Jerman Tahu 'Pertanda Maut' Sebelum MH17 Ditembak Jatuh?

Sebelum MH17 ditembak jatuh, pemerintah Jerman diduga mengetahui kondisi bahaya di Ukraina timur.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 28 Apr 2015, 13:27 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2015, 13:27 WIB
MH17
Puing MH17 mulai dievakuasi. (bbc.co.uk)

Liputan6.com, Berlin - Malaysia Airlines Penerbangan MH17 sedang mengarungi langit saat itu, Kamis 17 Juli 2014. Boeing 777 yang mengudara dari Amsterdam, Belanda pukul 12.15 waktu setempat, menuju Kuala Lumpur. Namun, di langit Ukraina timur yang bergolak, perjalanan tersebut terhenti.

MH17 ditembak jatuh. Badan pesawat hancur, 298 orang yang ada di dalamnya tewas seketika. Kini, 9 bulan berlalu, muncul informasi anyar: tragedi itu mungkin bisa dicegah. Maksudnya?

Sebelum insiden, Pemerintah Jerman diberi informasi soal risiko terbang di atas Ukraina timur. Namun, kabar tersebut tak diteruskan ke pihak lain. Termasuk ke maskapai Bundesrepublik Deutschland.

Kawat diplomatik yang dikirimkan 2 hari sebelum kecelakaan menyebut, situasi menjadi 'sangat mengkhawatirkan'. Demikian dimuat media Jerman, seperti dikutip dari BBC, Selasa (28/4/2015).

Kawat yang ditujukan 'hanya untuk kalangan internal' tersebut menyebut tentang insiden pesawat kargo angkatan udara Ukraina yang ditembak jatuh dari ketinggian sekitar 6.000 kaki pada 14 Juli 2014.

Tiga hari kemudian, giliran MH17 yang diturunkan paksa hingga hancur berkeping.

Menurut saluran televisi Jerman: NDR,  WDR, dan Sueddeutsche Zeitung, kawat Kementerian Luar Negeri menelaah insiden penembakan pesawat militer Antonov sebagai perkembangan yang signifikan. Khususnya karena ketinggian burung besi itu saat ditembak jatuh: 6.000 meter. Sejumlah pengamat militer menyebut, informasi itu adalah insiden itu menunjukkan potensi rudal menembak target yang lebih tinggi.

Sementara, Malaysia Airlines MH17 ditembak di ketinggian 10.000 meter.

Namun, sumber Lufthansa mengatakan pada media Jerman bahwa tak ada komunikasi yang disampaikan pada pihak maskapai terkait perubahan situasi tersebut.

Tiga pesawat Lufthansa terbang di atas area tersebut di hari ketika kecelakaan terjadi -- termasuk salah satu burung besi yang melintas 20 menit sebelumnya. Laporan menyebut, 'hanya faktor kebetulan saja' ketiganya lolos. Sementara, maskapai penerbangan Jerman lainnya memang sejak awal menghindari kawasan tersebut.

"Jika pemerintah memberikan peringatan pada maskapai kami, dengan mengumumkan 'status baru', pasti Lufthansa tak akan terbang di atas Ukraina timur," kata sumber tersebut.

Pihak Kementerian Luar Negeri Jerman belum memberikan konfirmasi terkait informasi tersebut. Sebaliknya, Kementerian Transportasi mengeluarkan pernyataan tertulis.

"Sebelum kecelakaan MH17, pemerintah Jerman tidak memiliki indikasi tentang memburuknya situasi keamanan bagi penerbangan sipil di Ukraina," demikian pernyataan mereka seperti dikutip dari situs Deutsche Welle (DW).

Sementara, penyelidik internasional yang dipimpin Belanda menyebut, salah satu dugaan menonjol adalah, MH17 ditembak dengan rudal dari peluncur misil, Buk buatan Rusia.

Para investigator telah meminta keterangan para saksi yang mengaku melihat Buk didatangkan ke area yang dikuasai pemberontak pro-Rusia, beberapa saat sebelum kecelakaan terjadi. Laporan penyelidikan final akan dipublikasikan Oktober 2015 mendatang. (Ein/Tnt)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya