Liputan6.com, Uganda - Hari ini, 38 tahun silam, momen dramatis penyanderaan 100 orang terjadi di Bandara Entebbe di Uganda. Si pembajak diketahui sebagai orang-orang yang pro-Palestina.
Sebagian besar sandera mereka merupakan warga Israel atau Yahudi.
Di tengah situasi mencekam, tiba-tiba pada 4 Juli 1976 sekitar pukul 01.00 waktu setempat, tentara Uganda dan para pembajak bandera dibuat terkejut dengan kedatangan 3 pesawat angkut Hercules. Armada itu disebut-sebut mendarat setelah 2.500 mil perjalanan dari Israel.
Sekitar 200 tentara elit kemudian berlari keluar dan menyerbu bangunan bandara itu. Pertempuran dramatis pun terjadi sekitar 35 menit. 20 tentara Uganda dan 7 pembajak tewas, pun dengan tiga sandera.
Pemimpin pasukan serbu itu, Letnan Kolonel Yonatan Netanyahu, juga meregang nyawa. Ia ditembak mati oleh penjaga Uganda. Namun Israel menghancurkan 11 jet tempur MiG buatan Rusia, yang setara dengan seperempat angkatan udara Uganda.
Sandera-sandera yang masih hidup kemudian diterbangkan ke Israel dengan singgah di Nairobi, Kenya. Di sana beberapa dari mereka yang terluka dirawat oleh dokter Israel, dan 2 di antaranya dipindahkan ke rumah sakit di sana.
"Operasi ini pasti akan tertulis dalam sejarah sejarah militer, sebagai legenda," kata Perdana Menteri Yitzhak Rabin yang memerintahkan serangan, dalam pidatonya di knesset (parlemen) Israel seperti dikutip dari BBC.
Baca Juga
Di Awali Pembajakan Pesawat Air France
Momen dramatis itu bermula dari pembajakan penerbangan Air France dengan rute Israel ke Paris melalui Athena pada 27 Juni 1976. Empat militan itu menguasai pesawat beserta dengan 250 orang di dalamnya.
Para pembajak -- 2 dari Popular Front for the Liberation of Palestine dan 2 lainnya dari Baader-Meinhof, Jerman -- mengalihkan pesawat ke Entebbe, di mana burung besi itu tiba pada tanggal 28 Juni.
Para pembajak -- yang bergabung dengan 3 rekan lainnya -- menuntut pembebasan 53 militan yang ditahan di penjara di Israel dan 4 negara lainnya.
Presiden Uganda Idi Amin tiba di Bandara Entebe untuk memberikan pidato dalam mendukung PFLP dan memasok para pembajak dengan tambahan pasukan dan senjata.
Pada tanggal 1 Juli, para pembajak melepaskan sejumlah besar sandera, tapi terus menawan sisa 100 penumpang yang merupakan warga Israel atau Yahudi. Mereka yang dibebaskan diterbangkan ke Paris dan London.
Di antara mereka adalah warga Inggris mantan akuntan George Good dan Tony Russell yang merupakan seorang pejabat senior GLC. Mereka tiba di London pada 2 Juli.
Para kru pesawat ditawarkan kesempatan untuk pergi, tapi memilih untuk tinggal dengan pesawat. Para sandera yang tersisa dipindahkan ke bangunan bandara.
Para pembajak kemudian menetapkan batas waktu untuk pukul 11.00 waktu setempat agar tuntutan mereka dipenuhi. Jika tidak, mereka akan meledakkan pesawat dan penumpangnya. Tapi rencana mereka digagalkan oleh serangan dramatis Israel itu.
Advertisement
Pada tanggal yang sama tahun 1977, bangsa Amerika bersuka cita karena memproklamasikan kemerdekaannya dari Inggris. Sementara 4 Juli 2009 tercatat sebagai saat mahkota Patung Liberty dibuka untuk umum, setelah ditutup 8 tahun karena masalah keamanan setelah serangan 11 September atau 9/11. (Tnt/Ein)