Liputan6.com, Corsier - Salah satu kasus pencurian teraneh terkait bintang Hollywood terjadi pada 1 Maret 1978. Kala itu, para perampok kuburan membongkar makam Charlie Chaplin dan mencuri jasad komedian legendaris itu.
Insiden tersebut terjadi 3 bulan setelah kematian Charlie Chaplin yang berpulang di usia 88 tahun pada 25 Desember 1977.
Peti mati yang berisi jasad aktor terpopuler pada era film bisu hitam putih itu kemudian dibawa ke sebuah lahan yang jauhnya 1 mil atau 1,6 kilometer dari rumahnya di Corsier, dekat Lausanne, Swiss.
Baca Juga
Keesokan harinya, istri keempat Chaplin, Lady Oona Chaplin menerima telepon dari polisi.
"Mereka mengatakan, seseorang telah menggali makan tersebut dan ia (Chaplin) hilang," kata putra Charlie Chaplin, Eugene, seperti dikutip dari situs Smithsonian.com.
Setelah insiden itu, keluarga Chaplin menerima tuntutan tebusan senilai 400 ribu poundsterling untuk dipertukarkan dengan jasad tersebut.
Advertisement
Namun, istri mendiang Oona Chaplin menolak membayar tebusan. "Charlie akan berpikir ini konyol," kata perempuan yang kala itu berusia 51 tahun, seperti dikutip dari British Pathé.
Para penculik juga mengancam menyakiti dua anaknya yang masih kecil jika tebusan tak dibayarkan.
Yang tak mereka sadari, polisi telah menyadap telepon Lady Oona dan mengawasi 200 telepon umum di area sekitar rumah Chaplin.
Upaya polisi tersebut berhasil pada Mei 1978. Dua mekanik yang berlatar belakang pengungsi dari Eropa Timur, Roman Wardas dan Gantscho Ganev ditangkap.
Pengakuan keduanya membawa polisi menuju ladang jagung -- yang berjarak 16 km dari makam sebelumnya -- di mana para tersangka menguburkan jasad curian mereka.
Kedua tersangka kemudian didakwa dengan pasal pemerasan dan mengganggu kedamaian orang yang telah meninggal dunia.
Wardas yang dianggap sebagai dalang kemudian divonis 4 tahun, sementara Ganev mendapat hukuman percobaan 18 bulan.
Kedua terdakwa mengaku bersalah dan menyesali perbuatannya. Eugene Chaplin mengatakan, salah satu istri pelaku bahkan menulis surat untuk ibunya. "Kami minta maaf," demikian isi surat tersebut.
Dan istri Charlie Chaplin pun menjawab, "Semua telah dimaafkan."
Setelah ditemukan, jasad Charlie Chaplin pun dimakamkan kembali. Kali itu, pihak keluarga melapisi makam tersebut dengan beton, untuk mencegah terjadinya pencurian.
Selain pencurian jasad Charlie Chaplin, tanggal 1 Maret juga menjadi momentum sejumlah kejadian penting dunia.
Pada 1815, Napoleon kembali ke Prancis dari pengasingannya di Elba. Sementara pada 1953, penguasa lainnya, Joseph Stalin pingsan setelah mengalami stroke dan meninggal 4 hari kemudian.
Sementara pada 1954, Castle Bravo, bom hidrogen 15 megaton diuji coba dengan cara diledakkan di Atol Bikini di Samudra Pasifik, menimbulkan kontaminasi radioaktif terburuk yang pernah disebabkan oleh Amerika Serikat.
Dan, 1 Maret 1949 tercatat dalam sejarah Republik Indonesia.
Pada hari itu Indonesia berhasil merebut Yogyakarta dari Belanda pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.