Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Politik Georgetown University, Casimir Yost angkat bicara terkait pemilu presiden Amerika Serikat (Pilpres AS). Menurut dia, ada satu capres yang punya pengetahuan yang baik dan cukup mendalam terkait Asia Tenggara dan Indonesia.
"Capres yang punya pengalaman dengan Asia Tenggara khususnya Indonesia tentunya Hillary Clinton karena dia pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri," ujar Yost di Pusat Kebudayaan AS di Indonesia @america, Rabu (3/2/2016).
Dia mengatakan, untuk kebijakan politik luar negeri ASÂ terhadap Indonesia dan Asia Tenggara, jika istri dari Bill Clinton ini terpilih, maka tak akan berbeda jauh dari pendahulunya, Barack Obama.
Advertisement
Sebab Obama dan Clinton berada dalam satu naungan yakni sama-sama di Partai Demokrat.
"Yang pasti kalau Clinton yang jadi Presiden maka kebijakan (politik luar negeri) dan sistem sebelumnya akan dilanjutkan," tambah dia.
Baca Juga
Meski menyebut Hillary punya keunggulan, dia menggarisbawahi, bukan berarti tak ada kandidat Partai Republik yang punya kemampuan mengenal Asia Tenggara dan Indonesia dengan baik.
"Ada kandidat lain yang punya pengetahuan yang cukup di Partai Republik. saya pikir itu adalah 2 orang keturunan Kuba yaitu Ted Cruz yang lebih konservatif dan Marco Rubio," paparnya.
Walau menyebut nama, pria bergelar profesor itu tak menjelaskan alasan kenapa Cruz dan Rubio punya cukup pengalaman dan pengetahuan soal Asia dan Indonesia. Dia hanya mendorong, Presiden AS selanjutnya harus punya penasehat khusus soal Asia.
"Saya harap siapapun kandidatnya, baik dari Republik atau Demokrat, akan punya penasehat khusus yang mengerti Asia dengan baik," tambahnya.
Pemilu AS Berpengaruh Bagi Indonesia
Selain itu, Yost menjelaskan, hasil pemilu ASÂ pada tahun ini akan begitu berpengaruh kepada Indonesia dan Asia. Khususnya terkait kebijakan yang dikeluarkan pemenang pemilu di bidang ekonomi.
"Kenapa hasil pemilu penting karena yang terjadi terhadap ekonomi Asia akan berpengaruh bagi AS begitu juga sebaliknya," tutur dia.
"Ini karena ada 4 negara besar Asia yang punya rencana melakukan reformasi ekonomi besar China, Jepang, India dan Indonesia. 4 negara ini mewakilkan 40 persen populasi dunia, jadi itulah alasannya," pungkas Yost.