuk menginterogasi tahanan tanpa pengawasan.

Di fasilitas penahanan CIA atau COBALT, seperti yang tertera dalam laporan, "seorang petugas yunior yang baru pertama ditugaskan ke luar negeri, tanpa pengalaman dan pelatihan, diberi wewenang menangani tahanan. Selama tugasnya itu, seorang tahanan tewas diduga hipotermia pada 2002.

Laporan juga menyimpulkan bahwa setidaknya 17 tahanan menghadapi interogasi -- tanpa lampu hijau dari markas CIA. Teknik lain yang digunakan untuk mengorek informasi termasuk 'tamparan pada perut dan menyiram dengan air dingin" -- cara-cara yang tidak pernah direstui oleh Departemen Kehakiman.

Otak 9/11 Kalahkan Teknik Penyiksaan CIA


7. Otak 9/11 menang lawan waterboarding

Khalid Sheikh Mohammed, otak serangan teror 9/11 mengalami waterboarding selama 183 kali.

CIA mengatakan, metode itu efektif untuk membantu para penyelidik menguras informasi dari tahanan. Namun, interogator menyajikan gambaran yang berbeda dalam sebuah wawancara dengan inspektur jenderal CIA.

Para interogator dan personel medis mengatakan, Mohammed "benci namun tahu caranya menangani waterboarding yang dilakukan padanya." Ia juga menemukan cara untuk bertahan.

Mohammed mengalahkan teknik CIA itu -- dengan bersikap non-konfrontatif.



Dan seperti tahanan lain yang disiksa,  Khalid Sheikh Mohammed menarik kembali pengakuan yang ia berikan pada CIA untuk menghentikan penyiksaan yang ia alami.

Salah satu pengakuan palsu adalah plot terhadap mantan Presiden AS Jimmy Carter. CIA menyebutnya sebagai 'kisah yang mengada-ada'.

8. Ke mana larinya uang US$ 81 Juta?

Dua psikolog yang membantu mengembangkan prosedur interogasi keras CIA mendirikan sebuah perusahaan pada 2005 untuk menjalankan program tersebut.

Antara 2005 dan 2009, perusahaan tersebut menarik uang sebesar US$ 81 juta dari pemerintah.

Para psikolog sebelumnya terlibat dalam program "Survival, Evasion, Resistance and Escape school" Angkatan Udara AS dan tak punya pengetahuan khusus soal Al Qaeda, tak ada latar belakang kontraterorisme, atau keahlian budaya dan linguistik. Demikian menurut keterangan laporan Senat.

Sebelum mendirikan perusahaan, salah satu psikolog merekomendasikan penggunaan interogasi 'brutal' dalam kasus Gul Rahman -- beberapa hari sebelum Rahman ditemukan tewas akibat dugaan hipotermia pada 2002. (Yus)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya