Liputan6.com, Jakarta - Dalam dua bulan, 13 kapal kayu terdampar di perairan Jepang. Tak ada yang mengemudikannya. Saat didekati, ditemukan jasad-jasad para pelaut yang sudah terurai parah, hingga mengelupas, menunjukkan tengkorak dan kerangka di dalamnya.
Itu adalah insiden 'kapal hantu' -- bahtera yang ditemukan kosong atau hanya berisi jasad manusia di dalamnya.
Kisah serupa pernah terjadi di Selat Malaka. Melibatkan kapal dari Indonesia, yang kala itu masih bernama Hindia Belanda.
Suatu hari di bulan Juni 1947, 2 kapal Amerika yang sedang berada di Selat Malaka --Â City of Baltimore dan Silver Star -- menerima pesan darurat dari kapal dagang milik Belanda, SS Ourang Medan. Atau 'Orang Medan'.
Seorang operator di kapal Ourang Medan mengirimkan kode Morse. Isinya: "Semua awak kapal, termasuk kapten terbaring sekarat di ruang peta (chartroom) dan anjungan. Mungkin semuanya telah meninggal dunia."
Kemudian kalimat terakhir diterima. "Aku mati," seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (4/12/2015). Setelah itu pesan radio terputus.
Pesan mengerikan tersebut juga didengar pos pemantauan milik Belanda dan Inggris yang ada di sekitar Selat Malaka.
Kemudian, para operator radio penerima berusaha melacak sumber sinyal dan menentukan bahwa pesan tersebut datang dari SS Ourang Medan, yang juga ada di Selat Malaka.
Kapal Silver Star adalah yang terdekat. Nakhodanya lalu memutar haluan mendekati lokasi Ourang Medan. Mereka menemukan kapal itu terapung-apung di lautan.
Yang mengerikan, jasad-jasad para krunya bertebaran di dek. Semuanya dalam kondisi mengerikan: mata terbelalak. Ekspresi ketakutan dan horor terlihat jelas dalam wajah-wajah beku. Pun dengan anjing kapal yang ditemukan mati.
Baca Juga
Para awak kapal tewas dalam posisinya masing-masing. Ada yang di anjungan, ruang mesin, dan lain-lain. Dari kondisi jenazah, apapun penyebab kematian mereka, maut datang secara tiba-tiba dan seketika.
Awak kapal AS, Silver Star yang melakukan pengecekan tak menemukan tanda-tanda kekerasan, tak ada darah yang merembes, tiada tanda-tanda perlawanan.
Kapten Silver Star memerintahkan agar tali pengeret dipasangkan ke Ourang Medan, agar kapal tersebut bisa ditarik ke pelabuhan terdekat, agar aparat bisa menyelidiki apa gerangan penebar maut di bahtera tersebut.
Namun, sebelum niatan itu terlaksana, asap tebal mengepul dari bagian kapal. Kemudian, ledakan terjadi. Ourang Medan pun tenggelam. Semua bukti-bukti karam ke dasar laut.
Legenda Ourang Medan menyebar dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Dijadikan artikel majalah-majalah spesialisasi kisah misteri. Sebuah laporan resmi terkait kapal itu bahkan muncul dalam Proceedings of the Merchant Marine Council" US Coast Guard edisi Mei 1952.
Spekulasi bermunculan soal kejadian aneh yang menimpa Ourang Medan. Dari keracunan karbon monoksida, kargo berbahaya, sampai fenomena paranormal yang melibatkan UFO hingga makhluk halus.
Atau, jangan-jangan, itu hanya legenda.
Fakta Vs Hoax
Pencarian dokumen tentang kejadian tersebut tak membuahkan hasil. Insiden Ourang Medan tak tercatat dalam Lloyd's Shipping Register.
Juga tak ada registrasi kapal bernama Ourang Medan di sejumlah negara, termasuk Belanda.
Sementara, memang ada kapal kargo bernama Silver Star pada tahun 1947 -- yang sebelumnya bernama Santa Cecilia.
Ahli sejarah kelautan, Roy Bainton melakukan penelitian soal itu. Setelah menelaah data Lloyd’s Shipping registers, catatan pelayaran Belanda, juga Maritime Authority Singapura, ia menyimpulkan Ourang Medan tak lebih dari rumor 'kapal hantu' di kalangan para kelasi dari masa itu.
Namun, tak sampai di situ.
Lalu, Bainton menemukan buklet 32 halaman dari Jerman berjudul, Das Totenschiff in der Südsee (Death Ship in the South Sea) yang ditulis Otto Mielke, yang menawarkan detik soal Ourang Medan, rute, karno, tanse, bahkan nama kaptennya.
Diduga kapal nahas itu menyelundupkan muatan beracun, 'Zyankali' (potasium sianida) dan nitrogliserin -- gas pelumpuh syaraf yang masuk kategori senjata biologis.
Sebutan 'Ourang Medan' mungkin hanya kedok. Menyembunyikan nama kapal yang asli.
"Untuk memahami mengapa Ourang Medan hilang lenyap dalam sejarah, kita harus memahami pergolakan politik di Indonesia pada masa itu," tulis Bainton, dalam situs arsip internet, web.archive.org.
Advertisement