Cegah Jemaah Haji Kesasar, Petugas Bersiaga di Persimpangan Jalan

PPIH telah menunjukkan jalur atau jalan yang harus dilalui jemaah haji Indonesia ketika akan melempar jumrah.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Sep 2015, 07:04 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2015, 07:04 WIB
Musibah haji di Mina tahun 1998
Musibah haji di Mina tahun 1998

Liputan6.com, Mekah - Guna mencegah jemaah haji kesasar menuju tenda di Mina, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menyiapkan petugas di persimpangan jalan yang direkomendasikan untuk jemaah haji Indonesia.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin ketika ditemui di tenda Amirul Hajj di Mina, Mekah, Arab Saudi, mengatakan PPIH telah menunjukkan jalur atau jalan yang harus dilalui jemaah haji Indonesia ketika akan melempar jumrah dan kembali ke tenda masing-masing untuk mabit (bermalam) di Mina.

"Jadi, jemaah haji harus melalui jalan semestinya," ujar Lukman seperti dikutip dari antaranews, Jumat (25/9/2015).

Jalur tersebut telah disesuaikan dengan tenda atau maktab tempat jemaah Indonesia bermalam, yaitu 45 maktab di Harratul Lisan (Mina) dan 7 maktab di Mina Jadid.

Pada jalur tersebut yaitu Jalan Moeasim untuk mereka yang mabit di wilayah Harratul Lisan, dan Jalan King Fahd untuk mereka yang tinggal di Mina Jadid.
"Pada jalur itu, di setiap titik persimpangan yang terpecah ada petugas untuk memandu jemaah agar tidak tersesat," kata Lukman.

Dia menduga, jemaah haji Indonesia yang menjadi korban tragedi Mina Kamis pagi kemarin, terbawa arus jemaah lain saat menuju Jamarat untuk melontar jumrah pagi.

"Jemaah yang ada di lokasi dan menjadi korban harus dicermati lagi, apa sebabnya. Kemungkinan mereka terbawa arus yang begitu kuat dan banyak ke sebuah titik yang ingin dituju, karena tidak tahu," kata Lukman.

Dia berharap, korban meninggal dari jemaah haji Indonesia tidak bertambah. Sampai pukul 22.00 waktu Arab Saudi, jumlah jemaah yang meninggal tercatat 3 orang.

Dua orang sudah diidentifikasi yaiti Hamid Atwi Tarji dari Probolinggo, Jawa Timur, dan Busyaiyah Sahrel Abdul Gafar yang berangkat dari embarkasi Batam. Sedangkan satu jemaah lagi belum teridentifikasi karena tidak membawa identitas seperti gelang yang berisi informasi nama, nomor kloter, dan embarkasi.

"Kami terus memantau perkembangan jemaah yang menjadi korban," ujar Lukman. Untuk korban luka, Menag mengatakan datanya sangat dinamis, sudah ada yang kembali ke kloter dan ada pula yang dirawat.

Sebagian besar jemaah yang meninggal pada tragedi Mina adalah orang tua berusia di atas 60 tahun dan perempuan. Sebagian besar dari wilayah Arab dan Afrika, termasuk Mesir. (Sun/Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya