Teori Penyebab Kecelakaan Maut Pesawat Germanwings

Pengamat tidak mengesampingkan kemungkinan ulah teroris, apabila ternyata diketahui pesawat hancur di udara, seperti Malaysia Airlines MH17.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 25 Mar 2015, 07:00 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2015, 07:00 WIB
Grafis Kecelakaan Germanwings
Grafis Kecelakaan Germanwings

Liputan6.com, Paris - Maskapai penerbangan kelas menengah ke bawah di Jerman, Germanwings tengah dilanda musibah. Salah satu pesawatnya dengan nomor penerbangan 4U 9525 mengalami kecelakaan di Pegunungan Alpen, Prancis, saat dalam perjalanan dari Barcelona, Spanyol menuju  Dusseldof, Jerman pada Selasa 24 Maret 2015 pagi.

Sejauh ini, tim pencari dan otoritas setempat telah menemukan lokasi jatuhnya pesawat. Mereka mendapati serpihan kapal terbang Airbus A320 itu dalam kondisi hancur berkeping-keping.

Tapi satu fakta yang memang sulit diterima keluarga, bahwa seluruh penumpang dan kru, yang berjumlah 150 orang, dinyatakan tak ada yang selamat.

(Puing Pesawat Germanwings/AFP)


Sementara itu, tak butuh waktu lama, tim pencari telah berhasil menemukan salah satu bagian Black Box atau Kotak Hitam yang berisi data penerbangan pesawat. Kronologi, detik-detik jelang kecelakaan, serta penyebanya diharapkan segera diungkap.

Apakah pesawat celaka karena kesalahan teknis pesawat, pilot, atau mungkin aksi teror? Hal itu masih belum bisa dipastikan. Tapi setidaknya ada beberapa petunjuk yang bisa ditarik sementara untuk menyimpulkan penyebabnya.

Dalam kecelakaan di area yang dianggap jalur penerbangan teraman di Eropa ini, petunjuk pertama yang paling bisa diandalkan adalah bentuk dan penyebaran puing atau serpihan pesawat.

Menurut pakar keselamatan penerbangan Boeing, Todd Curtis, jika puing-puing berada berdekatan, maka pesawat diduga kuat menghantam gunung. Tapi jika penyebaran serpihannya jauh, maka kapal terbang diyakini sudah hancur terlebih dahulu di udara.

"Jika Anda melihat bagian sayap di sini, kemudian melihat bagian lainnya pada jarak sekitar 3 mil (sekitar 4,8 km), maka kecelakaan tidak terjadi di darat, tapi di udara," jelas Curtis, seperti dimuat News.com.au, Rabu (25/3/2015).

Jika melihat kondisi pesawat, pihak Lufhansa -- induk perusahaan Germanwings -- memastikan kapal terbang itu dalam kondisi laik terbang. Terlebih, keluarga jenis Airbus A320 selama ini memiliki rekam jejak baik dengan skala kecelakaan 0,14 per 1 juta kali terbang.


(Puing Pesawat Germanwings/AFP)

Petinggi Lufhansa Thomas Winkelmann menegaskan pesawat tersebut telah menjalani perawatan berkala secara teratur. Meski begitu, bagi Curtis yang juga Direktur Airsafe.com Foundation, faktor teknis pesawat bisa saja terjadi. Tapi dia menekankan faktor usia pesawat tidak menjadi acuan, tapi yang lebih penting adalah seberapa jauh pemeliharaan pesawat tersebut.

"Kita tidak bisa mengesampingkan faktor teknis, misalnya adanya kegagalan pada sistem pesawat yang sudah terbang puluhan ribu jam. Dalam sejarah kecelakaan di dunia penerbangan, ada saja sesuatu yang terduga," kata dia.

Beberapa saat sebelum kecelakaan, pilot atau kru pesawat dikabarkan tidak sempat melakukan panggilan darurat mayday, kendati pemandu lalu lintas udara menyatakan pesawat benar-benar mengalami kesulitan sebelum hilang kontak.

"Dari sejumlah fakta tersebut, pesawat celaka karena masalah teknis, non-teknis, atau reaksi yang tidak tepat atau buruk dari pilot saat dilanda krisis," ujar Curtis, mengaca pada insiden Air France 447 pada 1 Juni 2009 silam.

Teori lainnya, pengamat penerbangan itu juga tidak mengesampingkan kemungkinan adanya ulah teroris, apabila ternyata diketahui pesawat hancur di udara, seperti yang terjadi pada Malaysia Airlines MH17 pada Juli 2014 lalu. (Riz)

(Puing Pesawat Germanwings/AFP)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya