Jokowi: Indonesia Turunkan Emisi 29% pada 2030

Presiden Jokowi menyebut tata kelola lahan gambut akan digunakan sebagai upaya menurunkan emisi.

oleh Liputan6 diperbarui 01 Des 2015, 09:04 WIB
Diterbitkan 01 Des 2015, 09:04 WIB
20151130-Presiden RI Joko Widodo-Paris
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berjabat tangan dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon disaksikan Presiden Prancis, Francois Hollande saat menghadiri pembukaan KTT Perubahan Ikilm PBB di Paris, Senin (30/11). (Rusman_Setpres)

Liputan6.com, Paris - Pada pidato di KTT Perubahan Iklim atau COP ke-21 di Paris, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan Indonesia hadir sebagai bagian dari solusi. Terlebih, Indonesia adalah salah satu negara pemilik hutan terbesar yang menjadi paru-paru dunia.

"Saya hadir di sini memberikan dukungan politik kuat terhadap suksesnya COP 21," ujar Jokowi dalam bahasa Indonesia seperti dikutip dari BBC, Selasa (1/12/2015).

"Indonesia akan berupaya menurunkan emisi sebesar 29 persen pada 2030," imbuh Jokowi.

Penurunan itu, menurutnya, dilakukan dengan mengalihkan subsidi bahan bakar minyak ke sektor produktif, meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan hingga 23 persen dari konsumsi energi nasional pada 2025, dan mengolah sampah menjadi sumber energi.

Selain di bidang energi, Presiden Jokowi menyebut tata kelola lahan gambut sebagai upaya menurunkan emisi.

"Di bidang tata kelola dan sektor lahan melalui penerapan one map policy, menerapkan moratorium dan review izin pemanfaatan lahan gambut," kata dia dalam pidato pada Senin 30 November 2015.

Meski demikian, menurutnya, Kesepakatan Paris seharusnya tidak menghambat pembangunan negara berkembang. Di sisi lain, dia mengingatkan negara maju untuk lebih berkontribusi melalui mobilisasi pendanaan sebesar US$ 100 miliar hingga 2020 dan ditingkatkan untuk tahun-tahun berikutnya.

Kebakaran Hutan dan Lahan

Pada pidato yang berlangsung hampir 5 menit itu, Presiden Jokowi turut menyinggung kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Namun, lepas dari faktor alam, dia tidak menyebut sama sekali mengenai pelakunya.

"El Nino yang panas dan kering telah menyebabkan upaya penanggulangan menjadi sangat sulit, tapi dapat diselesaikan. Penegakan hukum secara tegas dilakukan," tutur Jokowi.

Untuk mencegah kebakaran terulang, Jokowi menyebut restorasi eksosistem lahan gambut
dengan pembentukan badan restorasi gambut sebagai langkah antisipasi.

Sebelumnya, organisasi lingkungan hidup, World Resources Institute, mengutip hasil penelitian Guido van der Werf dari Global Fire Emissions Database yang menyatakan emisi karbon akibat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia telah mengalahkan rata-rata emisi karbon harian Amerika Serikat.

Menurut data tersebut, hanya dalam 26 hari emisi dari kebakaran hutan dan lahan mencapai 1.043 juta metrik ton, atau melebihi emisi karbondioksida Amerika Serikat dalam satu tahun terakhir. Padahal selama ini AS adalah penyumbang gas rumah kaca terbesar kedua setelah China, dan ekonominya 20 kali lebih besar daripada Indonesia. (Tnt/Bob)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya