6 Bencana Alam Teraneh Sepanjang Sejarah

Bencana alam juga terkadang menimbulkan dampak aneh pada Bumi. Seperti 'hilangnya' matahari hingga munculnya selubung debu.

oleh Amry Sitompul diperbarui 07 Des 2015, 20:35 WIB
Diterbitkan 07 Des 2015, 20:35 WIB
6 Bencana Alam Teraneh Sepanjang Sejarah
Ilustrasi bencana alam, musim dingin berkepanjangan. (History Channel)

Liputan6.com, Jakarta - Musibah seperti bencana tak bisa diprediksi kedatangannya. Tiba-tiba terjadi dan tak jarang memakan korban dalam jumlah banyak.

Tak hanya gempa, badai topan atau bencana skala besar lainnya, Bumi juga sempat dihantam meteor jatuh. Letusan gunung berapi yang mengubah iklim dunia hingga ledakan misterius di Siberia juga salah satunya.

Bencana alam juga terkadang menimbulkan dampak aneh pada Bumi. Seperti 'hilangnya' matahari hingga munculnya selubung debu.

Berikut 6 peristiwa bencana teraneh dalam sejarah yang dikutip dari History Channel, Senin (7/12/2015):

Matahari 'Hilang' dan Badai Matahari

1. Tahun tanpa Musim Panas

Pada April 1815, Gunung Tambora di Indonesia meletus. Peristiwa itu disebut-sebut sebagai salah satu peristiwa letusan gunung berapi paling dahsyat dalam sejarah.

Letusannya menewaskan puluhan ribu orang di Asia Tenggara dan memuntahkan awan debu raksasa ke stratosfer.

Seiring menyebarnya awan tersebut ke seluruh penjuru dunia, sinar matahari menjadi terhalang. Akibatnya suhu udara turun sekitar 3 derajat dan terjadilah distorsi cuaca dalam skala dahsyat pada tahun berikutnya.

Di India, kekeringan dan banjir akibat efek letusan Tambora mengubah ekologi Teluk Benggala dan memicu munculnya tipe kolera baru yang membunuh jutaan orang. Di Eropa, hujan dan musim dingin berkepanjangan menyebabkan terjadinya kelaparan dan kerusuhan sipil yang meluas.

Di Amerika Serikat, salju turun dengan lebatnya di beberapa negara bagian di bulan Juni, menggugurkan tanaman pangan dan memicu kemunduran ekonomi.

New Englander menjuluki tahun 1816 sebagai Eighteen-hundred-and-froze-to-death, namun kemudian lebih dikenal sebagai Tahun tanpa Musim Panas.

Gangguan cuaca itu menghasilkan efek samping yang lumayan unik. Penemuan sepeda oleh penemu Jerman Karl Drais dihubung-hubungkan dengan tingginya harga pakan kuda di Eropa akibat kejadian tersebut.

Di Swiss, hujan berkepanjangan pada tahun 1816 memaksa penulis Mary Shelley melewatkan musim panasnya di dalam rumah saja. Dia lalu menyibukkan diri dengan menulis novel horor paling terkenal 'Frankenstein.'

2. The Carrington Effect tahun 1859

Badai matahari (solar flare) terjadi saat energi magnetis yang terpendam di permukaan matahari dilepaskan melalui ledakan radiasi dan partikel bermuatan. Kekuatan ledakan yang dihasilkan setara dengan ledakan jutaan bom hidrogen, dan angin matahari yang dihasilkannya bisa menebar petaka pada atmosfer bumi.

Persis seperti itulah yang terjadi di akhir Agustus dan awal September 1859, saat bumi dibombardir oleh badai matahari paling besar dalam sejarah.

Peristiwa yang disebut 'Carrington Event' -- dinamai berdasarkan nama astronom Inggris Richard Carrington-- ini membuat langit berkilau dengan aurora berwarna-warni yang bersinar hingga ke selatan Hawaii.

Di Colorado, malam begitu terang sehingga seorang saksi mata melaporkan kalau orang bisa dengan mudahnya membaca di malam hari.

Pemandangannya mungkin memang indah, tapi gangguan geomagnetik yang diakibatkannya melumpuhkan sistem telegraf di seluruh dunia. Percikan api keluar dari beberapa mesin telegraf, menyebabkan terjadinya kebakaran dan menyetrum operator mesinnya.

Atmosfer begitu bermuatan listriknya sampai-sampai di beberapa tempat ada teknisi yang masih bisa mengirim pesan walau baterai telegrafnya sudah dilepas. 'Badai Matahari Tahun 1985' akhirnya berakhir setelah beberapa hari, namun ilmuwan memperkirakan kalau kejadian yang sama terulang lagi sekarang, sistem telekomunikasi bisa luluh lantak dan menyebabkan kerusakan hingga triliunan dolar.

Tahun Belalang dan Selubung Debu

3. 'Tahun Belalang' 1874

Wabah belalang yang menghancurkan tanaman tani mungkin biasa terjadi di akhir abad ke-19 di Amerika, tapi semua itu tak ada apa-apanya dibandingkan apa yang terjadi di Great Plainspada musim panas 1874.

Musim semi yang kering dan gersang saat itu menciptakan kondisi ideal bagi belalang di Pegunungan Rocky untuk bertelur dalam jumlah besar. Triliunan telur itu kemudian menetas dan menyerbu Nebraska, Kansas, Dakota, Iowa dan beberapa negara bagian lainnya.

Saksi mata menyebut kalau belalang itu tiba dalam kumpulan besar menyerupai awan yang sangat tebal sampai bisa menghalangi sinar mentari selama beberapa jam. Setelah mendarat, mereka melahap semua tanaman di ladang, tumbuhan lokal bahkan pakaian yang dikenakan orang.

"Udara benar-benar jadi hidup karena mereka,” tulis New York Times.

“Mereka menabrak rumah, mengerumuni jendela, mentupi kereta api yang lewat. Mereka seolah-olah diutus untuk merusak.”

Orang-orang berusaha membakar atau meledakkan belalang itu dengan bubuk mesiu, tapi mereka tak berdaya menghadapi jumlahnya. Panen senilai jutaan dolar akhirnya musnah akibat peristiwa yang kemudian dikenal sebagai 'Tahun Belalang.'

Angkatan Darat AS dikerahkan untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban, tapi banyak yang menyerah dan mengungsi ke Timur. Wabah serupa terus menghantui beberapa tahun setelahnya. Wabah tersebut baru berakhir di awal abad ke-20, setelah perubahan lingkungan menyebabkan belalang Pegunungan Rocky punah.

4. Selubung Debu (The Dust Veil) Tahun 536

Pada pertengahan abad keenam, awan pasir dan debu tiba-tiba menyelimuti sebagian besar bumi, meredupkan sinar matahari dan menyebabkan suhu dingin tak wajar selama beberapa tahun.

“Sebuah pertanda paling menakutkan terjadi,” Procopius, sejarawan Bizantium menulis pada tahun 536. “Karena mentari bersinar namun tidak terang.. dan seperti terjadi gerhana, karena sinar yang dipancarkannya tidak cerah.”

Musim dingin panjang yang menyusul kemudian menyebabkan kekeringan, gagal panen dan kelaparan di seluruh dunia. Beberapa ahli berspekulasi kalau hal ini juga menjadi salah satu pemicu terjadinya wabah penyakit pes pertama di Eropa.

Meski punya dampak yang sangat luas, ilmuwan masih belum yakin apa penyebab pendinginan global tahun 530an. Satu teori yang ada menyebutkan kalau letusan gunung berapi raksasa memuntahkan debu ke lapisan atas atmosfer dan menghalangi sinar matahari.

Penelitian pada sampel inti es dari Greenland dan Antartika menunjukkan adanya konsentrasi ion sulfat tinggi yang dilepaskan oleh gunung berapi, serta ada bukti-bukti yang mengindikasikan kemungkinan pernah terjadi letusan gunung berapi dahsyat di El Salvador tahun 530an.

Peneliti lainnya menduga tabrakan (atau nyaris tabrakan) dengan kometlah penyebabnya. Komet Halley melintasi bumi tahun 530, dan mungkin saja serpihannya keluar jalur dan menabrak bumi sehingga menyebabkan terjadinya awan debu raksasa.

Kabut dan Cahaya Menyilaukan

5. Kabut Dahsyat tahun 1952

Tak semua bencana alam sepenuhnya alami. Pada bulan Desember 1952, polusi udara akibat ulah manusia membentuk kabut jelaga yang bertahan hingga 4 hari. Kabut mematikan ini akibat sistem tekanan tinggi yang menghasilkan kondisi stagnan yang tak alami.

Bukannya menyebar ke atmosfer seperti biasa, kepulan awan dari asap batubara dan pabrik malah terkumpul di langit kota dan tak mau beranjak. Kabut ini mengurangi jarak pandang di beberapa tempat hingga nyaris nol.

Ternak-ternak mati satu per satu akibat sesak napas di padang rumput. Warga London pun terserang bronkitis, pneumonia dan masalah pernapasan lainnya. Banyak anak-anak dan orang tua tewas akibat kerusakan paru-paru karena peradangan.

Sekitar 4.000 orang tewas sebelum akhirnya angin membawa pergi kabut tersebut.

Pemerintah Inggris kemudian mencanangkan 'Clean Air Act' tahun 1956, yang memberikan subsidi bagi masyarakat untuk beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, serta melarang pembuangan asap hitam batubara di beberapa wilayah tertentu.

6. Kejadian Tunguska

Tak lama sesudah pukul 07.00 pagi pada 30 Juni 1908, seberkas cahaya menyilaukan muncul melesat di langit Siberia, lalu meledak di atas Sungai Tunguska Podkamennaya. Gelombang kejut yang dihasilkan kemudian berkekuatan 5 hingga 10 megaton TNT -- ratusan kali lebih dahsyat daripada bom atom Hiroshima.

Ledakan ini meluluhlantakkan 500.000 hektar hutan. Hebatnya, tak ada yang terbunuh, namun efeknya terasa di seluruh dunia.

Perangkat atmosferik dan seismik mati sampai ke Inggris. Selama beberapa malam setelahnya, langit jadi sangat terang sampai-sampai orang di benua Asia bisa membaca koran di luar ruangan.

Para ahli menduga ini akibat tabrakan meteor. Namun tim ekspedisi Rusia tak menemukan tanda-tanda adanya kawah hasil tumbukan apapun, saat mereka akhirnya mendatangi lokasi ledakan yang terpencil itu tahun 1927.

Walau tak ada jejaknya, kebanyakan ilmuwan masih percaya kalau “Kejadian Tunguska” ini akibat jatuhnya batuan angkasa.

Salah satu kemungkinannya ialah yang menabrak adalah komet es yang seketika langsung menguap sehingga tak meninggalkan jejak. Yang lebih masuk akal lagi ialah meteor berdiameter 65 sampai 100 kaki meledak di lapisan atas atmosfer dan pecah menjadi kepingan-kepingan kecil.

Saksi melaporkan kalau mereka mendengar suara seperti batu berjatuhan dari langit setelah ledakan awal. Sampel bangkai tumbuhan di Tunguska juga banyak mengandung nikel, besi, dan zat-zat lainnya yang biasa ditemukan di lokasi jatuhnya meteor.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya