Liputan6.com, Dunkrik - Tingginya angka imigran gelap asal Prancis dengan tujuan Inggris ternyata tak lepas dari keterlibatan mafia.Â
Bagi migran yang tidak punya uang, mereka hanya bisa masuk lewat terowongan Channel di Calais dengan nyawa sebagai taruhannya. Namun, bagi yang punya uang, mereka memilih masuk Inggris dengan mobil mewah berpelat Inggris milik para mafia penyelundup. Kebanyakan dari imigran yang punya uang lebih, memilih tinggal di Dunkrik dibanding di Calais.
Baca Juga
Para mafia penyeludup ini tahu benar bermain kucing-kucingan dengan otoritas Prancis. Hukum di negara itu tidak bisa menangkap sembarangan mobil berpelat nomor Inggris.
Advertisement
"Sangat susah menangkap mereka karena para mafia ini tahu tentang selak-beluk hukum kami. Di Prancis kita tidak bisa menangkap mobil begitu saja. Yang bisa dilakukan cuma mengobservasi mereka," kata Walikota Tetenghem, Frank Dhersin kepada Telegraph selasa 11 Agustus 2015.
"Mereka itu mafia Inggris dengan mobil pelat Inggris," tambahnya. Kamp para migran ini berhadapan dengan Danau Tetenghem yang menampung 80 migran dari Syria, Afghanistan, dan Irak.
Geng ini menarifkan para migran 1.500 poundsterling per orang jika ingin masuk Inggris.
Mafia berbasis di Inggris ini bahkan tanpa dosa berkeliling di kota-kota pesisir di Prancis dengan kendaraan mewah mereka seperti BMW dan Jaguar. Mobil mewah ini dipakai untuk mengangkut para migran melintasi perbatasan.
Seorang sumber di kepolisian Prancis mengatakan kepada Telegraph bahwa kepolisian telah melakukan investigasi pada para mafia itu. Dalam investigasi tersebut ditemukan bahwa mereka menyembunyikan para migran itu dalam mobil mewah agar tidak terdeteksi polisi perbatasan.
 "Saya sedang tidak berperang melawan imigran, tapi saya berperang dengan para mafia penyelundup," ujar Dhersin geram. "Dan saya bersama polisi Prancis telah mencoba menahan mobil-mobil Inggris ini untuk disimpan dalam garasi agar para migran itu tidak usah mengeluarkan uang untuk para mafia itu," tambahnya.
Otoritas keamanan Prancis baru saja menangkap sebuah Jaguar mewah senilai 100 ribu euro berpelat nomor Inggris di kamp itu.
Selain itu, mereka juga menahan 30 mobil dengan nomor pelat Inggris dari kamp yang 'didirikan' 7 tahun lalu. Namun, langkah untuk menjerat para kriminal itu gagal karena mereka tidak bisa mendapatkan penerjemah sehingga tidak punya cukup bukti untuk menangkap mereka.
Ia berpendapat lebih baik menerapkan blokade ala Australia yang mengusir para imigran di laut Mediterania.
"Blokade dengan patroli kapal di laut Mediterania ala Australia itu satu-satunya cara agar para migran tidak bisa masuk ke Eropa," jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa percuma menutup kamp karena di lain hari mereka akan mendirikan tenda lagi.
Polisi dalam investigasinya juga telah menanam perekam di mobil-mobil itu. Namun, mereka tidak mengerti Bahasa Farsi yang digunakan oleh para sopir dengan imigran.
"Lagipula merekam seperti itu hanya diperbolehkan dalam waktu 48 jam menurut hukum Prancis, dan mereka tahu ini. Jadi, mereka selalu menang," ungkapnya.
Satu hal yang paling konyol dari kunjungannya kali ini adalah ia dimintai kartu identitas oleh seseorang yang diduga anggota mafia penyelundup.
"Saya bilang, 'Saya ini walikota, kamu yang harusnya tunjukan kartu identitasmu,'" katanya kesal.
Dalam kunjungannya ke kamp, para migran menutupi wajahnya dan bersembunyi. Walikota Dharsin juga menemukan lima mobil mewah berpelat Inggris seperti Audi, VW dan Ford, serta dua mobil van. (Rie/Ein)
Â