2-10-1869: Mahatma Gandhi, Pemuda Bandel yang Jadi 'Jiwa Agung'

Ia bukan murid istimewa. Biasa-biasa saja dan tak punya prestasi yang menonjol.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 02 Okt 2015, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2015, 06:00 WIB
Transformasi Gandhi Muda Hingga Jadi Seorang Mahatma Gandhi
Seorang Mahatma Gandhi yang terkenal karena kesederhanaannya ternyata berasal dari kehidupan yang nyaman.

Liputan6.com, New Delhi - Jutaan manusia menganggapnya sebagai 'Mahatma'. Jiwa yang agung. Namun, pada 2 Oktober 1869 ia masih bayi merah yang baru lahir ke dunia.

Mohandas Karamchand Gandhi namanya. Ia dilahirkan di negara bagian Porbandar, India. Dari kalangan elite. Ayahnya adalah ketua menteri di Porbandar. Sementara sang ibu adalah sosok yang beriman kuat, menghabiskan sebagian besar waktunya di kuil dan kerap berpuasa.

Sang ibu mengajarkan etika Hindu yang kuat pada anak-anaknya. Juga mengajak mereka menjadi vegetarian, mempraktikkan toleransi beragama, dan gaya hidup sederhana.

Saat Gandhi masih kecil, ayahnya memindahkan keluarga mereka ke Rajkot. Di sana, Mahatma Gandhi mendapatkan pendidikan di sekolah dan belajar Bahasa Inggris.

Ia bukan murid istimewa. Biasa-biasa saja dan tak punya prestasi yang menonjol. Tak ada tanda-tanda Gandhi kecil bisa jadi 'orang besar'.

Pada usia 13 tahun, Gandhi menikahi Kasturba, gadis setempat yang berusia 14 tahun. Ia tumbuh menjadi pemuda yang bandel. Yang berhubungan badan dengan sang istri, hingga melewatkan saat-saat terakhir ayahnya jelang kematian.

Pilihan itu amat disesalinya. "Aku merasa sangat malu dan hancur. Aku berlari ke kamar ayahku. Jika nafsu kebinatangan tak membutakanku, ayahku akan meninggal dalam pelukanku," kata dia seperti dikutip dari BBC.

Awalnya Gandhi muda belajar di Bhavnagar College, Bombay. Namun, karena tak merasa bahagia, ia menerima tawaran untuk belajar hukum di Inner Temple di London, Inggris.

Mengabaikan saran para tetua kasta, Gandhi pergi dari India dan berpakaian ala Barat. Belajar lebih banyak tentang buku-buku agama dan menjadi vegetarian.

Setelah lulus, Gandhi kembali ke India, berpraktek sebagai pengacara. Namun, ia kalah dalam kasus pertamanya dan langsung dilempar keluar kantor oleh seorang pejabat Inggris.

Merasa dipermalukan, Gandhi menerima penempatan di Afrika Selatan.

Luka yang Membuka Kesadaran

Di Afrika Selatan, Gandhi menerima perlakuan rasial. Ia diusir dari gerbong kereta kelas satu, meski tiket ada di tangan. Hanya gara-gara warna kulitnya.

Hari berikutnya, ia dikasari konduktor kereta gara-gara menolak pindah dan menyerahkan tempat duduknya untuk penumpang Eropa.

Di Natal, Afrika Selatan, Gandhi mulai mempertanyakan tentang kebebasan, juga posisi India di bawah penjajahan Inggris.

Ia kemudian mendirikan Natal Indian Congress yang melawan segregasi rasial dan untuk mengembangkan ide pemurnian diri, serta 'Satyagraha' -- perlawanan tanpa kekerasan.

Pada 1896, Gandhi adalah tokoh politik terkemuka di Afrika Selatan -- yang mampu menyatukan orang India dari berbagai kasta, agama dengan konsep Satyagraha.

Gandhi bersumpah untuk selibat dan mulai mengenakan apa yang dia sebut 'jubah berkabung', berupa dhoti atau pakaian tradisional India berwarna putih.

Dengan tampilan yang dianggap eksentrik, Perdana Menteri Inggris Winston Churchil menjulukinya "the half naked fakir". Fakir yang berpakaian setengah telanjang.

Justru ketika berada di Afrika Selatan, Gandhi lebih memahami Tanah Airnya.

Gandhi kembali ke India pada tahun 1915 dan mengambil alih kepemimpinan Kongres Nasional India pada tahun 1920. Ia berhasil meyakinkan komunitas Muslim untuk bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil yang menempuh cara damai.

Kala itu, nasionalisme India menguat, dipicu pembantaian Jallianwala Bagh oleh pasukan Inggris di Amritsar. Gandhi juga mengemukakan konsep pemerintahan sendiri atau 'Swaraj'. Merdeka penuh dari Inggris .

Pada tahun 1930 ia memprakarsai Salt March ke Dandi, memprotes monopoli garam Inggris. Orang-orang berpaai, berjalan kaki menempuh jarak 388 kilometer, demi membuat garam sendiri.

Pemerintah kolonial Inggris tak diam saja. Para peserta pawai diserang dan dipenjara. Peristiwa itu menarik perhatian seluruh dunia, mempertebal semangat untuk memerdekakan India .

Tak hanya menuntut merdeka. Gandhi kala itu melawan hal yang tak tersentuh -- diskriminasi kasta -- juga pemisahan dan prasangka sosial lainnya yang digunakan Inggris untuk mempertahankan cengkeraman kekuasaan atas India .

India akhirnya merdeka pada 15 Agustus 1947, namun pemisahan Hindustan dan Pakistan membuat hati Gandhi sedih bukan kepalang.

Apapun, perjuangan Gandhi menginspirasi banyak tokoh dunia seperti Martin Luther King, James Lawson, James Bevel, dan Nelson Mendela.

Pria yang dijuluki Bapu atau 'ayah' dalam Bahasa India meninggal dunia pada 30 Januari 1948. Ia ditembak Nathuram Godse, yang menentang gerakan non-kekerasan dan pendekatan Mahatma Gandi ke kalangan Muslim.

Sang Mahatma rebah. Kata terakhir yang diucapkan adalah "He Ram!". Oh Tuhan!

Hingga sekarang hari lahir Mahatma Gandhi dirayakan sebagai 'Gandhi Jayanti' oleh masyarakat India. Sementara, dunia memperingatinya sebagai 'International Day for Non-Violence'. Hari Tanpa Kekerasan Dunia.

Mahatma Gandhi adalah kemenangan dari pertempuran tanpa kekerasan.

Semangatnya terus mengilhami banyak orang di dunia. "Saya sadar bahwa saya tidak mungkin berdiri di hadapan Anda hari ini , sebagai Presiden Amerika Serikat, jika bukan karena Gandhi dan pesannya yang ia bagi dengan Amerika juga dunia," kata Presiden Amerika Serikat Barack Obama seperti dikutip dari Gulf News.

Selain hari lahir Mahatma Gandhi, tanggal 2 Oktober diperingati sebagai saat kelahiran bayi kembar 6, kasus pertama yang terjadi di Inggris pada 1968.

Sementara pada tanggal yang sama tahun 1968, lebih dari 25 orang tewas dalam kerusuhan di Mexico City, Meksiko, hanya 10 hari sebelum kota itu menggelar ajang olimpiade. (Ein/Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya